News

Metamorfosa PKS dan Tiga Kekuatan Utama Perjalanan Seperempat Abad

Pada 20 Juli 1998, PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Ismail.

Di awal perjalanan berdirinya, akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 terkait mengenai syarat berlakunya batas minimum keikutsertaan partai politik (parpol) pada pemilihan umum (pemilu) selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus mengubah namanya untuk dapat ikut kembali di pemilu berikutnya.

Dilansir dari pks.id menyangkut sejarah ringkas PKS, kemudian pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Provinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota).

Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Setelah Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 – 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010.

Seperti Nurmahmudi Ismail dan Hidayat Nur Wahid di saat Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia ke-6, sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai Pjs Presiden PK Sejahtera.

Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 – 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015. Namun kemudian, pada akhir 2013, Luthfi mundur dari jabatannya lantarasan tersandung kasus suap daging impor.

Selanjutnya, kursi presiden PKS diisi oleh Anis Matta yang terpilih pada 1 Februari 2013. Jabatan sebagai presiden PKS ini dia emban hingga 10 Agustus 2015.

Berikutnya, terhitung sejak Agustus 2015, kursi presiden PKS diisi oleh Sohibul Iman. Ia menjabat sebagai presiden PKS selama lima tahun hingga 5 Oktober 2020.

Kemudian dari Sohibul, kursi presiden PKS berlanjut ke Ahmad Syaikhu. Ia ditunjuk sebagai presiden PKS dalam Sidang Musyawarah Majelis Syura PKS pada 5 Oktober 2020, yang kemudian menjabat hingga sekarang.

Kepemimpinan PKS yang baru ini membawa semangat baru dengan visi PKS menjadi partai yang rahmatan lil alamin. Beberapa perubahan terjadi mulai dari lambang partai, sampai mars dan hymne partai.

Pasca-Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2014, Partai Keadilan Sejahtera berada di luar pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini. PKS menjadi partai politik yang senantiasa kritis menyuarakan kebijakan yang tidak pro rakyat di parlemen. Sejak keikutsertaan PKS dalam Pemilihan Umum dari 2004 hingga 2019 jumlah pencapaian persentase suara PKS selalu meningkat dengan perolehan di atas 7% .

Hanya pada 2014 mengalami penurunan pada angka 6,79%, namun secara jumlah suara mengalami peningkatan dari Pemilu 2009 yang sebelumnya sebanyak 8.206.955 suara menjadi 8.480.204.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad mencermati di usia yang cukup matang untuk sebuah partai politik, PKS yang sudah memasuki seperempat abad  sejauh ini adalah salah satu partai yang cukup konsisten menjaga dan mempertahankan dukungan. Di antara partai-partai dengan ideologi Islam, PKS adalah yang paling stabil menjaga suara di sekitar 7 sampai 8 persen sejak Pemilu 2004.

Bahkan di Pemilu terakhir bisa meningkatkan dukungan menjadi 8,2 persen, naik dari Pemilu sebelumnya (2014) 6,8 persen. Di survei terakhir SMRC, suaranya masih di atas 6 persen. “Sementara beberapa partai Islam lain seperti PAN, PPP, dan PBB justru terancam mendapatkan dukungan di bawah 4 persen,” kata Saidiman saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Saidiman menyebut setidaknya ada tiga kekuatan utama PKS yang membuatnya cukup solid. Pertama, kaderisasi yang berjalan baik. PKS adalah satu di antara tidak banyak partai yang melakukan kaderisasi yang sistematis dan berjenjang. Ini kelanjutan dari tradisis gerakan Tarbiyah yang menjadi basis massa pembentukan PK yang kemudian berubah menjadi PKS.

Kedua, PKS adalah partai yang relatif demokratis dan egaliter atau tidak sentralistik pada satu tokoh atau klan politik tertentu. Mereka berbeda dengan kebanyakan partai di Indonesia yang seperti menjadi properti seorang tokoh atau sebuah keluarga. Karakter egaliter dan demokratis ini membuat PKS bisa lebih menampung keragaman pikiran dan inovasi. Ini penting untuk perkembangan partai dalam jangka panjang.

Kekuatan ketiga PKS, menurut pandangan Saidiman, adalah kemampuan partai ini untuk melakukan adaptasi dan perubahan. Tahun 1999, PK hanya mendapatkan sekitar 1,4 persen. Saat itu mereka masih sangat eksklusif membawa semangat ideologi Islamis dengan mengusung slogan Piagam Madinah. Kentalnya narasi Islamis itu ternyata membuat mereka tidak bisa menarik massa pemilih secara efektif.

Lalu mereka mengubah nama partai menjadi PKS dan menggeser narasi menjadi clean and care. Perubahan ini membuat PKS mendapatkan dukungan berkali lipat menjadi 7,3 persen. Selanjutnya, PKS terus mencoba beradaptasi, bahkan mulai menggunakan slogan keberagaman. Dan sampai sekarang PKS berhasil menjadi partai papan tengah yang solid di tengah runtuhnya partai-partai Islam lain.

Hari ini hingga Minggu, 24 – 26 Februari 2023, PKS akan melaksanakan kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2023, yang bertempat di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Sehari sebelumnya, PKS dalam Musyawarah Majelis Syura (MMS) VIII di kantor DPP PKS di Jakarta, memutuskan mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024. Selamat menggelar Rakernas, PKS!

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button