Market

Minyak Goreng di Atas HET karena CPO Meroket, Mendag Lutfi tak Bisa Apa-apa

Harga minyak goreng yang terus merangkak naik dalam dua bulan ini, kelihatannya sulit dihentikan. Lantaran, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan utama minyak goreng melonjak di pasar global.

Seperti disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, kenaikan harga minyak goreng mengikuti perkembangan harga CPO dunia. Ketika harg CPO naik maka semakin mahal harga minyak goreng.

Kata Mendag Lutfi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng senilai Rp11 ribu per liter. Dengan acuan, harga CPO internasional berada di kisaran US$500-US$600. Atau sekitar Rp7 juta-Rp8,4 juta (kurs Rp14.000/US$) per metrik ton (MT).

Namun saat ini, harga CPO internasional meroket hingga dua kali lipat. Yakni mencapai US$1.250, atau setara Rp17,5 juta per metrik ton (MT). Sehingga berdampak kepada menjulangnya harga minyak goreng di dalam negeri. “Saat, kami buat HET Rp11 ribu (per kg) berbasiskan harga CPO US$500-US$600, begitu harganya 2 kali lipat, maka harga minyak goreng lebih dari Rp16 ribu,” jelas Mendag Lutfi.

Masih menurut mantan Dubes AS, harga CPO dunia diprediksi bakal terus naik hingga level US$1.500, atau setara Rp21 juta per MT. Dengan menjulangnya harga CPO dunia, justru membawa berkah bagi pemerintah. Lantaran nilai ekspor CPO melonjak signifikan. “Ini income (pemasukan) yang luar biasa untuk Indonesia,” kata dia.

Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono menerangkan, harga minyak goreng terus mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan. Sementara, produksi tak mencukupi. “Terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand. Akibatnya, harga-harga naik. Tidak hanya CPO atau minyak goreng. Tapi juga pupuk naik, baja naik. Jadi masih belum seimbang,” ujar Joko.

Terkait kenaikan harga CPO dunia, dia menambahkan, dipengaruhi juga produksi CPO yang cenderung flat pada tahun ini. Dan, produksi minyak nabati non CPO, tidak sebagus yang diharapkan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button