News

Nenek Moyangku Seorang Pelaut, Matra AL Pegang Komando TNI

Kamis, 24 Nov 2022 – 23:12 WIB

Belum Pensiun, Laksamana Yudo Berpeluang Besar Jadi Panglima TNI - inilah.com

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menjadi kandidat terkuat calon tunggal Panglima TNI. (Foto: Arsip/Inilah.com)

Teka-teki siapa Panglima TNI terjawab sudah setelah Mensesneg Pratikno menyebut KSAL Laksamana Yudo Margono menjadi calon tunggal. Artinya, tinggal sejengkal lagi komando TNI akan dipegang AL setelah sebelumnya dipimpin Jenderal Andika Perkasa (AD) dan Marsekal Hadi Tjahjanto (AU). Seperti petikan syair lagu anak karangan Ibu Sud, Nenek moyang ku seorang pelaut, maka matra Angkatan Laut (AL) bakal mendapat kehormatan memegang komando TNI.

Yudo Margono ketika ditanya wartawan usai peresmian peletakan batu pertama pembangunan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Fatwa di pedalaman Kabupaten Lebak, Kamis (24/11/2022), enggan menjawab banyak ketika disinggung soal peluangnya menjabat Panglima TNI. Dia meminta wartawan untuk menunggu perkembangan terakhir dan tak mau berandai-andai.

“Saya tidak berandai-andai dalam pergantian Panglima TNI itu. Namun setelah dilantik nanti, saya sampaikan juga,” kata KSAL.

Rotasi antar-matra menjabat panglima TNI sudah menjadi tradisi sejak reformasi. Namun tak dapat dipungkiri mekanisme tersebut tidak mengikat ditandai dari pergantian Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang pensiun pada 2015 diganti dengan Jenderal Gatot Nurmantyo. Keduanya dari AD sekaligus menandakan perwira AD lebih berpengaruh untuk menjabat Panglima TNI.

Pengamat militer Susaningtyas Kertopati menyebutkan, apabila Presiden Jokowi nantinya benar menunjuk Yudo sebagai calon tunggal Panglima TNI hal itu merupakan hak prerogatif kepala negara yang harus dihormati. Dia tidak mau memberi penjelasan lebih lanjut ketika ditanyakan apakah penunjukkan KSAL terlambat karena baru diterapkan pada pengujung akhir periode kedua pemerintahan Jokowi yang sejak 2014 mendengungkan poros maritim.

“Bila betul Pak Yudo yang ditunjuk sebagai Panglima TNI maka artinya memiliki kompetensi yang dipercaya oleh Presiden. Bisa saja dilihat dari pengalaman kerja atau kemampuan memimpin selama menjadi Kepala Staf.  Semua terjadi karena ada kebutuhan organisasi, hak prerogatif Presiden,” tutur Nuning, kepada Inilah.com.

Spekulasi Yudo menjabat Panglima TNI menguat ditandai dari pertemuannya dengan Mensesneg Pratikno di Kantor Setneg belum lama ini. Penunjukan Yudo juga diyakini tidak menimbulkan gejolak internal TNI mengingat hubungannya yang harmonis dengan Jenderal Andika Perkasa.

Selain kompak hadir mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR, Yudo juga pernah memimpin upacara pembaretan Jenderal Andika yang diangkat sebagai warga kehormatan Korps Marinir pada Juli 2022 yang lalu. Malahan ketika pertama kali menjabat Panglima TNI pada 2021, Andika memilih mengunjungi Yudo ke Mabesal, Cilangkap, yang menandakan keduanya memiliki chemistry atau ikatan. Terlepas ketika itu Yudo juga masuk kandidat suksesor Marsekal Hadi.

Poros Maritim

Kendati demikian, secara normatif, seluruh kepala staf yang menjabat sekarang ini memiliki peluang yang sama untuk diangkat menjabat panglima. Namun Yudo memiliki peluang lebih besar karena pada masa Jokowi memimpin matra laut belum menerima tongkat komando panglima, padahal Jokowi memiliki ambisi membangun poros maritim dunia.

Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, bahkan luas periaran laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi, dilengkapi dengan jumlah pulau lebih dari 17.000, nampaknya pertahanan laut atau mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim bukan ambisi muluk kendati realisasinya, sejak awal pemerintahan Jokowi hingga kini tak terlihat. Namun, dalih poros maritim ini kerap disuarakan sebagai argumen Panglima TNI layak dijabat dari matra AL.

Pengamat pertahanan, Ngasiman Djoyonegoro alias Simon menilai upaya mewujudkan poros maritim perlu dilanjutkan. Pembangunan infrastruktur untuk mengoneksikan antar-pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, transportasi dan keamanan maritim sebagai bagian pembangunan poros maritim perlu melibatkan TNI. Artinya, apabila Presiden Jokowi menunjuk Yudo maka poros maritim dunia harus dikebut.

“Aspek pertahanan maritim merupakan aspek pokok dalam mewujudkan visi Poros Maritim Dunia,” kata Ngasiman.

Menurutnya, poros maritim dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, serta memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari agenda strategis pertahanan negara, khususnya dalam pengamanan teritori laut dan kepulauan dari pencaplokan negara lain.

Dia juga menyoroti potensi eskalasi konflik di kawasan yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan adanya upaya militerisasi imbas persaingan AS dengan China. “Potensi eskalasi konflik lintas di kawasan laut Indo-Pasifik cukup tinggi. Ada potensi militerisasi di kawasan tersebut yang disebabkan oleh persaingan antara dua negara Amerika Serikat dan China,” ucap Simon, yang menekankan selain upaya diplomasi dibutuhkan pertahanan laut dalam menjaga kedaulatan.

Berkaitan dengan penggantian Panglima TNI, Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai siapapun panglima ke depan harus figur yang tidak dekat dengan kekuasaan. Terpenting lagi fokus pada tugas pokok dan fungsi mewujudkan TNI yang profesional. Seperti syair lagu anak ciptaan Ibu Sud berjudul “Nenek Moyangku” yang petikan syairnya gemar mengarung luas samudra/ menerjang ombak tiada takut/ menempuh badai sudah biasa, Yudo menjabat Panglima TNI jangan sampai karam.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button