Ancaman resesi global 2023 ditengarai bakal memicu kesulitan urusan ekspor bagi perusahaan dari sisi makro ekonomi. Meski begitu, perusahaan mainan anak-anak asal Amerika Serikat, Mattel Indonesia menyatakan, pihaknya masih optimistis dengan kondisi pasar di tahun politik itu.
Roy Tandean, Vice President dan General Manager Mattel Indonesia mengatakan hal itu.
“Saya sendiri masih cukup optimistis melihat kondisi pasar. Saya juga paham akan adanya tekanan dari makro ekonomi. Apa yang kami lihat saya rasa masih cukup positif,” jelas Roy saat peresmian ekspansi pabrik Mattel di kawasan Cikarang, Jawa Barat, Kamis (8/12/2022).
Mengingat PT Mattel indonesia 100% melakukan ekspor pada produknya, Roy berharap akan ada juga perkembangan positif di pasar domestik.
“Kita harap akan ada pertumbuhan (ekonomi) ya di pasar domestik. Ini bounded zone (zona perdagangan bebas atau zona pemrosesan ekspor) ya. Jadi 100% produk kami ekspor, nanti divisi commercial membawa produk itu kembali untuk dijual di pasaran lokal,” ungkap Roy.
Terlebih, sambung dia, inflasi di AS sedang kencang-kencangnya. Ia menyampaikan bahwa industri mainan adalah salah satu perusahaan yang resilient alias tahan banting.
“Industri toys itu menurut saya salah satu perusahaan yang tahan banting terhadap gejolak ekonomi. Meskipun, dua tahun kemarin ada banyak sekali challange seperti COVID. Indusrti mainan tetap bagus,” ucap dia dengan tegas.
Kapasitas produksi yang Mattel Indonesia hasilkan bisa mencapai sekitar 3 juta boneka setiap pekan dalam waktu musiman. Dia mengatakan, ada waktu di mana sedang masa puncak produksi dan juga masa rendah produksi.
“Tapi teman-teman mesti tahu kalau kita berproduksinya seasonal, seperti sekarang ini kita sudah memasuki low season,” timpal dia.
Roy pun mengungkapkan, masa puncak produksi dalam satu tahun biasanya dimulai bulan April-Mei sampai sekitar bulan September-Oktober. “Dan pada tahun 2021, kami telah meproduksi sekitar 85 juta boneka Barbie,” imbuhnya.
Beri Komentar (menggunakan Facebook)