Hangout

Pakar Ungkap Faktor Pemicu Obesitas Tidak Terkait MSG

Ahli gizi yang juga Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, ada banyak faktor pemicu obesitas. Mulai dari gangguan metabolisme hingga hormonal.

“Selain pemicu dari potensi genetik, juga ada potensi gangguan metabolisme, atau juga ketidakseimbangan hormonal. Sedangkan terkait Monosodium Glutamate (MSG), sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menyebut bahwa MSG bisa membuat seseorang menjadi obesitas,” kata Prof. Hardinsyah dalam webinar: Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?, ditulis di Jakarta, Selasa, (15/02/2022).

Masakan dengan bumbu umami yang ditambahkan penyedap rasa Monosodium Glutamate (MSG) sering dikaitkan dengan sebagai faktor pemicu obesitas.

Padahal, masih menurutnya, ada banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa MSG tidak menyebabkan obesitas.

“Ada banyak jurnal penelitian seperti di China dan Vietnam yang dapat membuktikan bahwa penggunaan MSG tidak menyebabkan overweight atau obesitas. Penelitian-penelitian tersebut dimulai dari menggunakan sampel hewan hingga yang terbaru adalah pada manusia, di mulai dari tahun 2008 hingga 2013,” lanjutnya.

Sementara itu, pakar pangan Prof Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS mengatakan MSG sebagai penyedap rasa memiliki banyak manfaat.

MSG terdiri dari asam glutamat 78 persen, natrium 12 persen, dan air 10 persen, dan merupakan zat gizi. Asam glutamat banyak terkandung dalam bahan makanan sehari-hari seperti telur, ikan, daging, dan juga sayuran.

“MSG bukan unsur kimia yang berbahaya. Bahan bakunya dari tetes tebu melalui proses fermentasi,” katanya.

Menurut dia, MSG juga baik sebagai pengganti garam karena bisa membuat makanan memiliki cita rasa yang tinggi, namun rendah garam.

“Kandungan natrium pada MSG itu hanya sepertiga kandungan natrium pada garam dapur normal, dan sudah banyak juga penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa penggunaan MSG bermanfaat untuk membantu penurunan asupan garam namun tetap menjaga palatabilitas makanannya,” kata Profesor Ahmad.

“Bahkan sebenarnya, natrium dalam garam itu justru sampai 40 persen, atau tiga kali lebih tinggi dari MSG, yang artinya, garam lebih berisiko membuat seseorang mengalami hipertensi atau darah tinggi daripada MSG,” paparnya.

Grant Senjaya, Head of Public Relation Department PT Ajinomoto Indonesia mengatakan saat ini pihaknya memiliki kampanye Bijak Garam yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam. Kemudian mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam memasak.

“Salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar. Kampanye Bijak Garam ini bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button