News

Pejabat PBB: Gempa Suriah, Krisis di Atas Krisis

Koordinator residen PBB untuk Suriah, El-Mostafa Benlamlih, menyebut 10,9 juta orang terkena dampak gempa di Suriah. Sebelum bencana alam itu terjadi, sudah lebih dulu ada 15,3 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan di negara tersebut, akibat perang saudara selama lebih dari satu dekade.

“Jadi, ini adalah krisis di atas krisis,” ungkap Benlamlih kepada wartawan di markas PBB di New York, dalam sebuah pengarahan video dari Damaskus, Rabu (8/2/2023).

Ia mengatakan, di Aleppo saja, mereka memperkirakan sepertiga rumah-rumah warga rusak atau hancur, sehingga memaksa sekitar 100 ribu orang mengungsi.

Mengutip VOA News, Kamis (9/2/2023), kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan menghadapi kelangkaan bahan bakar untuk melanjutkan operasional, suhu yang membeku serta jalan dan infrastruktur yang rusak.

Program Pangan Dunia (WFP) telah mengalokasikan pasokan makanan di wilayah tersebut, yang disebut Benlamlih cukup untuk memberi makan 100 ribu orang selama seminggu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dua pesawat yang mengangkut pasokan medis didatangkan ke Damaskus dari markasnya di Dubai, Uni Emirat Arab. Akan tetapi lebih banyak pasokan yang diperlukan dengan segera.

Selain itu, jalan utama yang digunakan PBB untuk membawa bantuan dari Gaziantep di Turki ke lokasi pengiriman menuju Suriah barat laut rusak akibat gempa dan kini ditutup.

“Sehingga kami tidak bisa mengirimkan barang-barang bantuan; kami sedang mencari rute alternatif,” kata Muhannad Hadi, koordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk Suriah, kepada wartawan dari Amman, Yordania.

Ia mengatakan, mereka telah menerima kabar pada Rabu bahwa jalan itu sudah dibuka dan mereka bisa mulai mengirimkan beberapa pasokan di Kamis (9/2/2023) pagi.

PBB hanya memiliki satu akses penyeberangan dari Turki ke Suriah. Bersama mitra-mitranya yang lain, setiap bulan mereka membawa 500 hingga 600 truk pasokan melintasi perbatasan ke wilayah yang berada di luar kendali pemerintahan di barat laut Suriah.

Pemerintah Suriah sendiri lebih suka semua bantuan diangkut melalui ibu kota dan ingin seluruh pemberian bantuan tanggap gempa bumi diberikan melalui mereka. PBB mengaku, pengangkutan pasokan bantuan melalui garis depan wilayah konflik lebih kompleks dan pada 2022, hanya terdapat sembilan konvoi bantuan yang pernah dilakukan.

Sejauh ini, pada 2023, baru terdapat satu konvoi bantuan di bulan Januari. Kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan, kedua jenis operasi –lintas perbatasan dan lintas garis– harus saling melengkapi.

Sementara itu, PBB mengumumkan hibah sebesar US$25 juta (sekitar Rp378 miliar) pada Selasa (7/2/2023) untuk membantu memperkuat tanggapan kemanusiaan di Suriah dan Turki. Benlamlih mengatakan, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths akan tiba di lokasi bencana dalam beberapa hari ke depan. Tim penilaian kerusakan juga sudah tiba untuk melakukan penilaian kebutuhan secara menyeluruh.

Turki adalah salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia.

Pada tahun 1999, lebih dari 17.000 orang tewas ketika gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 –yang terparah yang melanda Turki setelah puluhan tahun kala itu– mengguncang wilayah di dekat kota Duzce, di barat laut negara itu.

Oktober tahun lalu, gempa berkekuatanbmagnitudo 7,0 melanda Laut Aegea, menewaskan 116 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang lainnya. Dua di antara seluruh korban tewas berasal dari Kota Izmir.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button