Market

Pengamat UGM Dukung Jokowi Respons Cepat Tawaran Nuklir dari Putin

Senin, 04 Jul 2022 – 18:57 WIB

Pengamat UGM Dukung Jokowi Respons Cepat Tawaran Nuklir dari Putin

Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Presiden Vladimir Putin. (KataData).

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai, tawaran Presiden Rusia, Vladimir Putin menggarap nuklir di Indonesia, adalah peluang emas.

“Putin menyatakan bahwa Rosatom State Corporation mempunyai pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN),” ungkap Fahmy kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (4/7/2022).

Fahmy menerangkan, Rosatom yang merupakan BUMN sektor Nulir Rusia, berhasil mengembangkan PLTN terbesar di negeri Beruang merah itu. Yang terkenal adalah Novovoronezh Unit 6, PLTN berkapasitas 1.200 MW di Voronezh.

Selain di darat, lanjut Fahmy, Rosatom membangun PLTN Terapung KLT-40S. Pembangkit ini bisa berlayar hingga 5.000 kilometer (km), berkapasitas 80 MW.

Saat ini, Rosatom menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang pertama di dunia. Dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standaard.

Berdasarkan pengalaman, kata Fahmy, kompetensi dan keandalan teknologi yang dimiliki Rosatom, tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia layak diterima.

PLTN adalah pembangkit listrik daya thermal yang menggunakan reaktor nuklir, dengan uranium sebagai bahan utama untuk menghasilkan listrik. PLTN termasuk energi bersih, yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik di Indonesia.

“PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Tenaga Surya dan Bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu, karena sifatnya intermittent, yang tergantung cahaya matahari dan hembusan angin,” ungkapnya.

Sebelum kerja sama ini direalisasikan, kata dia, pemerintah, DPR dan Dewan Energi Nasional (DEN) perlu duduk bareng. Guna merubah Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir.

“KEN itu harus diubah menjadikan PLTN sebagai energi prioritas. Selain itu, Pemerintah perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN,” ungkapnya.

Selama ini, lanjut mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini, tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah. Salah satunya disebabkan trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara. Di antaranya Jepang, Rusia dan Ukrania.

Namun, kata dia, kemajuan teknologi reaktor nuklir generasi terbaru, yang digunakan Rosatom bisa diandalkan. Karena mampu mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident).

Tanpa mengembangkan PLTN, Fahmy bilang, akan sangat sulit bagi Indonesia untuk mencapai zero carbon pada 2060. Sudah saatnya bagi Indonesia untuk serius dan konsisten mengembangkan PLTN dengan mempertimbangkan tawaran kerja sama dari Presiden Vladimir Putin.

“Barangkali kerja sama tersebut akan dapat lebih memperlancar tindak lanjut realisasi usulan penghentian perang Rusia dan Ukrania, yang diusulkan Indonesia,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button