Market

Pengamat UGM: Jokowi Tak Akan Berani Naikkan Pertalite dan Solar

Sejak Senin (4/9/2023) di tengah ekspektasi OPEC+ yang akan membatasi pasokan. Apakah akan berdampak kepada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yakni Pertalite dan Solar?

Pengamat ekonomi energi dari UGM, Fahmy Radhi tak yakin pemerintah bakal menaikkan harga BBM subsidi yakni Pertalite dan Solar pada tahun depan. Meski memberatkan anggaran karena bengkaknya subsidi, pemerintah tidak akan gegabah.

“Saya kira, Jokowi tidak akan menaikkan harga Pertalite dan Solar yang termasuk BBM subsidi. Karena dampaknya kepada perekonomian bakalan dahsyat. Meski Jokowi pensiun pada Oktober 2024,” papar Fahmy kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Baca Juga:

Jaga Harga Minyak Goreng, Pengusaha dan Pemerintah Harus Kompak

Dari perspektif politik, kata Fahmy, Jokowi adalah king maker. Karena dia endorse dua capres yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Untuk itu, Jokowi harus menjaga tingkat kepuasan publik yang menurut survei Indo Barometer mencapai 81 persen. “Kalau nekat naikkan harga Pertalite dan Solar, maka (tingkat kepuasan publik) turun, bisa 60 persen atau bahkan 50 persen. Yang dampaknya kepada sosok capres yang diendorse jadi kurang laku. Saya kira, Jokowi enggak bakalan mau turun begitu,” kata Fahmy.

Sedangkan dari kacamata ekonomi, lanjut Fahmy, menaikkan harga Pertalite dan Solar, akan berdampak kepada kenaikan harga (inflasi), khususnya bahan pokok. Alhasil, daya beli masyarakat semakin anjlok. Sehingga roda perekonomian semakin seret. 

“Kalau urusan perut rakyat terganggu, maka dampaknya ke masalah sosial dan politik. Apalagi tahun depan tahun yang penuh kerawanan. Saya kira, Jokowi akan memilih untuk menahan harga Pertalite dan Solar,” ungkapnya.

Baca Juga:

Presiden Jokowi dan PM Xanana Sepakat Kuatkan Kerja Sama Ekonomi Perbatasan

Hanya saja, kata Fahmy, untuk menjaga agar anggaran subsidi untuk Pertalite dan Solar tidak bengkak secara ugal-ugalan, pemerintah perlu melakukan pembatasan penggunaan. Selama ini, 70 persen subsidi Pertalite dan Solar salah sasaran. 

Terkait perkembangan harga minyak dunia, Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar dunia telah mempelopori upaya untuk mendukung kenaikan harga melalui pengurangan produksi secara sukarela dalam jumlah besar. Itu sebagai bagian dari kesepakatan produksi oleh kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia.

Saudi juga diperkirakan akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar satu juta barel per hari selama empat bulan berturut-turut hingga Oktober. Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, Moskow telah sepakat dengan mitra OPEC+ mengenai parameter pengurangan ekspor lanjutan pada bulan Oktober.

Baca Juga:

Mendag Zulhas Apresiasi WPI Beli Gabah Petani dengan Harga Tinggi

Minyak mentah berjangka Brent untuk bulan November naik 45 sen menjadi menetap di 89 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berjangka pada Oktober, naik 40 sen menjadi 85,95 dolar AS per barel.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button