Market

Perang Sengit Rusia-Ukraina, Ekonom Wanti-wanti Krisis Pupuk dan Gandum

Perang Rusia versus Ukraina kian sengit. Kali ini Rusia diduga menembakkan rudal jelajah yang meluncur dari kapal di lepas pantai Semenanjung Crimea, tepat di barat Sevastopol menuju wilayah Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (23/3/2022) mengungkapkan bahwa perundingan dengan Rusia sangat berat untuk mengakhiri perang dan kadang-kadang diwarnai konfrontasi. Penembakan rudal jelajah tersebut jadi salah satu contohnya. Meskipun, Zelenskyy mengakui, pembicaraan perdamaian itu sedikit demi sedikit menghasilkan kemajuan.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata mengatakan, Ukraina merupakan penghasil gandum yang menjadi bahan baku utama untuk industri makanan dan minuman di Tanah Air, seperti tepung yang menjadi bahan baku roti dan lain sebagainya.

“Untuk jangka pendek memang belum kana berdampak dari sisi suplai gandum dari Ukraina. Tapi, jika perang tersebut berkepanjangan, ini jelas akan berdampak signifikan,” kata Josua kepada Inilah.com di Jakarta, Rabu (23/3/2022).

Begitu juga dengan pupuk, karena Indonesia mengimpornya dari Rusia. “Ini akan berimbas ke sektor perkebunan dan pertanian. Meskipun untuk tanaman pangan, pupuknya dari domestik dan kita masih pemerintah subsidi,” papar dia.

Menurut Josua, dari total impor pupuk, sebanyak 15 persennya berasal dari Rusia. Sementara impor gandum dari Ukraina mencapai 23% dari total impor. Ia menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan diversifikasi impor gandum, seperti dari Australia dan Kanada atau beberapa negara lain sebagai alternatif.

Begitu juga dengan diversifikasi impor pupuk. Ia mengungkapkan, ada beberapa negara yang menjadi produsen utama pupuk untuk menggantikan Rusia, seperti China atau Vietnam.

“Alternatif-alternatif itu perlu pemerintah mitigasi. Kita perlu mengantisipasi saja kalau perang berkepanjangan. Jika pemerintah cepat melakukan diversifikasi, krisis pupuk dan gandum dapat diantisipasi,” imbuhnya.

Asal tahu saja, serangan Rusia terhadap Ukraina berlangsung sejak 24 Februari 2022. Agresi militer itu menyebabkan lonjakan pada harga komoditas energi hingga pangan global. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengerek inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button