Ototekno

Permukaan Laut Naik Lebih Cepat, Pencairan Gletser Greenland Jadi Pemicu Utama

Tim peneliti internasional telah memecahkan misteri mengapa es di Greenland mencair dengan cepat, sebuah temuan yang menggambarkan bahwa dunia mungkin telah meremehkan potensi kenaikan permukaan laut akibat pencairan es di kutub. Penelitian ini dilakukan di Gletser Petermann dan melibatkan peneliti dari University of California dan Jet Propulsion Laboratory NASA.

Penemuan yang telah dipublikasikan pada 8 Mei 2023 dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) ini, menjelaskan bahwa garis landasan Gletser Petermann telah bergeser secara substansial selama siklus pasang surut, memungkinkan es untuk mencair. Garis landasan adalah titik di mana es melepaskan diri dari daratan dan mulai mengapung di lautan.

Enrico Ciraci, asisten spesialis dalam ilmu sistem bumi dari University of California, menjelaskan bahwa garis landasan Petermann lebih tepat digambarkan sebagai zona landasan, karena garis ini bermigrasi antara 2 dan 6 kilometer saat air pasang.

“Migrasi ini lebih besar dari yang diharapkan untuk sebuah jalur landasan di area yang tidak bergerak dan kaku,” ucap Ciraci, penulis utama studi ini mengutip CNN, Jumat (12/5/2023). Ciraci juga menambahkan bahwa sebelumnya, banyak yang beranggapan bahwa garis landasan di bawah gletser yang mencapai samudra tidak bermigrasi selama siklus pasang surut, dan bahkan diyakini tidak mengalami pencairan es.

Namun, penemuan baru ini membantah anggapan tersebut dengan menunjukkan bahwa air laut yang hangat bisa menyusup ke bawah es melalui saluran subglasial yang sudah ada sebelumnya, menyebabkan pencairan es di zona landasan. Peneliti menemukan bahwa air laut mampu masuk saat garis landasan Gletser Petermann mundur hampir 4 kilometer antara tahun 2016 dan 2022, mengukir rongga setinggi 670 kaki atau sekitar 204 meter di bagian bawah gletser yang tetap ada sepanjang tahun 2022.

Profesor ilmu sistem Bumi University of California dan peneliti NASA, Eric Rignot, mengatakan, interaksi es dengan laut ini membuat gletser lebih sensitif terhadap pemanasan laut. Memasukkan dinamika interaksi ini dalam model kenaikan permukaan laut dapat meningkatkan proyeksi hingga 200 persen.

“Permodelan pencairan es ini berlaku tidak hanya untuk Petermann, tetapi juga untuk semua gletser yang berakhir di lautan. Sebagian besar gletser ini berada di utara Greenland dan di seluruh Antartika,” kata Rignot.

Rignot juga mencatat bahwa lapisan es Greenland telah kehilangan miliaran ton es ke lautan dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar disebabkan oleh pemanasan air laut di bawah permukaan. Paparan air laut mencairkan es dengan kuat di bagian depan gletser dan mengikis resistensi terhadap pergerakan gletser di atas tanah, sehingga es meluncur lebih cepat ke laut.

Para peneliti mendesak semua pihak di tingkat global untuk memberikan perhatian lebih terhadap pencairan es di Greenland ini. Fenomena ini bukan hanya merugikan ekosistem lokal, tetapi juga merupakan imbas dari perubahan iklim yang dapat mempengaruhi dunia secara keseluruhan.

“Mendorong upaya bersama yang lebih serius diperlukan untuk mencegah suhu permukaan air laut semakin panas, yang dapat mempercepat pencairan es di kutub,” tambah Rignot.

Penemuan ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang lebih dalam tentang interaksi antara es dan laut, serta konsekuensinya bagi kenaikan permukaan laut dan perubahan iklim global. Sementara studi ini telah memberikan wawasan penting, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memahami sepenuhnya dan merespons tantangan global ini.

Dengan penelitian berkelanjutan dan tindakan global yang lebih serius, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari pencairan es di kutub, memperlambat laju pemanasan global, dan memitigasi risiko kenaikan permukaan laut yang signifikan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button