News

Prestasi Airlangga Kuatkan Golkar di Senayan Diapresiasi Internal dan Eksternal Partai


Penghitungan suara hasil Pileg 2024 memang belum kelar. Namun, tidak hanya prediksi berdasarkan quick count, hasil sementara real count pun kuat menunjukkan bahwa Partai Golkar yang mendominasi suara di setidaknya 15 provinsi, memantik respons positif atas kinerja kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dari dalam maupun dari luar partai.

Dari internal, bagian dari keluarga besar Golkar, Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI), lewat Ketua Umum Jerry Sambuaga dan Sekretaris Jenderal Ahmad Andi Bahri, menyatakan apresiasi tinggi atas kepemimpinan Airlangga Hartarto. Airlangga dinilai telah membawa dampak signifikan terhadap meningkat tajamnya suara Partai Golkar pada Pemilu 2024. Untuk itu, sebagai simbol, keduanya bersama kader-kader AMPI memberikan piagam penghargaan ‘Kesatria Aswattha Jaya’ kepada Airlangga.

Menurut Jerry, suksesnya Partai Golkar mendulang suara pemilih pada Pemilu 2024 merupakan hasil nyata konsistensi, loyalitas dan dedikasi Airlangga sebagai ketua umum. “Penghargaan kami ini adalah bentuk rasa bangga dan apresiasi yang tinggi atas konsistensi, loyalitas dan dedikasi tak terbatas yang telah beliau berikan selama memimpin Partai Golkar sehingga membuahkan hasil positif di Pemilu kali ini,” ujar Jerry.

Dari luar partai, Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI)  Dr. Iswadi, M.Pd, bahkan menyatakan, dengan dominasi suara di mayoritas provinsi serta berada di posisi kedua suara terbanyak, ia memprediksi di bawah kepemimpinan Airlangga, Partai Golkar bakal kembali menjadi ‘Raja Senayan’.

Iswadi menunjuk hasil real count yang menunjukkan dominasi suara Golkar di 15 provinsi, diikuti PDIP dengan 10 provinsi, Gerindra lima  provinsi, NasDem empat provinsi, dan seterusnya. “Golkar meraih dominasi suara terbanyak menurut perhitungan sementara di provinsi seperti Aceh, Banten, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua, Riau dan sebagainya. Itu modal kuat untuk kembali menjadi ‘Raja Senayan’,” kata Iswadi.

Sementara pengamat politik dari Universitas Nasional, Safrizal Rambe mengatakan, meski prestasi Airlangga masih di bawah pencapaian ketua umum sebelumnya, Akbar Tandjung, kepemimpinan Airlangga sangat patut mendapatkan apresiasi tinggi. “Melonjaknya perolehan suara Partai Golkar, yang hingga Jumat (1/3/2024) hanya berselisih 1,34 persen (16,44 persen PDIP dan 15,1 persen suara Golkar) membuktikan Airlangga sukses mengembalikan kejayaan Golkar,” kata Safrizal.

Menurut Safrizal, setidaknya dua hal telah menjadi faktor penentu sukses Airlangga menggenjot perolehan suara Golkar. Pertama, tepatnya strategi dalam penataan komposisi caleg Golkar di sejumlah wilayah. Dengan ketepatan menempatkan orang-orang yang berpotensi menang pada sejumlah wilayah, hal tersebut  mempengaruhi suara Partai Golkar di Pileg 2024. Dengan jeli, kata Safrizal, Airlangga mampu mengonsolidasi figur dan mesin partai melalui penempatan caleg-caleg berkualitas secara merata di berbagai dapil,” kata dia.

Yang lain, menurut dia, berkenaan dengan kerinduan publik pemilih akan parpol yang benar-benar menjadikan  program dan karya sebagai core utama partai.

Meski pernah menjadi bulan-bulanan di awal Reformasi karena dianggap sebagai bagian dari Orde Baru, atas perjuangan di bawah komando Akbar Tandjung, Partai Golkar mengamankan posisi kedua di Pemilu 2004. Mereka meraih 21,57 persen suara dengan jumlah pemilih 24 juta lebih, mengalahkan PDIP (18,53 persen) dan PKB (10,56 persen). Selain menjadi Ketum Golkar, Akbar Tandjung juga menduduki posisi ketua DPR-RI pada periode 1999–2004.

Di era Jusuf Kalla sebagai ketua umum, prosentase suara Golkar pada Pemilu 2009 turun menjadi 14,45 persen. Namun demikian Golkar masih memperoleh 106 kursi di DPR RI.

Pada era kepemimpinan Aburidzal Bakrie yang  memimpin pada periode 2009-2014 dan Januari-Mei 2016, Golkar kembali menjadi runner-up di Pemilu 2014. Kali ini ada kenaikan persentase, meski tak signifikan, yakni menjadi 14,75 persen atau  ada  penambahan jumlah pemilih 3,3 juta lebih. Namun jumlah kursi yang diperoleh Golkar saat itu turun menjadi 91 kursi.

Sempat terjadi dualisme kepemimpinan, yakni antara kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, posisi ketua umum kemudian dijabat Setya Novanto. Namun, kepemimpinan Novanto tidak sampai Pemilu karena ia hanya bertahan selama satu tahun.

Mulai Desember Desember 2017, Airlangga Hartarto menjabat sebagai ketua umum Golkar. Dipengaruhi kisruh sebelumnya, pada Pemilu 2019, Golkar yang sebelumnya konsisten di posisi 1 atau 2, turun menjadi posisi ke-3. Pada Pemilu 2019 itu Golkar hanya bisa mengantongi suara 12,31 persen, dengan anggota DPR RI menjadi 85 orang. Namun secara keanggotaan, Golkar masih menempati posisi kedua sebagai partai yang paling banyak meraih kursi DPR RI.

Kini dengan kepemimpinannya, Airlangga berhasil mengembalikan posisi tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button