Market

Resesi Global Pecah di Kuartal IV-2022, Kondisi Indonesia Berbeda

Rabu, 19 Okt 2022 – 15:14 WIB

Tidak ada yang tahu pasti kapan persisnya resesi global bakal terjadi. Namun, jika melihat tanda-tandanya, ekonom memperkirakan itu terjadi pada kuartal IV-2022, terutama untuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China. Bagaimana dengan Indonesia?

“Nah untuk Indonesia, kalau kita melihat justru kondisinya ini agak sedikit berbeda. Pertumbuhan ekonomi kita masih kuat. Terakhir di kuartal dua, itu masih di atas 5 persen. Kuartal ketiga ini juga nanti kalau keluar kami prediksikan di atas 5 persen,” kata Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia kepada Inilah.com di Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Ia menjelaskan, kapan persisnya resesi global akan terjadi memang belum ada yang tahu pasti. Namun, tanda-tandanya sudah terlihat dan diperkirakan sudah mulai terjadi pada kuartal IV-2022.

“Kita melihat kuartal keempat di negara-negara besar seperti Amerika, Eropa, China pun begitu, prediksinya pertumbuhan ekonomi mereka sudah mengalami pemangkasan jauh, perlambatan jauh,” ungkap Faisal.

Secara kuartalan, sambung dia, pertumbuhan ekonomi di AS malah sudah diprediksi menunjukkan angka minus. “Kalau di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi juga tajam penurunnya di kuartal keempat ini,” ucapnya.

Pada 2022, pertumbuhan ekonomi China diprediksi hanya 2,7-2.8%. “Ini prediksi total untuk full year 2022 ya,” ucapnya.

Padahal, kata dia, ekonomi China di 2021 tumbuh sebesar 8,1%. Bahkan, ketika pandemi berada di level yang tinggi sekali, negeri Tirai Bambu bisa mengantongi pertumbuhan ekonomi di atas 6%.

“Jadi sudah kelihatan di kuartal keempat tahun ini (potensi resesi) dan diperkirakan akan berlanjut ke tahun depan,” tuturnya.

Karena resesi terjadi di negara-negara besar, lebih jauh Faisal menjelaskan, dampaknya sampai ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

“Transmisi resesi ke Indonesia akan ada tapi kalau dibandingkan dengan negara lain, kita dampak buruknya relatif lebih kecil. Sebab, kita punya bantalan di mana ekonomi domestik kita itu besar dan bergerak. Itu yang menjadi bantalan ketika ada shock dari ekonomi global,” timpal Faisal.

Dia menegaskan, Indonesia dapat mengendalikan dampak pandemi sehingga ekonomi di dalam negeri bergerak. “Cukup bagus kalau melihat dari konsumsi rumah tangganya itu secara keseluruhan sudah bagus,” ungkap dia.

Selain itu, sambungnya, Indonesia mendapat keuntungan windfall alias durian runtuh dari harga-harga komoditas yang tinggi. “Ini beda dengan nasib negara-negara yang ekonomi domestiknya lebih kecil dari kita dan bergantung pada perdangan luar negeri,” ucapnya.

Faisal mencontohkan Singapura di mana saat ekonomi global sakit, Negeri Singa juga ikut sakit. “Kalau Indonesia tidak, karena ekonomi dalam negerinya bagus dan terus bergerak,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button