News

RS Indonesia di Gaza Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel

Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza, Palestina tetap beroperasi meski sempat rusak karena serangan Israel. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menyatakan korban terus berjatuhan membuat dokter kewalahan.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza masih terus menerima korban warga Palestina yang terluka maupun meninggal dunia. Dokter yang bertugas saat ini membutuhkan peralatan medis untuk menangani para korban serangan bom.

Sebelumnya, Rumah Sakit Indonesia sempat terdampak serangan udara yang dikirimkan Israel. Presidium MER-C Henry Hidayatullah menyatakan bagian selang pipa distributor oksigen terkena serangan bom.

Selain menangani korban terluka, Rumah Sakit Indonesia di Gaza juga kerap digunakan penduduk Palestina untuk berlindung.  

“Rumah Sakit Indonesia yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari perbatasan Israel menerima jumlah korban yang begitu luar biasa,” kata Henry dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/10/2023).  

Diketahui, Rumah Sakit Indonesia berkapasitas 230 tempat tidur itu merupakan sumbangan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina. Saat ini menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan bagi korban perang.

“Jika hal ini terus berlanjut stok obat-obatan akan menipis dan tenaga medis akan mengalami kelelahan,” ujar Henry.

Tetap Bertahan dan Terus Berikan Pelayanan Medis

Sementara itu, Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad menegaskan bahwa MER-C tetap bertahan memberikan pelayanan medis meski sebagian bangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengalami kerusakan. Petugas medis MER-C akan bertahan  di lapangan dan bersiap mengirim lebih banyak sukarelawan untuk membantu.

“(Mereka) akan tetap berada di Gaza untuk memberikan bantuan darurat di saat genting ini. Mereka bukan hanya relawan MER-C saja, tapi juga perwakilan rakyat Indonesia di Palestina untuk memberikan bantuan jika dibutuhkan oleh warga Palestina,” ujar Sarbini dalam keterangannya yang dikutip Kamis (12/10/2023).

Didampingi Henry Hidayatullah dan Faried Thalib dari Presidium MER-C, dikatakan Sarbini, relawan Indonesia di Jalur Gaza akan tetap bertugas untuk memberikan dukungan medis darurat disaat serangan udara Israel terus menggempur wilayah Palestina yang berpenduduk padat.

“Tujuan utama tim ini adalah menyampaikan dukungan masyarakat Indonesia melalui bantuan medis dan kemanusiaan,” kata dia.

Disampaikan Sarbini, Rumah Sakit Indonesia yang terletak tepat di luar kamp pengungsi Jabalia di Gaza, didirikan MER-C pada tahun 2015 dengan menggunakan sumbangan dari warga negara Indonesia, sejak Senin (9/10/2023) mulai dipenuhi pasien.

“Sudah melebihi kapasitas dan bahkan kamar mayatnya tidak memiliki ruang untuk menangani jenazah korban serangan udara baru karena, lonjakan korban akibat serangan Israel,” papar Sarbini.

Hingga Rabu, Rumah Sakit Indonesia telah menampung 66 korban meninggal, 444 korban luka-luka yang di antaranya 93 korban masih menjalani perawatan.

Penyerangan langsung di kompleks Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Jalur Gaza, pada Sabtu (7/10/2023), semakin menguatkan bahwa perang Israel-Palestina, Hukum Kemanusiaan Internasional tidak pernah menjadi pertimbangan Israel. Dalam serangan ini sebagian gedung RS Indonesia mengalami kerusakan.

“Wisma dr. Joserizal Jurnalis yang menjadi tempat tinggal relawan MER-C mengalami dampak serupa. Kendaraan yang terparkir di depan wisma bahkan terbakar dan mengalami kerusakan berat. Dalam insiden ini, satu staf lokal MER-C cabang Gaza syahid akibat ledakan,” kata Sarbini.

Serangan serupa juga diarahkan di pelataran RS An Nasr di Khan Younis, Gaza Selatan yang menghancurkan ambulans serta melukai beberapa staf medis dan masyarakat awam.

“Kaidah perlindungan yang termaktub dalam Hukum Kemanusiaan Internasional, untuk mencegah korban dari personel medis, suplai alat kesehatan, rumah sakit dan ambulans; lagi-lagi dilanggar untuk kesekian kalinya,” tambah Sarbini.

Ia menegaskan, MER-C sangat menyayangkan timbulnya korban dari pihak medis. MER-C pun mendukung seruan Kementerian Kesehatan di Gaza kepada dunia Internasional untuk menjamin keamanan dan keselamatan tenaga dan aset kesehatan selama konflik berlangsung.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button