News

Survei: Gerindra Paling Berpeluang Calonkan Presiden dari Internal

Meski pagelaran pemilu legislatif 2024 masih menyisakan waktu 20 bulan lagi, namun para elite partai politik (parpol) saat ini sudah mulai pasang kuda-kuda. Safari politik antar Ketua Umum parpol dan elitenya marak dilakukan.

Hasil safari politik para elite parpol itu telah menghasilkan beberapa koalisi. Saat ini sudah ada koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Koalisi Semut Merah yang digagas oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digagas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bersama Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

“Mengacu pada komposisi 9 parpol berkursi di DPR RI, maka jika secara proporsional dipermutasikan atau dikombinasikan atau dalam bahasa politik biasa disebut sebagai koalisi untuk menghasilkan komposisi 20 persen kursi, maka jumlah koalisi yang bisa dibentuk maksimal hanya sebanyak 4 koalisi. Itu artinya, komposisi koalisi 9 parpol berkursi di DPR RI saat ini hanya bisa menghasilkan maksimal 4 Calon Presiden,” kata Kepala Peneliti Litbang Sin Po, Syahrial Mayus, Jumat (24/6/2022).

Menurut Syahrial parpol yang berpeluang mengusung kader internal salah satunya adalah PDIP yang memenuhi presidential threshold 20 persen, yakni 22,3 persen.

Selanjutnya parpol yang paling berpeluang mencalonkan kadernya sendiri sebagai Capres adalah Partai Gerindra dan Partai Golkar. Kedua partai ini, sambungnya, hanya memerlukan satu teman koalisi untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, kecuali dengan PPP.

“Sementara untuk Partai NasDem dan PKB yang memiliki 10 persen kursi DPR RI, jika tidak berkoalisi diantara keduanya atau tidak dengan PDIP, Gerindra dan Golkar, maka mereka membutuhkan minimal 3 koalisi parpol,” tuturnya.

“Akan tetapi, jika mengacu pada tokoh-tokoh elit parpol yang dijagokan menjadi calon presiden dari kader internal masing-masing parpol, parpol manakah yang paling berpeluang mengusung kader internalnya sendiri. Diantara nama tokoh-tokoh, saat ini hanya nama Prabowo Subianto yang memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi,” tambahnya.

Syahrial melanjutkan, dengan posisi Partai Gerindra yang hanya membutuhkan satu teman koalisi untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, ditambah dengan tingkat elektabilitas Prabowo Subianto, maka Partai Gerindra memiliki peluang paling besar untuk mencalonkan kader internalnya sendiri.

“Karena dengan kemampuan dan pengalaman Prabowo Subianto dalam kancah politik nasional, rasanya tidak cukup rumit untuk mencari 1 teman koalisi diantara 8 parpol berkursi di DPR RI,” sebutnya.

Jika skenario ini berjalan, sambungnya, maka bisa dipastikan bahwa Partai berlambang burung garuda akan mendapat efek ekor jas atau coat-tail effect dari pencalonan ini.

“Artinya dengan tingkat popularitas dan elektabilitas Prabowo Subianto yang saat ini berada di posisi paling atas, maka hal ini juga akan tumpah ke tingkat elektoral Partai Gerindra. Selain efek ekor jas, saat ini tingkat elektabilitas Partai Gerindra juga sangat baik. Merujuk hasil survei Litbang Sin Po yang dilakukan dalam rentang waktu 20 Mei 2022-3 Juni 2022, tingkat elektabilitas Partai Gerindra berada di posisi kedua setelah PDI Perjuangan,” jelasnya.

Dari survei itu, kata dia, partai politik yang banyak dipilih adalah PDI Perjuangan sebesar 21,8 persen, Partai Gerindra sebesar 12,3 persen, Partai Golkar 10,6 persen, Partai Demokrat sebesar 9,2 persen, PKB sebesar 8,2 persen, dan PKS sebesar 6,3 persen. Sementara yang tidak tahu/tidak jawab/rahasia atau belum memutuskan sebesar 20,3 persen.

“Melihat uraian-uraian ini, maka bisa disimpulkan bahwa saat ini, parpol yang paling memiliki peluang memajukan Calon Presiden dari kalangan kader internalnya sendiri adalah Partai Gerindra. Dengan tingkat elektabilitas Prabowo Subianto yang berada di urutan teratas sebagai Capres saat ini, ditambah Partai Gerindra hanya perlu mencari satu teman koalisi untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, sepertinya peluang itu sangat mungkin terjadi,” paparnya.

Syahrial menuturkan, pengumpulan data survei tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden dalam rentang waktu 20 Mei 2022 – 3 Juni 2022. Metode sampling yang digunakan adalah multistage random sampling, margin of error plus minus 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95,0 persen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung dengan responden menggunakan kuesioner.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button