Arena

Tak Ada Liga, Bagaimana Coach Satoru Cari Pemain untuk Timnas Putri Nanti?


Penunjukkan Satoru Mochizuki sebagai pelatih Timnas Putri Indonesia menyisakan tanda tanya. Memilih pelatih kelas Piala Dunia untuk menangani timnas putri yang tidak punya liga reguler, apakah pilihan bijak?

Co-founder Women’s Footie Indonesia, Retno Annisa Utami, mengaku heran dengan langkah PSSI yang lebih memprioritaskan kepelatihan Timnas ketimbang bergulirnya liga.

“Nah ini ntar coachnya bagaimana buat nyari pemain, wong liganya aja udah mati. Terus kalau misal mau diaspora. Masalahnya diaspora ini pasti bakal berpikir beberapa kali. Karena kan kita tidak punya liga. Ini federasi kayak gimana memperlakukan kami gitu lho,” kata figur yang akrab disapa Mbak Nin kepada Inilah.com, Kamis (22/2/2024).

Mbak Nin menganggap, kompetisi merupakan kebutuhan yang lebih genting ketimbang pelatih sekaliber Satoru.”Timnas Indonesia yang kuat berasal dari kompetisi sepakbola yang sehat. masa kalau mau compete baru dipanggil, masuk, dikumpulin dua minggu itu kan kayaknya enggak efektif gitu kan ya,” ucap dia.

Satoru Mochizuki sendiri berencana melakukan blusukan untuk mencari talenta srikandi Merah Putih. Ketiadaan kompetisi membuat sang juru taktik turun ke daerah-daerah menjaring pemain-pemain potensial.

Retno Annisa memandang positif cara tersebut. Namun dia mengatakan, pekerjaan tersebut tidak akan mudah.

“Kalau kelompok umur sih ya agak susah. Cara paling gampang tuh mereka harus konsultasi lewat SSB yang ada gitu kan nah SSB di Indonesia kan ya kalau Jakarta kan kita gak perlu ragu, banyak di sini. Yang PR situ ke daerah-daerah,” ucap dia.

Gelaran Liga 1 Putri 2019 menjadi kompetisi resmi sepak bola wanita terakhir yang digelar di Tanah Air. Setelah itu Indonesia dilanda pandemi COVID-19 sehingga musim kedua Liga 1 Putri akhirnya batal digelar.

Setelah pandemi, kompetisi serupa tak kunjung digelar lagi. Karena kondisi tersebut, para pesepakbola wanita hanya bisa tampil di kompetisi antar kampung (tarkam) maupun Piala Pertiwi.

Pukulan telak dari nihilnya kompetisi berjenjang untuk wanita di Indonesia sudah dirasakan pada medio 2022 silam. Saat itu, Garuda Pertiwi yang tampil di Piala Asia Wanita 2022 kalah dengan skor telak 0-18 Timnas Wanita dari Australia.

Sebelumnya Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir menjelaskan Liga putri tidak bisa dilakukan buru-buru, harus disertai visi dalam jangka panjang.

“Lebih baik kita buat program-program grassroot (akar rumput) dan tim nasional, baru liga wanitanya bisa bernapas lebih panjang lagi,” tuturnya.

“Di U17 AFC yang akan digelar di Bali itu akan menjadi cikal bakal tim nasional Indonesia tentu jangka pendek dan panjang,” sambungnya. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button