Kanal

Uji Kertas Lakmus pada Kesepakatan Arab Saudi dengan Iran

Arab Saudi dan Iran sepakat untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan. Kesepakatan ini seperti sebuah uji kertas lakmus apakah dalam waktu dekat keduanya akan sejalan searah. Yang pasti meski sudah sepakat tampaknya keduanya masih tetap akan waspada.

Pernyataan bersama yang dirilis setelah pembicaraan di Beijing, Jumat (10/3/2023), menegaskan kembali bahwa kedua belah pihak sepakat menghormati kedaulatan bersama dan tidak campur tangan dalam urusan masing-masing. Kedua negara juga sepakat membuka kembali kedutaan besarnya, dalam waktu dua bulan. Menteri luar negeri Saudi dan Iran juga akan mengadakan pertemuan untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut, bertukar duta besar dan membahas cara memperkuat hubungan.

Perjanjian tersebut penting karena ditandatangani dua kekuatan besar di Timur Tengah setelah perselisihan sengit dan pembekuan diplomatik selama tujuh tahun. Arab Saudi selalu berusaha mencari perdamaian, dan hanya ketika Houthi yang didukung Iran menggulingkan Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi di Yaman, Riyadh mengambil sikap tegas, memutuskan untuk campur tangan melindungi pemerintah yang sah.

Selama dua tahun terakhir, ada lima putaran pembicaraan antara Kerajaan Arab Saudi dan Iran. Pembicaraan yang dimulai di bawah mantan Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi menyentuh cara untuk meredakan ketegangan antara kedua negara, melanjutkan hubungan diplomatik, dan menyelesaikan perselisihan yang timbul dari peran Iran di Yaman, Suriah, dan Lebanon.

Semua putaran diskusi sebelumnya kebanyakan bersifat keamanan. Namun kesepakatan baru-baru ini antara Arab Saudi dan Iran, dan pernyataan bersama yang dikeluarkan kedua negara bersama dengan China, menandai peralihan dari dialog keamanan ke dialog diplomatik. Ini adalah langkah maju.

Kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran untuk melanjutkan hubungan diplomatik ini mendapat sambutan positif dari banyak negara. Uni Eropa menyambut baik kesepakatan ini dan menantikan implementasinya. “Mempromosikan perdamaian dan stabilitas serta mencapai penurunan ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas adalah prioritas utama bagi Uni Eropa,” kata Peter Stano, juru bicara utama urusan eksternal Uni Eropa.

Prancis, Mesir, hingga Tunisia ikut merespons positif. Mereka kini menanti langkah berikutnya dari kesepakatan itu. “Kami menantikan perkembangan ini yang berdampak positif pada kebijakan regional dan internasional Iran,” kata juru bicara Kepresidenan Mesir Ahmed Fahmy.

Visi luas Arab Saudi di kawasan

Presiden Institut Internasional untuk Studi Iran, Dr Mohammed Al-Sulami menilai alasan di balik terobosan semacam itu beragam, tetapi faktor utamanya adalah bahwa Arab Saudi mengejar pendekatan kebijakan luar negeri yang terutama didasarkan pada meredakan ketegangan, mengakhiri perselisihan, dan memulihkan stabilitas. Pendekatan kebijakan luar negeri ini merupakan bagian dari visi yang lebih luas untuk negara dan kawasan.

“Kerajaan Arab Saudi lebih menyukai perdamaian daripada perang dan dialog daripada memutuskan hubungan, serta menyalurkan sumber daya yang sangat besar di kawasan itu untuk mencapai kemakmuran dan pembangunan, daripada membiayai milisi dan memproduksi senjata. Ini adalah tema yang diulangi pejabat Saudi dalam beberapa tahun terakhir,” kata Dr Al-Sulami, mengutip Arab News.

Kesepakatan ini sejalan dengan apa yang dikatakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) kepada majalah The Atlantic setahun lalu yang melihat Iran sebagai tetangga. Adalah kepentingan kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah, kata putra mahkota, tetapi masalah keamanan Kerajaan harus diatasi terlebih dahulu.

Segera setelah pernyataan bersama keduan negara dirilis, Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan menulis di Twitter: “Pembukaan kembali hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran didasarkan pada visi Kerajaan yang mendukung resolusi dan dialog politik serta keinginan untuk mendorong orientasi ini di wilayah tersebut. Semua negara di kawasan ini memiliki nasib yang sama dan denominasi yang sama, yang mengharuskan kami untuk berbagi model kemakmuran dan stabilitas agar rakyat kami dapat menikmatinya.”

Cuitan ini melambangkan kebijakan luar negeri dan visi Saudi untuk wilayah tersebut. Menteri Luar Negeri Saudi telah menegaskan kembali kesiapan Kerajaan untuk berdialog dalam beberapa kesempatan. Pada 17 Januari 2023, dia mengatakan pada sesi forum Davos bahwa dialog adalah cara terbaik untuk menyelesaikan perbedaan di kawasan. “Kami berusaha menciptakan dialog dengan semua pihak. Dan fokus utama kami adalah pada pengembangan.”

Dr Al-Sulami memaparkan, kedua negara sepakat untuk membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan. Kerangka waktu ini penting. Kedua negara beralih dari fokus pada masalah keamanan ke masalah politik. “Masalah dengan Iran bukanlah dialog, tetapi niat baik. Arab Saudi tidak pernah menolak dialog dengan Iran. Namun, Kerajaan juga menegaskan bahwa tetangganya harus menunjukkan niat baik agar dialog ini dapat berlanjut,” tandasnya

Perlu dicatat bahwa perjanjian ini adalah seperti ujian kertas lakmus untuk Iran. Kertas lakmus dapat berubah warna jika dicelupkan ke dalam cairan asam atau basa. Perubahan warna pada kertas ini akan mengetahui besaran kadar Ph apakah asam, normal atau basa.

Dalam kasus Iran, akan terlihat bagaimana warna Iran dalam melaksanakan kesepakatan ini. Apakah kadarnya ringan sehingga kesepakatan ini hanya di atas kertas tanpa makna, bahkan menambah ruwet konflik dengan Arab Saudi? Atau memang serius untuk mengimplementasikannya.

Jika Iran memiliki niat tulus untuk meredakan ketegangan dan mengakhiri perselisihan di wilayah tersebut, mungkin akan tercermin dari situasi Yaman. Arab Saudi tidak menginginkan perang di Yaman dan sangat ingin mencapai resolusi damai.

Menilik situasi kedua negara, pihak Kerajaan Arab Saudi terlibat dalam dialog ini dengan posisi yang kuat. Saudi memiliki ekonomi yang lebih kuat dan kondisi internal yang jauh lebih baik daripada Iran. Dengan demikian, seruan Saudi untuk berdialog dan penyelesaian kesepakatan terbaru dengan Teheran adalah tanda kemenangan, bukan kekalahan. Sebuah indikasi berada di atas angin, daripada dipaksa untuk membuat konsesi.

Sebaliknya, Iran telah mengalami kondisi ekonomi yang memburuk, kondisi domestik yang tidak stabil, dan pengaruh regional yang menurun. “Seruan untuk berdialog ini, dapat ditafsirkan sebagai langkah mundur rezim untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dan mencegah kerusakan domestik lebih lanjut dan isolasi internasional,” katanya.

Arab Saudi adalah negara Arab yang kuat dan penting. Kebijakan luar negerinya membentuk kebijakan regional dan bahkan global. Jika Kerajaan percaya bahwa meredakan ketegangan dan memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran dapat membuahkan hasil, orientasi ini akan menjadi ciri khas kebijakan kawasan. Namun, itu semua tergantung pada niat baik Iran. Bola sekarang ada di Iran.

Yang pasti, pencairan hubungan Saudi-Iran ini akan diuji dalam dua bulan ke depan, tergantung pada perkembangan regional dan global. Tekanan Israel terhadap AS, arah hubungan Iran-Eropa, dan keseriusan serta itikad baik Iran akan menentukan apakah perjanjian itu bertahan atau gagal.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button