Hangout

4 Mitos dan Fakta Terkait Konsumsi Vitamin C

Vitamin C adalah yang paling populer dari semua vitamin dan mineral serta merupakan hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita ketika berbicara tentang kekebalan yang rendah. Konsumsi vitamin C melonjak ketika pandemi COVID-19 saat ini.

Orang-orang konsumsi vitamin C secara rutin setiap hari dengan harapan bahwa itu akan melindungi mereka dari efek mematikan serangan virus.

Mungkin anda suka

Karena tidak banyak yang diketahui tentang virus corona pada awal 2020, hubungannya dengan flu biasa menjadi alasan mengapa orang mengonsumsi suplemen Vitamin C. Meskipun sangat populer, ada banyak informasi yang salah seputar Vitamin C.

Berikut adalah mitos dan fakta seputar vitamin C.

Mitos 1: Semakin banyak Anda memilikinya, semakin baik kekebalan Anda

Tidak. Menurut para ahli, jumlah ideal Vitamin C yang harus dikonsumsi wanita dewasa adalah 75 miligram per hari dan pria harus mengonsumsi 90 miligram Vitamin C setiap hari. Meskipun terlalu banyak vitamin C diet tidak mungkin berbahaya, megadosis suplemen vitamin C dapat menyebabkan diare dan mual, kata para ahli di MayoClinic.

Batas atas Vitamin C adalah 2000 mg per hari, tetapi orang dengan penyakit hati kronis, asam urat, atau penyakit ginjal tidak boleh mengonsumsi lebih dari 1.000 mg vitamin C per hari, seperti yang inilah.com kutip dari timesofindia, Senin, (14/03/2022).

Mitos 2: Jeruk adalah sumber vitamin C terkaya

Anehnya ini tidak benar. Ternyata, faktanya jeruk tidak menjadi satu-satunya sumber vitamin C paling banyak.

Paprika memiliki lebih banyak vitamin C daripada jeruk. Paprika kuning memiliki 159,61 mg Vitamin C per 100 gram. Paprika merah dan hijau memiliki 121,38 mg dan 16,52 mg Vitamin C per 100 gram.

Bukan hanya paprika, plum, jambu biji, ceri, peterseli memiliki lebih banyak vitamin C daripada jeruk.

Mitos 3: Vitamin C membantu menyembuhkan COVID

TIDAK besar. Vitamin C adalah antioksidan yang memiliki sifat anti-inflamasi yang membantunya mempengaruhi imunitas seluler. Vitamin C dapat membantu untuk pasien COVID tetapi itu bukan obat untuk itu.

Para ahli mengatakan bahwa asupan vitamin C secara teratur dapat melindungi tubuh dari serangan virus sampai batas tertentu, tetapi itu tidak akan mencegahnya sama sekali.

Vitamin C dikaitkan dengan pengobatan COVID karena penggunaannya yang luas untuk flu biasa dan karena fakta bahwa COVID dan flu biasa adalah penyakit pernapasan.

Vitamin C diketahui dapat mengurangi keparahan pilek yang disebabkan oleh virus lain, namun tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vitamin C efektif dalam menyembuhkan COVID-19.

Mitos 4: Vitamin C hanya meningkatkan kekebalan tubuh

Vitamin C tidak hanya berguna untuk kekebalan, tetapi juga membantu pertumbuhan sel, menjaga kesehatan kulit, mengatur pembuluh darah, tulang dan tulang rawan, mempercepat penyembuhan luka. Hal ini juga dikenal untuk mengurangi kadar urat darah dan mencegah terjadinya asam urat.

Banyak penelitian juga mengaitkan Vitamin C dengan peningkatan memori di usia tua.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button