Market

Gaji Tak Naik, Cicilan Rumah Melonjak Rp300 Ribu, Hidup Semakin Berat

Hari-hari ini, Marhadi (38), karyawan swasta dilanda galau. Dia harus membayar cicilan rumah atau KPR yang angkanya naik. Lumayan juga naiknya sampai Rp300 ribu per bulan, sementara gaji tak naik.

Tentu saja, Marhadi tidak sendirian. Ada ribuan bahkah jutaan debitur KPR yang senasib dengan pria yang tinggal di Parung, Bogor, Jawa Barat itu. Semua karena keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,75 persen.

“Ini berat, cicilan KPR naik Rp300 ribu. Belum lagi harga barang-barang naiknya enggak kira-kira. Belum lagi cicilan motor Rp900 ribu per bulan. Jajan dan biaya sekolah anak. Sementara gaji saya pas-pasan,” ungkap Marhadi, Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Marhadi yang berperawakan kecil ini, pantas galau. Dengan gaji Rp4,8 juta, dikurangi cicilan rumah (Kredit Pemilikan Rumah/KPR) yang naik menjadi Rp1,9 juta dan cicilan motor Rp900 ribu, sisanya cuman Rp2 juta. “Sisa yang Rp2 juta harus cukup untuk keperluan sebulan. Artinya, sehari cuman Rp66 ribu. Ya, dicukup-cukupin, harus cukup,” ungkap Marhadi sambil menarik nafas panjang.

Agar dapur tetap ngebul dan anak tetap bisa jajan, Marhadi harus mencari penghasilan tambahan. Dia nekat menjadi ojek online (ojol), setelah pulang kerja. “Yang penting jaga kesehatan anak dan istri di rumah bang,” kata Marhadi.

Pengamat properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch, Ali Trihangda mengatakan, perbankan akan cepat merespons kenaikan suku bunga acuan (BI-3 Day Reserve Repo Rate/BI-3DRRR) dengan mengerek suku bunga KPR atau KPA (apartemen) sebesar 1 persen hingga 2 persen.

“Pasar menengah ke bawah pastinya akan terpengaruh dengan naiknya cicilan rumah mereka. Kenaikan cicilan (KPR) ini mencapai Rp150 ribu hingga Rp300 ribu per bulan. Ini jelas akan menggerus daya beli mereka,” ungkap Ali.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button