Market

Anak Buah Menko Airlangga Sebut 16 Juta Rakyat Indonesia Bergantung Sawit

Indonesia memiliki 16,3 juta hektare (ha) lahan kelapa sawit yang tersebar di 317 kabupaten dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia. Sedikitnya, 16 juta rakyat Indonesia menggantungkan nasibnya ke tanaman sawit.

Untuk itu, kata Deputi bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud, potensi industri sawit di Indonesia, mulai hulu hingga hilir, harus dikelola dengan baik. Saat ini, pemerintah fokus untuk meningkatkan hasil produksi dengan percepatan peremajaan tanaman sawit rakyat demi menjaga keberlanjutan produksi.

“Karena sawit adalah punya kita, kebanggaan kita. Kita harus bersama-sama berupaya untuk mengedepankan sumber ekonomi rakyat ini. Sawit harus kita bela. Apalagi ada 16,2 juta saudara kita yang bergantung dari sawit,” kata Musdalifah dalam Seminar Nasional bertajuk Sawit Memerdekakan Rakyat Indonesia dari Kemiskinan yang diselenggarakan SAWITKITA.ID di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Dia melanjutkan, luasnya sebaran lahan dan banyaknya rakyat yang bergantung pada ekonomi sawit, harus dikelola dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan. Apalagi menghadapi banyaknya tantangan, termasuk stigma negatif dari global tentang minyak sawit Indonesia, salah satunya terkait deforestasi.

Musdalifah mengatakan, sejak 2011, pemerintah telah melakukan moratorium pembukaan lahan untuk perkebunan, termasuk sawit. Sejatinya, langkahini sudah sesuai dengan Undang-undang Anti Deforestasi Uni Eropa atau EUDR (European Union Deforestasi Regulation). Saat ini, sudah ada 24 juta ton yang telah memiliki sertifikasi ISPO. Sementara, ada juga 9 juta ton yang sudah mengantongi sertifikat RSPO.

Sedangkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengatakan, produksi kelapa sawit semakin meningkat berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan negara atau devisa dari sawit pada 2022. mencapai US$39,07 miliar. Atau setara Rp586 triliun dengan asumsi kurs Rp15.000/US$. Capaian ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah. Sedangkan untuk Januari hingga Mei 2023, kata dia, nilai ekspor sawit mencapai US$11,72 milliar (Rp175,8 triliun). “Tanpa adanya sawit, maka neraca perdagangan maka turun,” tutur Eddy.

Tingkat konsumsi minyak sawit di dalam negeri dalam empat tahun terakhir, lanjut Eddy, terus naik di kisaran 30-40 persen. Padahal, produksi tahunan relatif stagnan di level 51 juta ton.

Lonjakan konsumsi ini imbas dari mandatori penyerapan biodiesel di dalam negeri, seperti B35. Dari segi ekspor sawit Indonesia terjadi kenaikan di beberapa negara pada 2022 seperti India, Pakistan, Amerika Serikat. “Ekspor ke beberapa negara tersebut juga kembali meningkat pada tahun ini, kecuali di AS,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button