Market

Bank Sentral Ramai-ramai Kerek Suku Bunga, Resesi Global Makin Dalam

Kenaikan suku bunga acuan secara ‘berjamaah’ di berbagai dunia, sangat ditakutkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Semakin memperlebar resesi global.

Untuk itu, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), konferensi perdagangan dan pembangunan di bawah PBB, berharap bank sentral di dunia tidak serta merta menaikkan suku bunga acuan dalam menekan inflasi tinggi.

Ketika suku bunga acuan dikerek tinggi oleh sebagian besar bank sentral di dunia, menurut UNCTAD, justru membuka ruang bagi terjadinya resesi ekonomi lebih dalam. Tak main-main, bakal terjadi krisis ekonomi yang lebih buruk ketimbang 2008 atau saat pandemi COVID-19 pada 2020.

Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca Grynspan mengatakan, bank sentral sejatinya memiliki solusi alternatif untuk menurunkan inflasi. Jadi, menaikkan suku bunga bukan satu-satunya cara.

Grynspan bilang, bisa saja sebuah negara menerapkan pajak tak terduga, atau pungutan satu kali kepada industri yang mengalami keuntungan tinggi. Sebut saja industri migas, batu bara atau kelapa sawit. “Masih ada waktu untuk mundur dari tepi resesi,” kata Grynspan.

The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dari 2,25 persen-2,5 persen menjadi 3 persen-3,25 persen pada September 2022. Tercatat selama tahun ini bank sentral AS itu telah menaikkan suku bunga 75 bps tiga kali berturut-turut.

Sementara, Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan badai stagflasi dan resesi global, sudah semakin nyata. Siap mengganggu perekonomian dunia dalam jangka waktu lumayan lama.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button