News

Biden Sebut Xi Jinping Diktator, Apa Ciri-ciri Pemimpin Diktator?

Presiden AS Joe Biden menyebut mitranya dari China Xi Jinping sebagai diktator. Sontak saja China meradang dengan sebutan itu. Apa sebenarnya ciri-ciri seorang diktator? Siapa saja pemimpin yang tercatat dalam sejarah menggunakan cara-cara diktator ini?

Berbicara pada penggalangan dana kampanye Partai Demokrat di California utara, Selasa (20/6/2023) Biden mengatakan Xi marah atas insiden pada Februari ketika sebuah balon China – yang menurut Washington digunakan untuk memata-matai – terbang di atas Amerika Serikat sebelum ditembak jatuh oleh jet militer Amerika.

“Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah dia tidak tahu itu ada di sana,” kata Biden. “Itu sangat memalukan bagi para diktator. Ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Itu tidak seharusnya terjadi di tempat itu. Itu meledak.”

Insiden balon itu memperburuk hubungan AS-Tiongkok yang sudah tegang karena masalah mulai dari Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri hingga semikonduktor dan hak asasi manusia, serta menyebabkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda kunjungan yang sudah direncanakan ke Beijing.

Blinken akhirnya pergi ke sana akhir pekan lalu, mengadakan diskusi dengan Menteri Luar Negeri Qin Gang pejabat tinggi urusan luar negeri Wang Yi, dan pada Senin sore, dengan Xi Jinping. Meski tidak ada terobosan, Blinken dan Xi sepakat tentang perlunya menstabilkan persaingan antara Washington dan Beijing agar tidak mengarah ke konflik.

Sontak saja, ucapan Biden ini membuat China meradang. Kementerian luar negeri Beijing menyebut komentar Biden sebagai “konyol”. “Pernyataan yang relevan dari pihak AS sangat konyol dan tidak bertanggung jawab, mereka secara serius melanggar fakta dasar, protokol diplomatik dan martabat politik China,” kata juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning pada briefing hari Rabu. “China sangat tidak puas dan sangat menentang ini,” tambahnya.

“Amerika Serikat seharusnya menghadapinya dengan tenang, rasional, dan profesional, tetapi distorsi fakta, penyalahgunaan kekuatan, dan eskalasi hype telah sepenuhnya mengungkap sifat hegemonik dan intimidasinya,” kata Mao.

Rusia juga mengkritik komentar Biden, dengan Kremlin pada hari Rabu mengatakan bahwa komentar tersebut mencerminkan kebijakan luar negeri Washington yang “tidak dapat diprediksi”. “Ini adalah manifestasi yang sangat kontradiktif dari kebijakan luar negeri AS, yang menunjukkan unsur ketidakpastian yang signifikan,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Mengapa seorang pemimpin disebut diktator?

Istilah diktator memang sangat sensitif bagi para pemimpin dunia. Rata-rata para pemimpin tak rela disebut sebagai diktator yang berkonotasi buruk. Namun pemimpin diktator selalu ada dari zaman ke zaman. Sejarah telah mencatatnya.

Kata diktator berasal dari kata bahasa Latin dictator. Dalam penggunaan bahasa Latin, seorang diktator adalah seorang hakim di Republik Romawi yang sementara diberi kekuasaan absolut.

Awalnya penunjukan hukum darurat di Republik Romawi dan budaya Etruria, istilah diktator tidak memiliki arti negatif seperti sekarang. Seorang diktator adalah hakim yang diberikan kekuasaan tunggal untuk jangka waktu terbatas. Pada akhir masa jabatan, kekuasaan diktator dikembalikan ke aturan Konsuler normal, meskipun tidak semua diktator menerima pembagian kekuasaan kembali.

Istilah ini mulai mendapatkan makna negatif dengan naiknya Cornelius Sulla setelah perang saudara Sulla, menjadikan dirinya sebagai diktator pertama di Roma dalam lebih dari satu abad. Julius Caesar mengikuti teladan Sulla pada 49 SM dan pada Februari 44 SM diproklamasikan sebagai Dictator Perpetuo, “Diktator selamanya”, yang menghilangkan batasan kekuasaannya dan dipertahankan sampai ia kemudian dibunuh.

Di era modern, kediktatoran terjadi ketika kepala pemerintahan memiliki kendali mutlak atas setiap aspek tindakan publik dan swasta. Diktator memastikan kekuatan ini dengan memanfaatkan propaganda dan memberlakukan undang-undang untuk melindungi posisi mereka.

Jenis pemerintahan diktator ini tidak semuanya merugikan, ada beberapa keuntungan seperti pengambilan keputusan yang cepat karena kurangnya birokrasi dan tingkat kejahatan yang rendah. Namun kerugiannya, jauh melebihi keuntungan apa pun. Kediktatoran ditandai dengan dan tidak adanya pemerintahan yang seimbang, ketidakstabilan politik dan sosial, pelanggaran hak asasi manusia yang signifikan, dan jumlah kematian yang masif.

Istilah diktator saat ini umumnya digunakan untuk menggambarkan seorang pemimpin yang memegang atau menyalahgunakan kekuasaan pribadi dalam jumlah yang luar biasa. Bisa sebuah negara, di sebuah organisasi atau perusahaan bahkan seringkali terdengar digunakan untuk orang yang bertindak semena-semena apapun profesinya.

Dalam pemimpin negara, kediktatoran seringkali dicirikan oleh beberapa hal seperti penangguhan pemilu dan kebebasan sipil, pengumuman keadaan darurat atau memerintah dengan keputusannya sendiri. Bisa juga dengan bersikap represif terhadap lawan politik, tidak menaati tata cara negara hukum dan adanya kultus kepribadian berpusat pada pemimpin. Kediktatoran bisa juga merupakan negara satu partai atau partai dominan.

Rezim diktator paling mematikan dalam sejarah

Sejarah mencatat, ada banyak pemerintahan yang termasuk dalam kediktatoran. Salah satunya terjadi di Tiongkok. Mengutip World Atlas, antara tahun 1946 dan 1976, Tiongkok menderita di bawah kekuasaan Mao Zedong, seorang revolusioner komunis yang mendirikan Republik Rakyat Tiongkok. Dia memerintah dengan tangan besi dan memimpin revolusi budaya yang hebat, juga disebut sebagai “Lompatan Jauh ke Depan”.

Screenshot 2023 06 22 111234 - inilah.com
Mau Zedong

Mao memproklamasikan reformasi tanah dengan mengubah sebidang tanah yang luas menjadi kolektif pertanian untuk penggunaan komunal. Pertanian pribadi dilarang dan pada tahun 1958, kepemilikan tanah pribadi juga ilegal. Penduduk pedesaan dipaksa masuk ke dalam kelompok-kelompok ini, dan siapa pun yang tidak patuh akan diadili.

Pemerintah memajaki hasil panen dan membeli tanaman dengan harga tetap untuk menimbun biji-bijian guna menghadapi kelaparan di masa depan. Jutaan petani dipaksa melakukan produksi besi dan baja untuk mengindustrialisasi negara. Pemerintah memaksa beberapa perubahan seperti praktik penanaman dalam upaya untuk meningkatkan hasil, tetapi itu mengakibatkan penurunan pertumbuhan yang menghancurkan.

Antara tahun 1959 dan 1961, Tiongkok mengalami kelaparan hebat. Pemerintah tidak mendistribusikan gandum secara merata, menjanjikan lebih banyak ke pusat kota dan hanya memanen surplus untuk pekerja pedesaan.

Mao tidak populer di kota-kota dan meluncurkan strategi politik, “Kampanye Seratus Bunga”, untuk meningkatkan popularitasnya. Dia meminta ide dari penduduk kota tentang kebijakannya dan mendapat kritik dan protes yang ekstrim. Sebagai tanggapan, dia memenjarakan siapa saja yang tidak setuju dengan pendekatan komunis. Saat berkuasa, yang dikenal sebagai “Bencana Maois,” menyebabkan total 47.263.517 kematian.

Kediktatoran paling mematikan kedua dalam sejarah terjadi selama Holocaust Nazi di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Selama waktu ini, diperkirakan 13.674.790 orang tewas. Hitler disibukkan dengan gagasan ras manusia “murni” dan dalam pikirannya, ini tidak termasuk orang yang beragama Yahudi.

Screenshot 2023 06 22 111429 - inilah.com
Adolf Hitler. (twitter @AnumalaSrilekha)

Revolusi Nazi telah berlangsung selama enam tahun sebelum Perang Dunia II dimulai. Siapa pun yang menentang ideologi politik, ras, dan agama mereka dikirim ke kamp konsentrasi yang didirikan di seluruh negeri. Pada tahun 1939, pasukan Nazi telah menginvasi Polandia, menciptakan ghetto Yahudi di mana orang Yahudi dipaksa hidup dalam kondisi padat penduduk yang penuh dengan kemiskinan, kelaparan, dan penyakit.

Kediktatoran mematikan lainnya terjadi di Uni Soviet dari tahun 1922 hingga 1952 di bawah pemerintahan Joseph Stalin. Gerakan ini mirip dengan Revolusi Maois Tiongkok karena merupakan upaya untuk memindahkan negara dari praktik pertanian ke industrialisasi. Petani yang tidak bekerja sama dengan kolektivisasi lahan pertanian dibunuh. Jutaan orang meninggal akibat kelaparan yang disebabkan oleh salah urus tanaman. Jutaan lainnya dikirim ke kamp kerja paksa di mana mereka dibunuh.

Pada akhir tahun 1930-an, dia memprakarsai kampanye “Pembersihan Besar-besaran” untuk menyingkirkan siapa pun yang dia anggap sebagai ancaman. Masa kekuasaannya mengakibatkan sekitar 13.038.405 kematian.

Ada banyak lagi pemimpin diktaktor di dunia seperti Benito Mussolini (1883-1945) Italia, kemudian Nicolae Ceauşescu (1918-1989) diktator komunis Rumania pascaperang, memegang kekuasaan selama 24 tahun. Ada pula Muammar Gaddafi (1942-2011) yang merebut kendali pemerintahan di Lybia melalui kudeta tak berdarah di usia 27 tahun.

Tokoh lainnya adalah rezim Saddam Hussein (1937-2006) yang diyakini telah menyebabkan kematian seperempat juta warga Irak. Kekuasaannya yang brutal juga mencakup banyak kejahatan perang setelah melakukan perang yang gagal melawan negara-negara tetangga.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button