News

BNPT Sebut Mahasiswa dan Generasi Z Rentan Terpapar Paham Radikal

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT sebut mahasiswa dan generasi muda rentan terpapar paham radikal terorisme. Mahasiswa dan generasi muda mudah terpapar karena masih mencari jati diri.

“Mahasiswa potensial terpapar paham radikal terorisme, terutama generasi milenial dan generasi z karena mereka ini kan masih tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai wawasan kebangsaannya masih proses pematangan. Mereka senang hal-hal yang baru, tantangan yang baru,” kata Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, Rabu (26/1/2022).

Lebih lanjut, Nurwakhid, menjelaskan sikap eksklusif dan intoleran adalah watak dasar dari radikalisme yang menjiwai semua aksi terorisme.

Semua pelaku teror pasti berpaham radikal, meskipun tidak semua individu atau kelompok yang berpaham radikal serta merta akan menjadi terorisme.

Dia bahkan menyebut BNPT melakukan pretest potensi radikalisasi dalam waktu lima menit kepada mahasiswa.

Ia memberikan pertanyaan yang seringkali digunakan kelompok radikal dalam mendoktrin generasi muda, semisal, dikotomi hukum negara dan agama.

Dari simulasi tersebut sangat mengejutkan karena terlihat ada mahasiswa yang memiliki pemahaman takfiri.

BNPT Sebut Mahasiswa dan Generasi Z Masih Labil

Menurut mantan Kabagbanops Densus 88 Polri ini, paham radikal mudah menyusupi mahasiswa karena masih memiliki kontrol emosi yang labil. Hal ini sangat berpotensi untuk melakukan radikalisasi.

“Bayangkan saja kalau mereka selalu rutin mendengar dan melihat konten-konten di dunia maya tentang pemahaman radikal, itu akan tertanam dari pikiran dan alam bawah sadar nya,” jelasnya.

Menurut dia, ideologi radikal terorisme tidak bisa dilihat tetapi hanya bisa dirasakan. Paham ini sangat berbahaya seperti virus yang potensial pada setiap individu manusia.

“Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun karena tidak ada satu agama pun yang membenarkan semua tindakannya, namun ia terkait dengan pemahaman dan cara beragama yang salah dan menyimpang dari oknum umat beragama,” tegasnya.

Setelah mempraktikkan cara indoktrinasi kelompok radikal terorisme, Nurwakhid juga melakukan vaksinasi paham radikal terorisme dengan cara melakukan rehabilitasi ideologis.

Pancasila, lanjutnya, merupakan vaksin ideologi terbaik dalam melakukan moderasi kebangsaan dan keagamaan untuk menangkal virus radikalisme.

“Setelah mereka merasakan sudah tersusupi paham itu, baru kita berikan vaksinasi pembangunan wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai vaksin ideologi,” tutur mantan Wakil Komandan Resimen Taruna (Wadanmentar) Akpol ini.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button