Arena

Chelsea Tersedak Racun Sendiri

Jika ada Oscar untuk kategori “Drama Terbaik dalam Sepak Bola,” Chelsea sudah pasti masuk nominasi. Namun, tampaknya klub berjuluk “Si Biru” ini lebih suka bermain dalam genre komedi belakangan ini. Dengan Mauricio Pochettino sebagai sutradara baru, Chelsea masih tetap menjadi bahan tertawaan publik. Biasanya limpahan uang berkorelasi dengan prestasi. Namun, mengapa Chelsea yang berbelanja layaknya seorang sosialita masih kesulitan. Chelsea bak tersedak oleh racun yang diracik dirinya sendiri.

Pochettino, yang dikenal sebagai salah satu manajer papan atas Liga Inggris, tampaknya belum menemukan formula ajaibnya di Stamford Bridge. Bukannya menikmati fase bulan madu, ia malah disambut dengan rentetan kekalahan memalukan terbaru datang dari Aston Villa pada Minggu (24/9/2023) WIB. Chelsea kini terdampar di peringkat ke-14, dengan hanya satu kemenangan dari enam pertandingan. Satu-satunya kemenangan itu pun diraih atas Luton Town, tim yang diperkirakan akan kembali terdegradasi. Ironis, bukan?

post-cover
Mauricio Pochettino, Manajer Chelsea berbicara dengan Cole Palmer dari Chelsea dan Lesley Ugochukwu saat pertandingan Liga Premier antara Chelsea FC dan Aston Villa di Stamford Bridge pada 24 September 2023 di London, Inggris. (Foto:Justin Setterfield/Getty Images)

Harga Tinggi, Performa Rendah

Chelsea, yang menurut Transfermarkt berada di peringkat ketiga klub dengan nilai pasar terbesar, tampaknya belum bisa memanfaatkan ‘aset berharga’ mereka dengan baik. 

Pochettino diberikan duet gelandang termahal di dunia, Moises Caicedo dan Enzo Fernandez, namun tetap gagal menunjukkan taring. “Kami perlu mengubah situasi yang ada. Satu-satunya cara yang saya tahu untuk mengubah itu adalah bekerja dengan sangat keras,” ujar Pochettino, yang tampaknya sudah mulai kehabisan kata-kata mengutip dari Skysports.

Chelsea, yang dulu dikenal sebagai tim yang selalu mengejar prestasi, kini terjebak dalam fase transisi yang membingungkan. Todd Boehly, pemilik baru, telah merombak skuad, staf pelatih, hingga manajemen, namun tampaknya tanpa rencana yang jelas dan matang.

Penyerang anyar dari Villarreal, Nicolas Jackson, juga belum bisa menunjukkan kepiawaiannya. Dengan hanya satu gol dari enam pertandingan, ia jauh dari ekspektasi sebagai penyerang utama Chelsea. “Dia butuh waktu. Di usia muda, pemain seperti dia butuh belajar dari pengalaman ketika berbuat kesalahan,” bela Pochettino.

Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Jika ada yang harus disalahkan atas kegagalan ini, sepertinya Todd Boehly adalah sosoknya. Ia telah mengubah wajah Chelsea secara drastis, namun tanpa arah yang jelas. Pochettino, meski berpacu dengan waktu, tampaknya hanya menjadi korban dari kekacauan ini.

Jadi, apakah Chelsea akan terus menjadi bahan komedi, atau akankah mereka bangkit dan kembali ke jalan yang benar? Hanya waktu yang akan menjawab. Satu yang pasti, pertunjukan komedi ini sudah terlalu lama berlangsung. Chelsea, tolong berikan kami drama yang lebih menarik!

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button