Kanal

Di Beranda Istana Alhambra (23 – Menghadap Raja)

Sore itu, seperti biasanya setelah kuliah Aku tidak buru-buru pulang, tetapi menghabiskan waktu di Perpustakaan Kampus. Cara ini Aku pilih karena buku-buku di Perpustakaan sangat lengkap, sering juga bertemu mahasiswa atau dosen yang enak diajak diskusi terkait tema-tema tertentu yang Aku belum sepenuhnya menguasainya.

Selain itu, suasana di perpustakaan juga enak, di Musim Dingin udara di ruangan hangat, sementara di Musim Panas di dalam ruangan dingin, dengan pengatur udara otomatis membuat badan selalu terasa nyaman berada di dalamnya.

Mungkin anda suka

Disamping menggunakan perpustakaan konvensional dengan buku yang diatur di rak buku yang berjajar, perpustakaan juga dilengkapi dengan e-Library. Yang dimaksud dengan e-Library adalah ruanga yang hanya diisi komputer dengan berbagai posisi. Di dinding hanya terdapat berbagai petunjuk dan password dari berbagai e-Library yang berada di seluruh dunia.

Sebenarnya, untuk mahasiswa yang sudah mendaftar sebagai anggota di e-Library di kampus, sudah bisa mengakses berbagai e-Library yang berada di seluruh dunia yang sudah menjadi semacam jaringan, asal ada fasilitas WiFi cukup modal laptop atau ipad.

Buku apapun atau jurnal apapun, yang lama maupun yang terbaru, asalkan sudah berbentuk e-Book atau e-Jurnal  bisa diperoleh dalam sekejap. Cara mencarinya, cukup dengan memasukkan keywordnya, bisa tema, penulis, atau penerbitnya, maka buku apa saja atau jurnal yang kita acari akan muncul di layar komputer.

Lebih menyenangkan lagi, kalau kita menulis makalah, tesis, atau disertasi, jika mau mencuplik bisa dengan copypaste saja, sehingga tidak perlu mengetik ulang. Dengan bahan berlimpah dan cara yang mudah, maka sebenarnya menyelesaikan S2 atau S3 di era digital seperti sekarang ini sangatlah mudah. Karena itu Aku heran mendengar ada mahasiswa yang berlama-lama kuliah di Pasca Sarjana.

Ketika asyik berselancar di dunia maya dari satu e-Library ke e-Library lain, terdengar nada isyarat dari HPku, tanda ada pesan yang masuk. Ku rogoh sakuku dan Aku keluarkan HP. Kembali Aku menerima pesan dari Ibu Sekretaris Dubes: “Pak Dubes menawarkan kepada Anda, apakah mau ikut saat Beliau menyerahkan Surat Kredensial ?”.

A: “Acara apa aitu ?”, responku tak faham.

N: “Wah itu acara Pak Dubes diterima Raja”, jawabnya.

A: “Apa yang menarik ?”.

N: “Pak Dubes akan diterima Raja di Istana, yang belum tentu terjadi setahun sekali. Pejabat teras di KBRI saja belum tentu bisa ikut”.

A: “Nanti acaranya di Istana apa saja ?”.

N: “Wah seru, karena didahului oleh semacam Parade yang melewati jalan-jalan tertentu di bagian Kota Tua Madrid. Nanti Pak Dubes akan dikawal Pasukan Berkuda. Masyarakat biasanya berjubel di jalan-jalan yang dilaluinya dari Kantor Kemenlu di Palacio de Santa Cruz menuju Istana Royal de Madrid. Bahkan kini, acara seperti ini sudah masuk menjadi bagian dari agenda pariwisata yang dinanti oleh turis asing maupun dalam negri”.

A: “Aku nanti harus pakaian resmi atau boleh bebas”.

N: “Yo wes tak kandani ora melu ora gelem !”, responnya dalam Bahasa Jawa.

A: “Yo ojok ngono Mbak wong Aku mek takon”.

N: “Bertele-tele”.

A: “Yo wes Aku melu”.

N: “Yo ngono wong ditawari seng enak-enak, Aku wae ora ditawari padahal ngarep”.

A: “Yo wes diganteni wae Mbak”.

N: “Yo ora iso. Kon malah ngajari Aku ben diseneni yo?”.

Kamis pagi sesuai arahan Ibu Sekretaris, Aku menuju Wisma Duta di daerah elite bernama Humera. Gerbang kompleks perumahan ini tertutup dengan pagar besi yang nampak tinggi dan kokoh, sehingga Aku harus lapor ke pos penjaga. Aku ditanya mau ke rumah siapa, alamat rumah yang dituju, dan diminta menunjukkan identitas. Setelah itu, petugas menghubungi pemilik rumah untuk mengkonfirmasi, apakah benar memiliki tamu pagi itu.

Aku dipersilahkan kembali ke mobil dan gerbang terbuka secara otomatis. Semua rumah yang berada di kompleks ini, besar, mewah, dan dengan halaman yang sangat luas. Taksi yang Aku tumpangi lalu berhenti di alamat yang Aku berikan. “Wisma Duta”, demikianlah yang tertulis di depan pintunya. Aku perhatikan di halaman depannya berkibar Bendera Merah-Putih yang didampingi Bendera Biru ASEAN. “Tidak mungkin salah”, fikirku dalam hati.

Pagi itu pintu tidak dikunci, sehingga Aku langsung bisa memasuki pekarangannya. Setelah menaiki sekitar sembilan anak tangga, Aku sampai di pintu depan ruang tamunya. Ternyata Ibu Nany sudah menunggu di sana. Aku lihat sudah menanti Koordinator Fungsi Ekonomi, Atase Pertahanan, dan Atase Perdagangan, semuanya dengan pakaian resmi masing-masing. Untung Aku mendapatkan pinjaman jas dan dasi, sehingga terasa agak pantas berdampingan dengan mereka.

N: “Wah cakep sekali pagi ini”, sapa Bu Nany.

A: “Saya kan taat azas, berpakaian sesuai arahan Ibu Sekretaris”, jawabku diplomatis.

Ibu Nany kemudian mempersilahkan seorang petugas yang berpakaian batik untuk mendekatiku, menawarkan minuman: Juice Jeruk, Apel, atau air putih. Aku memilih Apel.

N: “Pak Dubes sedang mempersiapkan diri di kamar, silahkan duduk di ruang tamu”, kata Bu Nany mempersilahkan.

Setelah memberikan salam kepada sejumlah orang yang berada di ruangan, Aku duduk di kursi yang masih kosong.

E: “Biasanya acara seperti ini sangat ramai, dihadiri oleh Home Staff, Local Staff, juga seluruh staff dan keluarganya. Karena situasi masih Pandemi, jadi Pak Dubes memutuskan untuk membatasi orang berkumpul dan acara dibuat sesederhana mungkin”, kata Korfungsi Ekonomi sebagai diplomat yang nampak paling senior.

Aku perhatikan seorang diplomat muda yang rambutnya dicukur habis, memberikan arahan ke sejumlah orang termasuk mereka yang memegang kamera. Aku perhatikan ke Kiri dan Kanan hanya Aku yang statusnya mahasiswa. Mataku menyapu ke sekeliling, disamping seluruh ruangan nampak luas dan bersih, juga terlihat halaman belakangnya yang hijau dan luas dilengkapi dengan kolam renang.

Suara serine terdengar dari jalan, diplomat muda yang kepalanya licin memberikan aba-aba kepada masing-masing petugas agar mereka mengambil posisi karena petugas dari Kementrian Luar Negri Spanyol yang menjemput Dubes sudah tiba. Seorang diplomat muda perempuan masuk ke ruangan mengenalkan diri bernama: Alma. Pak Dubes ke luar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian Teluk Belanga lengkap dengan kopiahnya. Alma diperkenalkan sebagai diplomat yang ditugasi oleh Kemenlu Spanyol untuk menjemput sekaligus mendampingi Dubes.

Aku berusaha untuk berdiri agak ke depan agar terlihat oleh Pak Dubes. Saat Pak Dubes mengarahkan pandangannya ke tempatku, Aku berusaha tersenyum sambil sedikit menundukkan kepala. Pak Dubes hanya tersenyum kecil melihatku, semoga Beliau senang dengan kehadiranku.

Pak Dubes diarahkan segera bergerak kearah tangga, sesi foto dimulai. Disamping tiga pejabat teras KBRI yang mendampingi, Alma diminta berdiri disamping Pak Dubes. Sebelum berangkat. Pak Dubes dan keluarga diambil gambarnya.

Bagi yang akan ikut ke Istana dipersilahkan naik ke mobil. Ternyata hanya tiga mobil yang bergerak di belakang dua forider yang mengawal. Mobil pertama adalah mobil Dubes yang didamping Alma, mobil kedua adalah mobil yang ditumpangi Korfung Ekonomi, Atase Pertahanan, dan Atase Perdagangan. Aku berada di mobil ketiga bersama juru foto dan pria pelontos yang ternyata bernama Gaffar.

Mobil bergerak menuju Kota Lama yang terdapat gedung-gedung tua bersejarah dengan jalan-jalannya yang sempit. Sepanjang jalan Gaffar terus memberikan arahan kepada tiga orang yang memegang kamera di mobil. Aku diam saja karena tidak ingin mengganggu mereka yang sedang bertugas.

G: “Anda beruntung karena bisa mengikuti peristiwa bersejarah ini”, kata Gaffar kepadaku.

A: “Alhamdulillah”, jawabku.

G: “Ini hanya terjadi tiga sampai empat tahun sekali”, kata Gaffar melanjutkan dengan bersemangat. Tampaknya ia ingin meyakinkanku yang meresponnya datar.

G: “Kita telah tiba di Kementrian Luar Negri, sebelum Pak Dubes turun kalian semua harus turun terlebih dahulu agar tidak kehilangan momen”.

Mobil Pak Dubes yang berada paling depan berhenti, seseorang dengan pakaian tradisional Spanyol dengan sejumlah pangkat di dadanya, lalu menuruni anak tangga dari pintu utama Kementrian Luar Negri memberikan isyarat. Seorang apparat yang berpakaian tentara spanyol Tempo Doeloe membuka pintu mobil Dubes, kemudian mempersilahkan Dubes untuk turun. Setelah menyapa pejabat Kemenlu tadi mempersilahkan masuk Pak Dubes.

Aku perhatikan mereka berdua menaiki anak tangga dengan pelan sambil bercakap-cakap, sementara para petugas kemenlu mengabadikan dengan kamera masing-masing. Aku perhatikan paling tidak ada tiga juru potert yang tampak, sementara juru potret KBRI hanya boleh sampai di pintu gerbang. Aku diminta berjalan disamping Gaffar.

G: “Gedung ini bekas salah satu istana Bernama La Place de Santa Cruz yang kini digunakan sebagai kantor Kementrian Luar Negri, dan ruangan Ini  hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja”, kata Gaffar kepadaku.

A: “Ruang ap aini ?”.

G: “Dulu ruangan ini digunakan oleh Raja untuk menerima dubes-dubes utusan negara sahabat, kini  hanya digunakan oleh Menlu saat menerima para diplomat asing”.

Ruangannya diisi sejumlah lukisan lama yang sangat indah dan berukuran besar, dengan dekorasi sangat aristokratik. Pak Dubes lalu diminta untuk berdiri di sebuah tempat untuk diabadikan gambarnya. Pejabat tadi meminta ijin untuk berfoto dengan Dubes. Selanjutnya, Dubes dipersilahkan untuk diambil gambarnya bersama pejabat KBRI pendamping.

Setelah selesai, Pak Dubes dipersilahkan untuk bergerak ke Istana La Placa de Royal de Madrid. Kini Dubes harus berganti mobil Cadilac yang nampak antik.

G: “Ayo kita harus bergerak!”, kata Gaffar memberikan aba-aba.

Sebelum naik ke mobil, Pak Dubes dipersilahkan berdiri sendiri di depan Gerbang Utama Kemenlu, untuk menerima penghormatan dalam sebuah upacara singkat yang dilakukan oleh Pasukan Berkuda yang menggunakan seragam Pasukan Spanyol Tempo Doeloe. Aku perhatikan ada sebelas kuda yang besar-besar sekali, lima berwarna putih dan lima lagi berwarna ciklat tua. Satu kuda maju ke depan memberikan penghormatan, memberikan aba-aba, lalu mengawal mobil Dubes menuju Istana.

Mobil bergerak sangat lambat mengikuti Gerakan sebelas ekor kuda yang berjalan pelan di depannya. Sepanjang jalan banyak sekali bergerombol orang di Kiri dan Kanan jalan, mengabadikan peristiwa ini dengan HPnya masing-masing. Sebagian melambaikan tangan yang disambut Dubes dengan lambaian tangan juga. Di beberapa sudut kota nampak sejumlah masyarakat Indonesia, yang terlihat dari wajah mereka dan bendera Merah-Putih kecil yang dilambai-lambaikannya.

Aku baru mengerti kata-kata Gaffar tadi.

A: “Masyarakat tampak antusias, apakah selalu ramai seperti ini setiap kali ada Duta Besar baru ?”.

G: “Kalau tidak musim dingin lebih ramai lagi. Apalagi acara seperti ini sudah dimasukkan menjadi bagian dari agenda wisata, sehingga banyak turis yang datang untuk menghadirinya”.

Gaffar, Aku, dan sejumlah juru foto hanya boleh mengikuti prosesi sampai di Pintu Gerbang Istana Royal de Madrid. Kami lalu mengambil posisi di depan Catedral de Santa Maria la Real de la Almudena,  yang berada di seberangnya, sehingga tetap bisa mengikuti prosesi. Pasukan Pengawal Berkuda ternyata mengantar sampai di gerbang Istana, saat memasuki halamannya yang bernama Plaza de Almeria, Dubes yang masih berada di atas mobil yang bergerak pelan disambut Pasukan lain yang memegang senjata laras Panjang.

Setelah memberi Hormat Senjata, lagu Indonesia Raya dikumandangkan oleh Group Musik Tentara. Lagu Indonesia Raya berhenti tepat ketika mobil dubes berlalu, dan memasuki bangunan Istana. Sejumlah pengawal memberikan hormat, kemudian mempersilahkan Dubes untuk memasuki Gerbang Dalam Istana. Nampak Dubes yang dikawal menaiki anak tangga Istana perlahan tanpa bicara.

A: “Bagaimana prosesi selanjutnya ?”, kataku kepada Gaffar dengan rasa penasaran.

G: “Pak Dubes yang ditemani tiga pejabat teras KBRI akan menaiki sekitar enam puluh anak tangga, kemudian melewati tiga ruangan sebelum bertemu Raja: Pertama, ruangan yang paling besar dan bersejarah, dimana singgasana Raja berada, yang dulu digunakan oleh Raja untuk menerima tamu-tamunya, dan digunakan untuk mengurus negara sehari-hari. Di ruangan ini, Dubes akan diambil foto.

Berikutnya ruang kedua, tempat dubes menanti, sampai ada isyarat Raja sudah siap menerima. Ruang ketiga, tempat Dubes menyerahkan Surat Kepercayaan Presiden RI  langsung ke tangan Raja. Setelah prosesi ini selesai, Dubes kemudian mengenalkan Korfung Ekonomi, Atase Pertahanan, dan Atase Perdagangan. Selesai prosesi ini, Dubes diterima di ruang kerja Raja yang hanya ditemani Menlu, untuk membicarakan hubungan dua negara.

A: “Apakah Raja dan Permaisuri tinggal di Istana ini ?”

 - inilah.com
Zarzuela Palace atau Palacio de Zarzuela

G: “Raja dan Permaisuri tinggal di Istana Zarzuela yang berada di pinggiran Kota Madrid. Istana ini hanya digunakan untuk upacara atau acara resmi kenegaraan. Sehari-hari tempat ini berfungsi sebagai Museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum, meskipun tidak semua ruangan bisa dimasuki”.

A: “Istana ini nampak megah dan besar sekali !”, komentarku.

G: “Ya, tapi Istana ini juga sudah berusia sangat tua. Awalnya dibangun pada tahun 860 M sampai dengan 880 M, di masa kejayaan Islam di Andalusia, dibawah perintah Emir Muhammad I yang mengendalikan kekuasaannya dari Cordoba yang menjadi ibukota atau pusat pemerintahan waktu itu. Muhammad I merupakan bagian dari Dinasti Bani Umayyah.

A: “Apakah bentuknya seperti ini ?”, dalam hati Aku fikir kok tidak ada citra islam atau Arab sama sekali.

G: “Awalnya menggunakan gaya arsitektur Moors yang didominasi oleh citra Arab atau Islam. Kemudian awal tahun 1700-an, Istana ini dikembangkan oleh Kerajaan Spanyol Kristen yang sudah mulai berada dalam masa kejayaannya. Arsitekturnya menggunakan gaya Baroque.

A: “Kalau Istana Zarzuela ?”

G: “Istana  Zarzuela sebenarnya mulai dibangun tahun 1627 M, digunakan sebagai tempat tinggal Raja di era modern, baru oleh ayah dari Raja sekarang yang bernama Juan Carlos sejak tahun 1962”.

Gettyimages 890874404 612x612 - inilah.com
Raja Spanyol, Felipe VI  foto: Gettyimages

Setelah prosesi penyerahan Surat Kepercayaan berlangsung sekitar satu jam, mobil yang ditumpang Dubes meninggalkan Istana untuk Kembali ke Wisma Duta. Semua rombongan kemudian mengikutinya dari belakang. Sesampainya di Wisma, Dubes memberikan sambutan singkat untuk seluruh yang hadir. Disamping menyampaikan rasa syukur, Dubes juga menyampaikan beberapa hal yang dibicarakannya dengan Raja, terkait hubungan yang baik antara dua negara yang kedepan perlu lebih produktif dan membawa kemajuan Bersama.

Usai memberikan sambutan, Dubes menjamu Alma untuk makan siang. Selain Alma, tiga pejabat teras KBRI juga berada di meja yang sama. Setelah Alma pamitan, kelihatan suasana lebih santai dan kekeluargaan. Pak Dubes menyapa sambil mengucapkan terimakasih kepada para pejabat di KBRI. Pada kesempatan ini Aku memberanikan diri untuk mendekat, lalu bertanya: “Apakah gagasanku tentang Interfaith Dialog sempat disinggung saat berbicara dengan Raja ?”.

D: “Oh ya, sempat saya singgung. Raja mengapresiasi kegiatan seperti ini untuk tetap menjaga dan saling memperkuat sikap moderat, toleran, dan harmoni yang sudah tumbuh di masyarakat dua negara, karena semua ini akan menjadi modal dan mendukung pertumbuhan ekonomi, baik terkait investasi, perdagangan, maupun turisme.”

A: “Apa kesan Bapak tentang Raja Pilipe VI ?”.

D: “Orangnya cerdas, mengerti bagaimana memajukan negaranya, peduli dengan rakyatnya, dan bijaksana.”

A: “Apakah Beliau mengenal Indonesia ?”.

D: “Beliau sangat memahami hubungan strategis dua negara, terutama sejak dimulainya kerjasama pembangunan industri penerbangan PT. Nurtanio di Bandung, yang kemudian berubah menjadi IPTN, dan kini menjadi PTDI. Beliau juga mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara maritim, sudah waktunya memprioritaskan industri perkapalan, dan Spanyol bisa menjadi partner yang cocok, disamping karena industri perkapalannya sangat maju, juga dari pengalaman dan sejarahnya yang panjang menguasai laut.”

(Bersambung)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Dr. Muhammad Najib

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO. Penulis Buku "Mengapa Umat Islam Tertinggal?" info pemesanan buku
Back to top button