News

Mengapa Rusia dan Ukraina Mati-matian Berebut Bakhmut?

Bakhmut menjadi perhatian dunia. Kota ini sudah hampir tujuh bulan lamanya menjadi rebutan Rusia dan Ukraina. Kedua negara yang tengah berperang ini masing-masing mengklaim menguasai Bakhmut. Apa istimewanya kota ini sampai harus mempertahankannya dengan senjata dan mengorbankan banyak nyawa?

Peperangan merebut dan mempertahankan kota Bakhmut sudah menimbulkan banyak korban. Setidaknya puluhan ribu tentara baik dari Rusia ataupun Ukraina meninggal dalam perebutan kota kecil yang secara sumber daya alam tidak terlalu spesial itu.

Bakhmut (bahasa Rusia: бахмут) dahulu dikenal dengan Artemivsk (bahasa Rusia: Артемовск) merupakan sebuah kota di timur Ukraina yang merupakan pusat administratif rayon Bakhmut. Lokasinya di bagian utara Oblast Donetsk, Ukraina. Bakhmut termasuk dalam wilayah industrial Donbas yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia. Populasi kota ini berjumlah sekitar 71.094 orang pada 2022. Kalau di Indonesia jumlah penduduk seperti ini mungkin lingkup kecamatan.

Kota ini dikuasai oleh Republik Rakyat Donetsk sejak 2014 tetapi tentara Ukraina berhasil merebut kembali. Bakhmut adalah wilayah perkotaan/urban dengan kuburan di selatan serta perhutanan dan persawahan di utara. Ada jalan raya yang menghubungkan antara Bakhmut dengan Chasiv Yar yang merupakan jalan penting untuk penyuplaian tentara Ukraina di Bakhmut dalam operasi militer Rusia di Ukraina.

Kota ini dahulu merupakan wilayah dari Kekaisaran Rusia. Pada akhir revolusi Rusia tahun 1922, Bolshevik berhasil mendapatkan Bakhmut dari tentara putih. Ketika Perang Dunia kedua, Bakhmut dan wilayah industrial Donbas direbut oleh Nazi Jerman untuk Operasi Edelweiss. Nazi berhasil merebut Kaukasus tetapi kemudian pada pertempuran Stalingrad, tentara Nazi Jerman terkepung serta pasukan yang berada di Kaukasus mundur.

Pada akhirnya Bakhmut dan Donbas kembali direbut oleh Uni Soviet. Bakhmut tetap milik Soviet Ukraina sampai kemerdekaan Ukraina dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991. Pada 24 Februari 2022, Federasi Rusia menyatakan operasi militer yang bertujuan untuk ‘demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina’.

Kekayaan alam bukan alasan utama

Bakhmut merupakan wilayah yang kaya akan garam mineral dan berdekatan dengan tambang garam di kota Soledar yang direbut tentara Rusia, militer Republik Rakyat Donetsk dan tentara bayaran Wagner pada 16 Januari 2023. Selain tambang garam, Bakhmut terkenal dengan gipsum serta kilang anggurnya yang besar.

Jalanan yang luas dengan deretan pepohonan, taman yang rimbun, dan pusat kota yang megah dengan bangunan abad ke-19 yang megah menjadikan kota ini sebabai objek wisata yang populer. Namun itu bukan alasan utama. Pada dasarnya, Bakhmut adalah “kota kunci” bagi invasi Rusia ke Ukraina.

Pertempuran untuk kota ini, memiliki kepentingan simbolis bagi kedua belah pihak. Moskow melihat Bakhmut sebagai batu loncatan untuk menyerang kota-kota Ukraina lainnya. Ukraina juga terus mempertahankan kota ini setelah lebih dari 10 bulan pertempuran sengit melawan pasukan reguler Rusia dan tentara bayaran Wagner. Kiev telah mengatakan sebelumnya bahwa menjaga pertahanan Bakhmut memungkinkan militer untuk mempersiapkan serangan balasan yang diharapkan.

Jika Rusia berhasil menduduki wilayah tersebut, dengan mudah mereka akan menduduki wilayah di sekitarnya. Sebagai pusat transportasi dan logistik regional, Bakhmut akan berguna bagi pasukan Rusia untuk bermanuver dan membawa alutsistanya ke wilayah-wilayah selanjutnya.

Tanpa berhasil menduduki Bakhmut, militer Rusia akan sulit ‘melanjutkan perjalanan’ dan maju di dua kota besar yang telah lama didambakan Putin yakni wilayah Donetsk, Kramatorsk dan Sloviansk. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa penyitaan Bakhmut akan memungkinkan Rusia untuk menekan serangannya lebih dalam ke wilayah tersebut.

Bagaimana situasi pertempuran di Bakhmut?

Pasukan Rusia pertama kali berusaha merebut Bakhmut pada awal Agustus 2022 tetapi berhasil dipukul mundur. Pertempuran mereda pada bulan-bulan berikutnya ketika militer Rusia menghadapi serangan balasan Ukraina di timur dan selatan, tetapi pertempuran berlanjut dengan kecepatan penuh akhir tahun lalu.

Pada Januari 2023, Rusia merebut kota tambang garam Soledar hanya beberapa kilometer (mil) di utara Bakhmut dan maju ke pinggiran kota. Pengeboman Rusia yang tiada henti telah membuat Bakhmut menjadi gurun yang membara dengan hanya sedikit bangunan yang masih berdiri. Tentara Rusia dan Ukraina telah bertempur sengit dari rumah ke rumah di reruntuhan.

Yevgeny Prigozhin, bos Grup Wagner, mengklaim pasukannya berhasil menghancurkan unit Ukraina terbaik di Bakhmut untuk mencegah mereka melancarkan serangan di tempat lain. Klaim berbeda diungkapkan Ukraina.

Otoritas Ukraina memuji kota itu sebagai benteng Bakhmut yang tak terkalahkan yang telah menghancurkan gelombang penyerang Rusia. Ketika pasukan Rusia menutup kota itu, seorang asisten presiden sempat memperingatkan bahwa militer dapat ‘secara strategis mundur’ jika diperlukan. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan para jenderal utamanya memutuskan bahwa tentara akan tetap mempertahankan Bakhmut dan memperkuat pasukannya di sana.

Pakar militer mencatat bahwa Ukraina telah mengubah Bakhmut menjadi penggilingan daging bagi pasukan Rusia. “Itu telah mencapai tujuannya secara efektif sebagai landasan di mana begitu banyak nyawa orang Rusia telah dihancurkan,” kata Lord Richard Dannatt, mantan kepala staf umum angkatan bersenjata Inggris, di Sky News.

Phillips P. O’Brien, profesor studi strategis di Universitas St Andrews, mengatakan pertempuran untuk Bakhmut ‘menegaskan bahwa tentara Rusia masih berjuang dengan operasi dasar’. Dia mencatat bahwa Kremlin terus menekankan perampasan tanah terlepas dari kerugian berarti bahwa ‘tujuan strategis Rusia sangat menguras darah tentara Rusia’.

Sementara pejabat Ukraina dan Barat menunjukkan bahwa kerugian pertempuran Rusia jauh lebih tinggi daripada Ukraina. Namun mempertahankan Bakhmut mengganggu sumber daya Ukraina yang dapat digunakan dalam serangan balasan yang direncanakan di musim semi nanti.

Michael Kofman, direktur studi Rusia di CAN, sebuah think-tank yang berbasis di Washington, mengamati bahwa para pembela Ukraina ‘mencapai banyak hal, mengeluarkan tenaga dan amunisi Rusia’, tetapi menambahkan bahwa mungkin bijaksana bagi Ukraina untuk menyelamatkan pasukannya untuk operasi ofensif di masa depan.

Yang jelas, kemenangan atas Bakhmut akan memengaruhi mental dan psikologis baik militer Rusia maupun Ukraina. Bagi Ukraina, kekalahan mereka di Bakhmut akan dianggap sebagai kekalahan perang terbesar sejak Rusia melakukan invasi Februari tahun lalu. Sementara kemenangan Rusia di Bakhmut akan dimanfaatkan Vladimir Putin untuk menjual kemenangan ini ke berbagai pihak, termasuk Barat.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button