Ototekno

Berkenalan dengan Lentari van Loraine, Virtual Idol AI ‘Pembunuh’ Influencer

Tatapan mata Lentari van Loraine, atau lebih akrab dikenal sebagai Riri, mampu menawan ribuan pengikutnya di Instagram @lentaripagi. Tapi jangan tertipu, wajah molek dan paras eksotiknya yang campuran Indonesia-Belanda itu hanyalah hasil dari kecanggihan teknologi. Sebagai “The First Virtual Idol from Indonesia,” ia mewakili era baru dari dunia pemasaran digital yang terus berkembang: pemengaruh virtual.

Profil: Siapa Riri?

Dibangun oleh Imagine8 Studio, Riri menyedot perhatian dengan kehadirannya yang begitu realistis. Dengan lebih dari 72.000 pengikut di Instagram, ia bukan hanya membangun kredibilitas tetapi juga mendorong dialog dan interaksi yang melampaui batas geografis dan budaya. Sosoknya yang dihasilkan oleh komputer memang diciptakan dengan karakteristik manusia. Ini membantu ia mempengaruhi keputusan pembelian pengikutnya sama efektifnya dengan pemengaruh konvensional.

Baca Juga:

95% Perusahaan di 3 Kota Besar Indonesia Siap untuk Adopsi Teknologi AI

Pemengaruh virtual bukanlah konsep baru; dari Lu Do Magalu dengan 6 juta pengikut, hingga Lil Miquela dan Guggimon yang memiliki jutaan pengikut, mereka telah bekerja dengan merek-merek terkenal seperti Balmain, Prada, dan Nike. Menurut sebuah survei oleh Influencer Marketing Factory pada tahun 2022, 58% responden mengikuti setidaknya satu pemengaruh virtual dan 35% konsumen telah membeli produk yang dipromosikan oleh mereka.

Menurut laporan dari The Economic Times, pemengaruh virtual menawarkan fleksibilitas dan efisiensi biaya, sekaligus menghindari potensi kontroversi. Namun, mereka masih kehilangan sentuhan emosi dan autentisitas manusia. Mereka juga bisa memiliki keterbatasan kreatif karena mereka adalah produk dari algoritma dan data, bukan insting dan kreativitas manusia.

Baca Juga:

Berjuang untuk Hak Cipta, Seniman Ramai-ramai Gugat AI yang Jiplak Karya Mereka

Etika dan Tantangan

Seiring dengan kemajuan ini, muncul pula pertanyaan etis seperti hak cipta dan transparansi. Misalnya, apakah bahan-baku visual yang digunakan untuk menciptakan karakter ini menghormati hak cipta? Transparansi dari pihak pengembang sangat penting untuk memitigasi potensi risiko etis dan hukum.

post-cover

Baca Juga:

OpenAI Terjerat Gugatan Hak Cipta, ChatGPT Dituding Jiplak Karya Penulis

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, pemengaruh virtual sepertinya akan menjadi bagian dari norma baru dalam industri pemasaran. Namun, mereka juga menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana teknologi ini akan mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi kita.

Riri mungkin bukan manusia, tetapi dampaknya di dunia nyata tidak bisa diabaikan. Pemengaruh virtual memang menawarkan solusi pemasaran yang inovatif, tetapi mereka juga memperkenalkan serangkaian pertanyaan dan tantangan baru yang belum tentu kita siap hadapi. Bagaimanapun, satu hal yang pasti: kita hidup di era dimana batasan antara realitas dan virtual semakin kabur, dan Riri adalah contoh sempurna dari fenomena ini.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button