Market

Suku Bunga Acuan Sudah 5,5 Persen, Sri Mulyani Benar-benar Khawatir

Memasuki era suku bunga tinggi, Menteri Keuangan Sri Mulyani punya kekhawatiran tinggi. Mahalnya biaya bunga atau cost of fund, bakal menghambat tumbuhnya perekonomian nasional.

Dalam acara CEO Banking Forum, Jakarta, Senin (9/1/2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan perbankan, jangan gegabah untuk mengerek suku bunga. Baik suku bunga untuk tabungan, apalagi kredit. Karena, berdampaknya langsung kepada perekonomian nasional.

Saat ini, kata Sri Mulyani, hampir seluruh negara di dunia, berlomba-lomba memasang suku bunga tinggi. Tujuannya hanya satu, menurunkan inflasi. Di momentum ini, perbankan yang paling menikmati.

“Perbankan seperti menari di atas penderitaan orang lain. Ini tidak hanya di Indonesia tapi hampir di seluruh dunia. Kalau interest rate naik, wajah bangkir gembira,” paparnya.

Ketika bank sentral kerek naik suku bunga acuan, kata Sri Mulyani, para bankir yang gembira. Sementara nasabah kredit nelangsa. Karena harus membayar cicilan lebih mahal. Kalau perusahaan yang punya kredit, maka laba perusahaan harus susut, tergerus kenaikan cost of fund itu.

Tak beda nasibnya dengan masyarakat, gara-gara kenaikan suku bunga harus mengerem belanja. Dampaknya, perekonomian nasional tidak bisa tumbuh tinggi. “Karena cost of fund yang tinggi, pasti memengaruhi kegiatan ekonomi secara menyeluruh,” imbuhnya.

Pada 2022, total kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) bahkan mencapai 425 basis poin (bps), dan Bank Sentral Eropa atau ECB sebesar 250 bps.

Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan hingga 200 bps sepanjang tahun lalu. Suku bunga acuan (BI 7 Day Reserve Repo Rate/BI7 DRRR) melesat dari 3,5 persen menjadi 5,5 persen.

Sri Mulyani berharap, perbankan mempertimbangkan pergerakan ekonomi dari sisi fiskal dalam menentukan kebijakan, terutama menaikkan bunga kredit dan sebagainya. Apalagi perbankan menjadi salah satu sektor industri terpenting dalam menentukan arah ekonomi Indonesia.

“Bank adalah the most dominant financial sector. Sehat dan tidaknya (perekonomian, saat ini, tergantung kepada perbankan. Kalau saya jaga APBN, (bangkir) tolong jaga bank baik-baik,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button