Market

Pertumbuhan Ekonomi Jadi Modal Indonesia Hadapi Tekanan Global

Sabtu, 06 Agu 2022 – 14:08 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Jadi Modal Indonesia Hadapi Tekanan Global

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi/Foto:ist

Ketua Badan Anggaran atau Banggar DPR, Said Abdullah menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal -II 2022 menjadi modal Indonesia dalam menghadapi tekanan global khususnya menghadapi tingginya harga komoditas.

“Saya sangat mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal kedua tahun 2022 di level 5,44 persen (year-on-year/yoy), sehingga selama satu semester di tahun ini pertumbuhan ekonomi akumulatif kita mencapai 5,23 persen,” kata Said dalam keterangan resmi, Sabtu (6/8/2022).

Dia mengatakan saat ini sektor-sektor lapangan usaha yang menyumbang pertumbuhan ekonomi kembali bergerak karena keberhasilan pengendalian COVID-19. Hal ini membuat mobilitas masyarakat menjadi pulis seperti sebelum pandemi.

Selain itu, pemerintah juga bisa mengelola dan memitigasi dengan baik tekanan eksternal yang muncul sejak perang Ukraina dan Rusia pecah pada akhir Februari 2022.

Meskipun sedikit ada kenaikan inflasi di level 4,4 persen, Said menilai tingkatnya masih terkendali lantaran posisi Indonesia tidak separah negara-negara Eropa, Amerika Serikat (AS), beberapa negara Timur Tengah, dan Asia Timur.

“Inflasi dan pandemi yang sama sama terkendali membuat tingkat permintaan yang bertumpu pada konsumsi domestik, yakni pada rumah tangga tumbuh sangat baik di level 5,5 persen (yoy),” tuturnya.

APBN untuk Kawal Pertumbuhan Ekonomi

Ke depan, Said berharap ada beberapa hal yang perlu terus menjadi fokus perhatian, yakni mengupayakan semaksimal mungkin inflasi dan pandemi terkendali meski harganya tidak murah, karena dana APBN 2022 sangat besar dikeluarkan untuk menjaga daya beli rumah tangga, khususnya pada sektor makanan dan transportasi.

Namun sejak awal APBN memang dirancang sebagai peredam kejut atau shock absorber dalam menghadapi tekanan eksternal dan ancaman laten pandemi.

Selain itu, dia mengingatkan tren kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed, terus berimplikasi kepada kenaikan suku bunga surat utang Indonesia sehingga biaya dana akan semakin mahal. Bila terus berlanjut, keadaan tersebut akan terus mengoreksi fiskal karena beban pembayaran bunga utang akan terus naik, pararel dengan tingginya subsidi dan kompensasi energi.

Maka dari itu, pemerintah diminta waspada dan membuat pembaharuan kalkukasi pada APBN bila gejala kenaikan suku bunga acuan dan harga energi terus berlanjut. Di sisi lain, pemerintah juga perlu terus mengambil langkah penting untuk pengadaan impor minyak bumi di tengah kerentanan atas tren kenaikan harga.

“Sumber dan mekanisme pengadaan harus diawasi betul oleh aparat penegak hukum. Jangan sampai momentum ini menjadi alat perburuan rente,” tegas Said.

Waspadai Lonjakan Migas

Di sisi lain, Said berpendapat pemerintah perlu terus memastikan pelaksanaan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), listrik, dan LPG. Langkah langkah penyempurnaan kebijakan subsidi energi perlu terus diperbaiki tanpa menunda nunda waktu di tengah desakan agar subsidi tepat waktu dan sasaran.

Hal yang perlu menjadi perhatian selanjutnya adalah para kepala daerah dan seluruh tim pengendali inflasi daerah yang harus terus waspada dengan menggiatkan operasi pasar di daerahnya masing-masing untuk mengantisipasi praktik curang berupa penimbunan berbagai barang komoditas yang menjadi hajat hidup orang banyak.

Sementara itu, terdapat pula tantangan kemungkinan semakin abainya masyarakatnya atas serangan COVID-19 karena telah merasa mendapatkan vaksin booster. Padahal, gejala kenaikan angka COVID-19 terlihat di beberapa wilayah, khususnya DKI Jakarta, sehingga kewaspadaan tinggi perlu terus dilakukan agar tak semakin menekan kas negara.

Dia pun meyakini dengan kedisiplinan semua pihak, khususnya pemerintah dalam menjaga disiplin keuangan sebagaimana rencana anggaran dalam APBN 2022 yang dijabarkan lebih lanjut melalui Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2022, Indonesia dapat meneruskan prestasi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun mencapai level kisaran lima persen.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button