Market

Ekonomi Sulit Tahun Depan, Anak Buah Sri Mulyani Khawatirkan Neraca Perdagangan

Selasa, 18 Okt 2022 – 22:16 WIB

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio kacaribu. (Foto: Akurat.co).

Tahun depan, kementerian keuangan ketar-ketir dengan neraca perdagangan, dampak resesi ekonomi di Eropa dan Amerika. Serta perlambatan ekonomi China.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyatakan adanya risiko perdagangan global yang perlu dicermati. Meski, neraca perdagangan September 2022 menorehkan surplus US$4,99 miliar. Alhasil, neraca dagang secara kumulatif Januari-September 2022 mencapai US$39,87 miliar.

“Ke depan, pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan mempengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum,” kata Febrio di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Risiko yang dimaksud Febrio, antara lain, perlambatan aktivitas perdagangan internasional negara maju yang salah satunya terpengaruh inflasi tinggi. Hal itu tercermin dalam World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022, serta mitra dagang utama, salah satunya China.

Selain itu, lanjut dia, Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan.

Ekspor Indonesia, lanjut Febrio, menorehkan kinerja positif pada September 2022 dengan nilai US$24,8 miliar. Atau tumbuh 20,28 persen secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan ekspor Indonesia didorong ekspor migas dan non-migas yang masih tumbuh tinggi, masing-masing 41,8 persen dan 19,26 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Meskipun secara bulanan sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai 219,35 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 55 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

“Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang dan Korea Selatan,” ujarnya.

Febrio menuturkan impor Indonesia juga masih mencatatkan kinerja positif mencapai 19,81 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 22,01 persen (yoy) meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Tumbuhnya impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53 persen (yoy) dan impor non-migas yang tumbuh 14,02 persen (yoy), sehingga sejak Januari hingga September 2022 total impor Indonesia mencapai 179,49 miliar dolar AS. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen (yoy) dan 41,13 persen (yoy).

“Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ tambahnya.

Terkait dengan impor barang konsumsi, kata dia, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,17 persen di antaranya karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari hingga September 2022 impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52 persen.

Penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button