Market

IMF Sebut akan Terjadi Inflasi Tinggi Akibat Perang Rusia-Ukraina

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan inflasi yang tinggi akan terjadi akibat dampak dari perang Rusia-Ukraina. Selain inflasi, perang tersebut juga menghadirkan ancaman bagi banyak negara.

Untuk itu IMF pada Selasa (19/4/2022) memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh, akibat invasi Rusia ke Ukraina.

IMF dalam World Economic Outlook terbaru memperingatkan perang tersebut akan semakin meningkatkan inflasi. Sebab pengetatan dan sanksi negara barat terhadap Rusia untuk melakukan ekspor energi akan menyebabkan penurunan besar dalam output global.

IMF mengatakan risiko lain terhadap prospek termasuk perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan di China. Karena negara tirai bambu itu masih melakukan pembatasan dan penguncian wilayah akibat meluasnya COVID-19.

Selain itu, kenaikan harga makanan, energi dan barang-barang lainnya dapat memicu kerusuhan sosial, terutama di negara-negara berkembang yang rentan, kata IMF.

Menurunkan perkiraannya untuk kedua kalinya tahun ini, pemberi pinjaman krisis global mengatakan sekarang memproyeksikan pertumbuhan global 3,6 persen pada 2022 dan 2023, masing-masing turun 0,8 dan 0,2 poin persentase, dari perkiraan Januari karena dampak langsung perang Rusia dan Ukraina dan limpahan global.

Pertumbuhan global jangka menengah diperkirakan akan turun menjadi sekitar 3,3 persen dalam jangka menengah, dibandingkan dengan rata-rata 4,1 persen pada periode 2004 hingga 2013, dan pertumbuhan 6,1 persen pada 2021.

“Berapa biaya invasi Rusia ke Ukraina? Krisis di atas krisis, dengan korban manusia yang menghancurkan dan kemunduran besar bagi ekonomi global,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina kepada panel keamanan pangan, Selasa (19/4/2022).

IMF Prediksi Soal Ancaman Inflasi Global

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas memproyeksikan dampak perang Rusia-Ukraina itu akan berdampak tingginya inflasi global dalam waktu yang lama.

Hal ini akibat dari kenaikan harga-harga komoditas dan meluasnya tekanan harga. Bahkan situasinya bisa menjadi lebih buruk jika ketidakseimbangan pasokan-permintaan semakin dalam.

Untuk tahun 2022, IMF memperkirakan inflasi 5,7 persen di negara maju dan 8,7 persen. Sementara untuk negara emerging markets dan negara berkembang, melonjak 1,8 dan 2,8 poin persentase dari perkiraan Januari.

“Inflasi telah menjadi jelas dan menghadirkan bahaya bagi banyak negara,” kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas.

Dia mengatakan Federal Reserve AS dan banyak bank sentral lainnya telah bergerak ke arah pengetatan kebijakan moneter, tetapi gangguan terkait perang memperkuat tekanan itu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button