Market

Inflasi Awal Tahun Terjaga, Menko Airlangga Optimistis Pemulihan Ekonomi ‘On the Track’

Awal tahun, inflasi Januari masih terjaga di level aman, yakni 2,1% (yoy). Menko Airlangga optimis, pemulihan ekonomi masih on the track.

“Dalam rangka menjaga tren pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah akan terus mencermati berbagai risiko pencapaian inflasi tahun 2022, termasuk yang berasal dari imported inflation,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Rabu (2/2/2022).

Mungkin anda suka

Sebagaimana diketahui, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dunia, permintaan yang tinggi telah mendorong naiknya harga-harga komoditas esensial dan berdampak terhadap kenaikan inflasi global. IMF dalam publikasi terbaru World Economic Forum, yang dirilis Januari 2022 juga menyampaikan bahwa kenaikan inflasi merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi di tahun 2022. Berlanjutnya harga energi yang tinggi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatkan inflasi, terutama di Amerika Serikat dan banyak negara Emerging Market and Developing Economies (EMDE). Amerika Serikat sendiri menutup tahun 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7% dan merupakan tertinggi sejak Juni 1982.

“Pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia maupun Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi tahun 2022 baik yang berasal dari global maupun domestik. Penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendalian inflasi di level daerah menjadi strategis dalam mendukung pencapaian inflasi nasional tetap terkendali di tengah risiko-risiko yang dihadapi,” ujar Menko Airlangga.

Dari sisi sektor riil, peningkatan demand global juga harus menjadi peluang yang bisa kita tangkap. Dengan output manufaktur Indonesia ke depan yang diperkirakan semakin bertumbuh, diharapkan prospek permintaan barang ekspor juga akan terus meningkat. Terlebih, IHS Markit mencatat bahwa pesanan barang ekspor Indonesia di Januari 2022 merupakan rekor kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan periode bulan Januari sejak survei PMI dijalankan.

“Untuk mengakselerasi kinerja ekspor dan memanfaatkan momentum yang ada, Pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi komoditas unggulan, seperti CPO, nikel, bauksit, tembaga, hingga timah. Di samping itu, investasi pada industri 4.0 juga akan terus ditingkatkan sehingga produk-produk ekspor Indonesia ke depan semakin berdaya saing dan bernilai tambah tinggi,” papad Menko Airlangga.

Terjaganya inflasi, menurut Menko Airlangga, berkah dari melonjaknya mobilitas dan aktivitas ekonomi di masyarakat. Disi permintaan mengalami ledakan. Pada Januari 2022, inflasi tercatat 2,18% secara tahunan alias year on year (yoy). Masih aman karena di bawah target APBN 2022 sebesar plus-minus 3%.

Secara bulanan, kata dia, inflasi Januari 2022 mencapai 0,56% (month to month/mtm). Turun tipis ketimbang inflasi Desember 2021. Namun demikian, inflasi Januari 2022 adalah yang tertinggi sejak 2019.

Inflasi Januari 2022, dipengaruhi pergerakan seluruh komponen inflasi dengan komponen inti sebagai penyumbang terbesarnya. Di mana, Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari sebesar 0,27%. Inflasi inti 0,42% (mtm), tertinggi sejak Agustus 2019. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 1,84%, tertinggi sejak September 2020.

Peningkatan inflasi inti pada Januari 2022, lanjut Menko Airlangga, terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas. Berupa ikan segar, mobil, tarif kontrak rumah dan sewa rumah.

Untuk inflasi volatile food (VF), lanjutnya, tercatat 1,30% (mtm). Atau lebih rendah ketimbang inflasi VF bulan sebelumnya sebesar 2,32% (mtm), maupun rerata historis bulan Januari empat tahun terakhir, sebesar 1,66% (mtm).

“Beberapa komoditas VF yang dominan menyumbang terhadap inflasi Januari antara lain kenaikan harga daging ayam, beras, telur ayam ras dan tomat. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah,” papar Menko Airlangga.

Naiknya harga beras pada Januari 2022, lanjutnya, dipantik rendahnya panen pada November-Desember 2021. Disertai dengan terjadinya hidrometeorologi pada awal 2022. Harga beras di tingkat penggilingan, naik 2,23% (mtm). Sedangkan di tingkat eceran, naik 0,94% (mtm). “Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung pada Februari, meski tidak setinggi Januari dan kembali stabil mulai Maret karena mulai masuknya musim panen,” kata Menko Airlangga.

Sementara minyak goreng, yang menjadi komoditas paling dominan menyumbang inflasi tahun 2021 dengan andil sebesar 0,31%, saat ini kondisinya relatif terkendali dengan andil inflasi mencapai 0,01% di Januari 2022.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk melakukan stabilisasi harga minyak goreng.
Sebelumnya, telah dikeluarkan kebijakan untuk memastikan agar masyarakat dapat memperoleh harga minyak goreng kemasan dengan harga terjangkau Rp14.000,00 per liter yang di mulai pada 19 Januari 2022. “Untuk menjaga agar tidak naik, pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng. Kebijakan HET ini berlaku mulai 1 Februari 2022,” ujar Menko Airlangga.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga minyak goreng menunjukkan tren penurunan pada akhir Januari 2022. Meski, secara rata-rata bulanan masih meningkat ketimbang Desember 2021.

Peningkatan harga beberapa komoditas pangan juga tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2022. Di mana, NTP nasional Januari 2022 sebesar 108,67. Naik 0,30% dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP menunjukkan bahwa petani bisa menikmati keuntungan dari hasil produksi mereka.

 

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button