Market

Inflasi Mulai Terkendali, Dolar AS Turun 3,8 Persen

Sabtu, 12 Nov 2022 – 08:15 WIB

Amuk dolar AS mereda setelah inflasi negeri Paman sam mulai terkendali. (Foto: Media Indonesia).

Nilai tukar (kurs) dolar AS turun 3,8 persen terhadap sekeranjang mata uang utama dalam dua hari berturut-turut, akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB, 12/11/2022).

Penurunan mata uang negeri Paman Sam itu, dipicu membaiknya inflasi yang berdampak kepada ancang-ancang bank sentral (The Fed) bakal menurunkan tingkat suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR).

Kondisi ini, merupakan perpanjangan dari langkah yang dimulai setelah data Kamis (10/11/2022) menunjukkan inflasi konsumen AS pada Oktober 2022, membaik jadi 7,7 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini terendah sejak Januari yang mencapai 8 persen.

Sedangkan posisi dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama, turun sekitar 3,8 persen dalam dua sesi. Laju kerugian selama dua hari ini adalah yang terbesar sejak Maret 2009.

Reli panjang mata uang AS dalam dua tahun terakhir, menarik minat para pemburu dolar. Berdasarkan data Kamis (10/11/2022), mereka mencari jalan keluar cepat.

“Ini bukan hanya pengikut tren jangka pendek, para pemain momentum itu, telah keluar dari posisinya. Tetapi beberapa posisi jangka panjang struktural long (beli) dolar AS harus dibatalkan,” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex, Marc Chandler di New York.

Alhasil, dolar AS merosot 1,7 persen terhadap yen Jepang menjadi 138,55 yen. Beda nasib dengan euro yang justru melonjak 1,46 persen menjadi 1,036 dolar AS.

“Dolar adalah salah satu pasar yang ekstrim dalam penilaiannya yang berlebihan – ada peluang kuat kita telah melihat puncaknya,” kata Kepala Pendapatan Tetap Global Janus Henderson Investors, Jim Cielinski, dikutip dari Reuters Global Markets Forum.

Namun, sejumlah ahli strategi keuangan memperingatkan, dolar AS tetap rentan terhadap kemungkinan rebound dalam jangka pendek. “Ya, lebih banyak orang menjadi yakin dolar telah mencapai puncaknya tetapi pergerakannya begitu tajam sehingga saya memperingatkan orang-orang agar tidak mengejarnya,” kata Chandler dari Bannockburn.

Kali ini, dolar AS mendapat sedikit dukungan dari sejumlah data survei pada Jumat (11/11/2022), menunjukkan sentimen konsumen AS turun pada November 2022. Kekhawatiran akan inflasi dan biaya pinjaman tinggi menguat.

Sedangkan dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko, masing-masing naik 1,4 persen dan 1,6 persen terhadap greenback.

Terkait minat investor mendapat dorongan dari otoritas kesehatan China yang melonggarkan pembatasan COVID-19 di negara tersebut. Misalnya, mempersingkat waktu karantina untuk kasus kontak dekat dan pelancong yang datang.

Sedangkan sterling, mengalami kenaikan 1,22 persen terhadap dolar AS, menjadi 1,1853 dolar. Setelah data Inggris menunjukkan ekonomi tidak berkontraksi sebanyak yang diperkirakan dalam tiga bulan hingga September. Meski demikian, peluang Inggris tersengat resesi masih kuat.

Dolar AS juga melemah 2,4 persen terhadap franc Swiss di level 0,94025 franc. Hal itu muncul setelah Ketua Swiss National Bank (bank sentral Swiss), Thomas Jordan mengatakan bahwa bank siap untuk mengambil “semua tindakan yang diperlukan” guna membawa inflasi kembali ke target 0-2 persen.

Sedangkan Mata uang kripto tetap di bawah tekanan dari gejolak yang sedang berlangsung di dunia kripto, setelah keruntuhan bursa kripto FTX. Token asli FTX, FTT, terjun bebas hingga 26,7 persen ke level 2,731 dolar AS. Sehingga penurunan bulanannya menyentuh hampir 90 persen.

Sedangkan Bitcoin yang merupakan aset kripto dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar, ikut jatuh 4,6 persen menjadi 16.747 dolar AS.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button