Kanal

Jarak Veteran-Teuku Umar Kian Jauh Usai Kaesang Jadi Ketum PSI

“Kaesang Pangarep bisa menjadi kartu truf Presiden Jokowi untuk memecah kebuntuan politik di Pilpres 2024”

Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep berhasil membuat jagat politik nasional heboh. Sebab pria 28 tahun ini membuat keputusan besar dengan masuk ke dunia politik dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Yang menghebohkan jagat politik adalah keputusan PSI karena langsung menetapkan Kaesang menjadi Ketua Umum meski baru bergabung tiga hari. Keputusan politik PSI ini menjadi sejarah baru dalam politik Indonesia, karena menjadi satu-satunya parpol yang mengangkat Ketua umumnya dari eksternal dalam waktu singkat.

Namun yang menarik bukan jabatan Ketua Umum PSI yang di emban oleh Kaesang, tetapi soal latar belakang ‘jurangan pisang goreng’ ini masuk ke dunia politik. Sebab selama ini Kaesang jauh dari hiruk pikuk politik. Nama Kaesang justru besar dalam dunia hiburan karena sering muncul dalam platform media sosial.

Kaesang Kader Super PSI

post-cover
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep saat berpidato usai pelantikannya – (Foto: Ist)

Banyak pihak menduga masuknya Kaesang ke dunia politik dan menjabat sebagai Ketua Umum PSI tak lepas dari peran Presiden Jokowi. Maklum saja PSI selama ini memang merupakan parpol pendukung setia Jokowi, bahkan PSI dekat dengan para relawan pendukung Jokowi sejak Pemilu 2019.

Selain itu bergabungnya Kaesang dengan PSI ini semakin memperkuat spekulasi renggangnya hubungan Jokowi yang berkantor di Jalan Veteran dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang tinggal di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Baik Megawati dan PDIP sendiri tidak banyak berkomentar soal bergabungnya Kaesang dengan PSI. Padahal PDIP memiliki kewenangan untuk menegur Jokowi karena pilihan politik keluarganya.

Sebab sebenarnya PDIP memiliki aturan yang ketat soal pilihan politik keluarga para kadernya. Dalam AD/ART PDIP mengatur larangan jika satu keluarga tidak boleh berbeda pilihan partai politik, sehingga dengan kasus Kaesang ini bisa diartikan jika Jokowi diduga melakukan pembangkangan kepada Megawati.

Namun sejumlah elite PDIP seakan tidak memberikan jawaban yang tegas terkait pilihan politik Kaesang. Mereka berdalih jika Kaesang sudah bukan lagi keluarga inti Jokowi karena sudah berkeluarga, sedangkan PDIP hanya melarang keluarga inti saja untuk berbeda pilihan politik.

Hubungan Megawati dan Jokowi Mulai Dingin

post-cover
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam acara Rakernas – (Foto: Ist)

Sikap lunak PDIP dan Megawati ini banyak dipertanyakan. Sebab biasanya PDIP dan Megawati sangat tegas dengan para kader, khususnya terhadap keluarga kadernya yang berpindah parpol. Salah satu contoh kasusnya Gubernur Maluku Murad Ismail yang dipecat sebagai kader dan Ketua DPD PDIP Maluku lantaran istrinya bergabung dengan PAN.

Lunaknya sikap Megawati dan PDIP ini dinilai sangat wajar karena Jokowi adalah kader istimewa mereka. Selain memiliki prestasi dan posisi tertinggi sebagai presiden, Jokowi juga terbukti memiliki basis pendukung yang banyak dibandingkan PDIP.

“Saya kira PDIP juga menempatkan pak Jokowi ini sebagai kader istimewa dalam artian punya prestasi yang mana beberapa kali ikut diajukan atau dicalonkan mampu memenangkan laga dari pilkada, wali kota, gubernur, juga pilpres dua kali,” ujar Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad kepada Inilah.com.

Menurutnya, karena keistimewaan tersebut maka Jokowi memiliki privilege (hak keistimewaan) tersendiri diinternal PDIP dan di sisi Megawati. Sehingga loncatnya keluarga Jokowi ke parpol lain tidak dipermasalahkan oleh Megawati.

“PDIP juga mempertimbangkan hal yang lebih besar, jadi menempatkan pak Jokowi tidak hanya sebagai petugas partai, tapi juga menghormati Jokowi sebagai presiden kan gitu,” imbuhnya.

post-cover
Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri  – (Foto: Ist)

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai sebenarnya dalam kasus Kaesang ini Megawati dan PDIP menyimpan kekecewaan besar terhadap Jokowi. Namun hal itu tidak ditunjukkan untuk meminimalisasi gejolak politik jelang Pemilu 2024.

“PDIP sebenarnya dalam politik sedang marah, cuma tidak melampiaskannya dengan kemarahan, jadi melampiaskannya dengan diam. Saya melihat hubungan Jokowi dengan PDIP sedang tidak baik-baik saja, karena bagaimanapun Jokowi berani melanggar aturan satu partai satu keluarga, walaupun sudah dibantah dari PDIP tidak satu keluarga,” kata Ujang kepada Inilah.com.

Di luar renggang atau tidaknya hubungan Veteran dengan Teuku Umar ini, simbol politik yang ingin ditunjukkan dari bergabungnya Kaesang ke PSI adalah soal eksistensi Jokowi dalam Pemilu dan Pilpres 2024. Sebab menurut Ujang, Jokowi dinilai ingin menjadi King Maker pada 2024 nanti, karena selama ini posisi itu sangat melekat dengan figur Megawati karena posisi PDIP sebagai parpol yang bisa mencalonkan sendiri capres tanpa harus berkoalisi.

“Saya melihat ini ada pertarungan politik antara Jokowi dengan PDIP. Ya saya melihat Jokowi kelihatannya ingin bermain sendiri ya tanpa PDIP artinya ingin jadi king maker, ingin jadi penentu kekuatannya sendiri sebagai presiden. Karena kita tahu Jokowi di PDIP tidak punya pengaruh, tidak punya peran, tidak punya jabatan diinternal PDIP kan,” katanya.

Usulan Spontan Kader Agar Kaesang Jadi Ketum PSI

post-cover
Anggota Dewan Pembina PSI, Isyana Bagoes Oka – (Foto: Ist)

Di sisi lain pihak PSI sendiri membantah soal campur tangan Presiden Jokowi dalam penunjukan Kaesang sebagai Ketua Umum. Menurut Anggota Dewan Pembina Isyana Bagoes Oka, penunjukan Kaesang sebagai ketua umum sebenarnya tidak direncanakan sejak awal oleh PSI.

Sebab awalnya PSI hanya ingin merekrut Kaesang sebagai kader biasa. Ketertarikan PSI terhadap sosok Kaesang ini karena putra Presiden Jokowi tersebut dinilai sebagai salah satu icon anak muda. Sehingga harapannya bergabungnya Kaesang bisa menarik minat anak muda dalam dunia politik dan memberikan efek elektoral terhadap PSI.

“Teman-teman PSI di seluruh Indonesia punya aspirasi ini ada seorang Mas Kaesang, masuk menjadi anggota PSI, kenapa enggak jadi ketua umum?,” imbuh Isyana kepada Inilah.com.

Berlandaskan aspirasi kader tersebut, Ketua Umum PSI sebelumnya, Giring Ganesha langsung berinisiatif menggelar Kopdarnas partai untuk membahas soal peluang Kaesang menjadi ketum selanjutnya. Dari hasil Kopdarnas itu disepakati soal penunjukan Kaesang sebagai Ketum PSI selanjutnya.

Menurut Isyana, Kopdarnas sendiri adalah salah satu mekanisme resmi PSI sesuai AD/ART untuk pengambilan keputusan. Sehingga penunjukan Kaesang ini dinilai sudah sesuai dengan mekanisme yang berlaku di PSI.

“Kalau bisa dilihat juga, sekarang kan kelihatan sekali antusiasme masyarakatnya juga tinggi (usai Kaesang jadi Ketum). Kader dan pengurusnya apalagi,” imbuhnya.

Isyana juga menegaskan jika tidak ada kecemburuan sosial dari seluruh kader PSI atas penunjukan Kaesang sebagai Ketum. Justru seluruh kader sangat antusias dengan bergabungnya Kaesang di PSI. “Semuanya justru sangat gembira dengan kehadiran Mas Kaesang menjadi ketua umum,” pungkasnya.

Terlepas dari motif dan latar belakang Kaesang menjadi Ketum PSI, jauh sebelumnya memang sudah kencang berhembus jika hubungan Megawati dan Jokowi sedang retak. Hal ini disebabkan karena Megawati menilai Jokowi sudah terlalu banyak ikut campur dalam urusan politik Pilpres 2024 karena posisinya sebagai presiden.

Hal ini terbukti dengan alotnya penunjukan cawapres pendamping Ganjar dan Prabowo yang hingga saat ini masih belum diputuskan. Bahkan dalam kebuntuan soal cawapres itu, belakangan sempat muncul wacana menduetkan antara Prabowo dan Ganjar sebagai pasangan capres-cawapres 2024.

Wacana ini sudah sangat kencang muncul di kalangan para relawan Jokowi, karena dari hasil Rakerda Relawan Pro Jokowi (Projo) dibeberapa daerah, nama Prabowo dan Ganjar menjadi dua figur terpopuler pilihan para relawan.

Namun jika dilihat dari realitas politik yang ada, wacana duet itu sangat mustahil terjadi karena keduanya sudah memosisikan diri sebagai capres 2024. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button