Market

Semester I-2023, Sri Mulyani Mulai Injak Rem untuk Penerbitan SBN

Paruh pertama 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan, realisasi pembiayaan utang turun 15,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) bila dibandingkan paruh pertama 2022.

Rupanya, Kementerian keuangan (Kemenkeu) injak rem untuk penerbitan surat berharga negara (SBN). “Semester I pembiayaan utang mengalami penurunan 15,4 persen, atau dalam hal ini kita melakukan penerbitan hanya Rp157,9 triliun untuk SBN neto,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Senin (10/7/2023).

Bisa jadi, Sri Mulyani mulai mau mendengar kritikan kalangan ekonom agar lebih hati-hati dalam mengatur utang pemerintah. Realisasi penerbitan SBN turun 13,6 persen (yoy) dari catatan semester I-2022, sebesar Rp182,6 triliun.

Kata Sri Mulyani, penurunan penerbitan SBN ditopang defisit dan keseimbangan primer. Realisasi defisit pada semester I-2023 tercatat Rp152,3 triliun, lebih tinggi ketimbang periode sama 2022 sebesar Rp91,2 triliun. Sementara keseimbangan primer terdata sebesar Rp368,2 triliun, naik dari realisasi semester I-2022 sebesar Rp279,0 triliun. “Jadi, ini menggambarkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) konsolidasi dan kesehatannya mengalami tren yang sangat baik,” ujar Sri Mulyani.

Dengan mempertimbangkan kondisi kas dan volatilitas pasar keuangan, Kementerian Keuangan menyusun strategi terkait penerbitan SBN. Strategi tersebut mencakup empat poin utama, yakni penyesuaian target lelang SBN, pergeseran penerbitan global bonds, pengoptimalan penerbitan SBN ritel, dan fleksibilitas pinjaman program.

Pemerintah juga senantiasa mengupayakan kombinasi sumber pembiayaan. Hal itu bertujuan untuk memenuhi target pembiayaan anggaran yang efisien dengan tetap mempertimbangkan risiko.

Sri Mulyani mengaku optimistis akan pembiayaan utang pada 2023, bisa lebih rendah Rp289,9 triliun dari target APBN yang ditetapkan Rp696,3 triliun. Dengan demikian, pembiayaan utang diproyeksi berada di kisaran Rp406,4 triliun atau 23,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tersebut turun 41,61 persen dari realisasi tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp696,0 triliun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button