Hangout

Kanker Paru Mengintai Perokok Aktif, Pakar Pulmonologi Ingatkan Penapisan Dini Jadi Kunci

Dalam rangka peringatan Hari Kanker Paru Sedunia 2023 pada 1 Agustus 2023 Selasa kemarin, pakar pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dr Eric Daniel Tenda DIC, PhD, Sp.PD, KP, FINASIM, mengingatkan perokok aktif untuk segera melakukan penapisan guna mendeteksi dini kanker paru.

“Orang yang masih merokok aktif masuk ke dalam kelompok yang harus dilakukan penapisan atau skrining. 20 bungkus rokok dalam 10 tahun terakhir meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru,” kata dr Eric dalam sesi IG Live RSCM Kencana, Selasa (2/8/2023).

Tak hanya perokok, mereka yang berusia 50 – 80 tahun dan memiliki riwayat keluarga terkena kanker juga termasuk dalam populasi yang seharusnya melakukan penapisan. Pakar menyarankan pemeriksaan CT-scan paru dosis rendah atau LDCT sebagai metode yang efektif.

“Kebanyakan di fasilitas pelayanan primer itu banyak yang masih menggunakan foto rontgen. Bukan berarti foto rontgen enggak bisa menangkap,” jelas dr Eric.

Lebih lanjut, dr Eric mengatakan bahwa dengan penapisan secepat mungkin, abnormalitas paru akibat faktor risiko bisa diketahui dini dan dokter bisa segera melakukan tindakan demi pulihnya pasien.

Orang-orang yang sudah memiliki gejala seperti batuk yang tidak sembuh dalam dua bulan, batuk disertai darah, penurunan berat badan, dan sesak napas ditambah faktor risiko, disarankan segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa gejala-gejala tersebut bisa menjadi indikasi awal kanker.

Selain itu, gejala lain yang menjadi tanda kanker paru adalah pembengkakan pada muka atau leher, sakit kepala, sakit tulang, kehilangan selera makan, suara serak, kesulitan atau sakit saat menelan, serta perubahan bentuk jari.

Gejala-gejala ini muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai tahap tertentu. Pada tahap awal, kanker paru seringkali tidak menimbulkan gejala.

“Kalau ada gejala langsung konsultasikan ke dokter, apalagi juga ada faktor risikonya. Lakukan deteksi dini, misalnya foto rontgen, kalau ke dokter spesialis bisa dilakukan low dose CT-scan,” pesan dr Eric.

Penekanan pada deteksi dini ini diharapkan dapat membantu dalam pengobatan dan penanganan kanker paru, penyakit yang menjadi salah satu penyebab kematian teratas di dunia, termasuk di Indonesia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button