Market

Cerita Faisal Basri, Luhut Akui Berat Selesaikan Proyek Kereta Cepat Whoosh

Ekonom senior Indef, Faisal Basri. (Foto: voi)
Menurut cerita ekonom senior Indef, Faisal Basri, sebenarnya Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan merasa mendapat tugas yang berat untuk meneruskan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Cerita dari Menko Luhut ini merupakan hasil pembicaraan saat keduanya pertemu pada November 2021. Saat itu, Luhut mengeluhkan rumitnya proyek peninggalan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2014-2019, Rini Soemarno.

“Ini pembicaraan langsung saya dengan Pak Luhut, November 2021, kita nggak sanggup nih. Luhut menganggap proyek ini, proyek sampah sebetulnya,” kata Faisal saat diskusi tentang Beban Utang Kereta Cepat di APBN di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Dalam kesempatan itu, Faisal menyebutkan upaya yang dilakukan pemerintah saat itu adalah harus melakukan renegosiasi dengan pihak China. Tujuannya untuk mengurangi beban bunga utang saat menggarap proyek yang dari catatan daftar PSN termasuk KCJB sebesar Rp126,7 triliun.

“Nah disampaikan waktu itu udah nggak mungkin, jadi caranya adalah renegosiasi dan ternyata renegosiasinya berhasil seperti yang dijanjikan mereka. Pertama adalah membalik, Indonesia tadinya kan 60%, China 40%. Udah deh China-nya kebagian 60%, gitu,” papar Faisal.

Proyek kereta cepat Whoosh tersebut, dibangun konsorsium perusahaan negara Indonesia dan China, yang pada mulanya diperkirakan menelan biaya Rp86,67 triliun.

Tapi ternyata terjadi pembengkakan atau cost overrun atau kelebihan biaya menjadi Rp114,24 triliun pada tahun 2021. Sebagian anggaran tersebut merupakan dana utang dari China Development Bank (CDB) mencapai Rp8,3 triliun. Utang itu akan dipakai untuk pembiayaan pembengkakan biaya kereta cepat.

Dengan dana utang tersebut China menetapkan tingkat bunga hingga 3,4 persen per tahun dengan tenor selama 30 tahun. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Panjaitan, sempat mengatakan China enggan menurunkan bunga pinjaman menjadi 2 persen dengan tenor selama 40 tahun, yang merupakan skema pembiayaan awal.

Soal utang dari China untuk Kereta Cepat Whoosh ini, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo pernah mengungkapkan Indonesia akan mendapat utang baru sebesar USD560 juta atau sekitar Rp8,68 triliun dengan kurs (15.500/USD) dari China saat Presiden Jokowi berkunjung ke China pada 16-17 Oktober 2023 pekan ini. Tujuan kunjungan ini disebut-sebut untuk mendapatkan utang baru untuk menutup pembengkakan anggaran proyek Kereta Cepat Whoosh.

Kemungkinan lain adalah pemerintah China akan mengucurkan utang ke RI dalam program Belt and Road Forum (BRF) di Beijing.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button