Hangout

Ketum Satupena Denny JA: Bangsa Besar Terlahir dari Buku-buku Besar

Rabu, 09 Nov 2022 – 20:49 WIB

Denny JA (Foto: ist)

Denny JA (Foto: ist)

Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA mengatakan bahwa bangsa yang besar dilahirkan oleh buku-buku besar. Untuk itu ia bersama para penulis yang tergabung dalam organisasinya berinisiatif untuk menerbitkan kembali 100 buku yang mewarnai sejarah dan budaya Indonesia sejak era kolonial hingga era saat ini.

“Bukankah yang penting bagi Satupena adalah informasi bagi pembaca soal 100 buku yang mewarnai Indonesia itu? Lalu memberikan info pula untuk memudahkan peminat mencarinya sendiri,” jelas Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/11/2022).

Menjelang Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2021, Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena meluncurkan link atau tautan untuk membeli 100 buku yang mengulas sejarah dan budaya Tanah Air.

100 buku fiksi dan non-fiksi tersebut sebelumnya dipilih melalui kriteria, survei dan penilaian para ahli pada akhir 2021 lalu.

Di antara 100 buku yang dipilih tersebut terdapat buku “Di bawah Bendera Revolusi” (1959) karya Bung Karno, “Renungan Indonesia” (1947) karya Sutan Sjahrir, dan “Demokrasi Kita” (1963) karya Bung Hatta.

Selain itu, ada juga buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” (1922) karya RA Kartini, “Siti Nurbaya” (1922) karya Marah Roesli, “Layar Terkembang” (1936) karya Sutan Takdir Alisjahbana, “Azab dan Sengsara” (1920) karya Merari Siregar dan “Perburuan” (1950) karya Pramoedya Ananta Toer.

“Itulah contoh buku fiksi dan non fiksi yang memengaruhi batin, sejarah dan budaya Indonesia,” kata Denny JA.

“Tapi bagaimanakah cara mengakses dan membaca kembali buku-buku itu? Bagaimana cara kita dapat membaca kembali, misalnya, buku karya Bung Karno ‘Di bawah Revolusi?’ Atau buku Takdir Alisjahbana, ‘Layar Terkembang?’,” sambungnya.

Semula, Satupena berniat untuk menerbitkan 100 buku itu kembali. Namun ada kerumitan terutama soal copyright. Di samping itu, banyak pula input dari pencinta buku yang menyatakan bahwa lebih baik Satupena mendayagunakan penerbitan yang sudah ada, dan toko online yang menjual buku-buku tersebut.

Pemilihan 100 buku

Lebih lanjut Denny JA menjelaskan bahwa dalam penentuan 100 buku tersebut, Satupena menetapkan beberapa prosedur yakni, 100 buku itu dipilih oleh forum penulis. Satupena mengedarkan undangan berupa pertanyaan terbuka sejak akhir Agustus 2021 hingga pertengahan September 2021 kepada empat WAG (WhatsApp Group) yang masing beranggotakan 100-250 penulis.

Dari undangan tersebut, terkumpul total 42 judul buku non-fiksi, 73 buku fiksi. Sehingga total terkumpul 115 judul buku.

Kemudian, Satupena membentuk tim ahli untuk menyempurnakan pilihan forum itu. Untuk kategori non-fiksi, tim ahli terdiri dari Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Manuel Kaisiepo. Sementara itu, untuk kategori fiksi, tim ahli terdiri dari Nia Samsihono dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti.

Sesuai usulan yang masuk, pilihan dipadatkan dan diperkaya menjadi 100 judul buku. Tim ahli pun diberikan wewenang mengusulkan buku lain, termasuk menambah, mengurangi dari daftar itu agar lebih mendekati kriteria.

Sementara itu, kriteria buku yang dipilih dalam daftar harus memenuhi beberapa syarat, yakni buku itu dibaca luas di eranya, buku itu menciptakan genre baru, cara penulisan baru, perspektif baru, yang diikuti banyak buku setelahnya, buku itu menyampaikan pesan/ pendekatan yang penting dan diupayakan satu tokoh/satu penulis darinya hanya diambil satu judul buku, kecuali yang sangat fenomenal.

100 buku tersebut bisa dibeli dengan link yang tertera di situs resmi Satupena, tautan di sini.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button