Market

Garap Sektor Potensial, Bank Mandiri Kantongi Laba hingga Rp55,1 Triliun di 2023


PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membukukan laba bersih sebesar Rp55,1 triliun atau tumbuh 33,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2023. Laba ini seiring dengan penyaluran kredit yang tumbuh 16,3 persen.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan laba ini menjadi terbesar sejak berdirinya perseroan itu 25 tahun lalu. “Dalam menjaga momentum pertumbuhan  mendorong keberlanjutan ekonomi di sektor-sektor potensial pada masing-masing wilayah termasuk segmen SME dan Mikro,” kata Darmawan saat Paparan Kinerja Kuartal IV 2023 perseroan, Rabu (31/1/2024).

Bank Mandiri dengan strategi bisnis fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem dengan strategi digitalisasi, berhasil melewati 2023 dengan mencetak pertumbuhan kinerja gemilang.

Kenaikan tersebut tentunya tidak terlepas dari realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri di 2023 yang mencapai Rp1.398,1 triliun atau tumbuh 16,3 persen secara tahunan. Angka itu melampaui pertumbuhan kredit industri yang sebesar 10,38 persen yoy.

Selanjutnya, Darmawan memaparkan pertumbuhan kredit yang impresif perseroan terjadi di seluruh segmen, salah satunya didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp490 triliun pada akhir 2023, tumbuh 18,3 persen yoy.

Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibanding segmen lain yaitu sebesar 21,2 persen yoy menjadi Rp238 triliun di akhir 2023 lalu.

Untuk total aset konsolidasi, Bank Mandiri berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp2.174,2 triliun di akhir 2023, naik 9,12 persen yoy dari tahun sebelumnya sebesar Rp1.992,5 triliun.

Adapun penyaluran kredit untuk segmen UKM tumbuh 14 persen yoy menjadi Rp77 triliun sedangkan segmen mikro tumbuh mencapai 10,4 persen yoy menyentuh Rp168 triliun.

Pertumbuhan tersebut juga diimbangi dengan kualitas aset yang terus membaik. Per akhir 2023, Bank Mandiri mencatat rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) secara bank only berhasil turun sebesar 86 basis poin (bps) secara yoy ke level 1,02 persen.

Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap menjaga rasio pencadangan (NPL coverage ratio) di level konservatif yakni sebesar 384 persen.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button