Market

Larang Ekspor Mineral Mentah, Nyali Jokowi Lebih Kuat Ketimbang SBY

Pengamat ekonomi energi asal UGM, Fahmy Radhi menilai, pelarangan ekspor mineral mentah dari Presiden Jokowi adalah keputusan berani. Bedanya dengan Presiden SBY yang menunda pelarangan ekspor mineral mentah gara-gara diancam Freeport.Pengamat ekonomi energi asal UGM, Fahmy Radhi menilai, pelarangan ekspor mineral mentah dari Presiden Jokowi adalah keputusan berani. Bedanya dengan Presiden SBY yang menunda pelarangan ekspor mineral mentah gara-gara diancam Freeport.

“Era Presiden SBY mengundur berlakunya larangan ekspor (mineral mentah). Karena ada penentangan dahsyat dari Freeport yang disertai ancaman diadukan ke WTO. Nah, baru sekarang, Presiden Jokowi berani melarangan ekspor bijih nikel dan bauksit,” papar Fahmy kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (24/12/2022)

Artinya, nyali atau keberanian Presiden Jokowi untuk melarang ekspor mineral mentah, lebih kuat. Dirinya pun tak mempan dengan keputusan organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO) yang mempersoalkan larangan ekspor bijih nikel. “Jokowi bukannya melemah ditekan WTO. Pelarangan ekspor mineral mentah semakin digas. Setelah melarang ekspor bijih nikel, Juni 2023, giliran melarang ekspor bijih bauksit. Jokowi pantang mundur,” ungkapnya.

Harus diakui, lanjut Fahmy, keputusan Presiden Jokowi melarang ekspor mineral mentah, sangat tepat. Kalau dilarang, maka industri hilirasi sektor tambang bakal berkembang cepat. Artinya, ada investasi, penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi daerah serta pusat. Selain itu, hilirisasi tambang memberikan nilai tambah yang menyokong perekonomian nasional

“Di luar itu, perlarangan ekspor mineral mentah, sesungguhnya untuk mengoptimalkan hasil kekayaan alam sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sesuai amanah pasal 33 UUD 1945. Jangka pendek, larangan ekspor bauksit itu akan menurunkan pendapatan ekspor hingga Rp21 triliun per tahun. Namun, jangka panjang, seiring dengan meningkatnya nilai tambah, ekspor hasil hilirisasi dan produk turunan bauksit, meningkatkan pendapatan negara Rp62 triliun per tahun,” tuturnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button