Market

Mahalnya Biaya Haji karena Bisnis Gelang dan Tiket Pesawat Terbang

Bukan rahasia lagi, haji di Indonesia bukan sekedar ibadah. Tapi juga ladang bisnis meraup cuan. Bahkan ada yang coba-coba ‘bermain’. Dampaknya, biaya haji di Indonesia menjadi mahal.

Kementerian Agama (Kemenag) dan DPR sepakat mematok biaya haji 2023 sebesar Rp49,8 juta. Naik hampir Rp11 juta ketimbang 2022. Keputusan ini jelas memberatkan warga Indonesia yang terbetik niat menjalankan Rukun Islam ke-5. Direktur Eksekutif Center Budget Analyssis (CBA), Uchok Sky Khadafi menyebut, biaya haji yang hampir Rp50 juta per jemaah itu, kemahalan. Rinciannya, ongkos penerbangan menggunakan Garuda Rp32.7 juta, living cost Rp.3 juta, dan layanan Masyair sebesar Rp.14 juta. “Ini masih kemahalan. Sebenarnya bisa lebih murah kok. Biaya penerbangan dan biaya gelang, mahal banget,” tandas Uchok kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Sebelumnya, Kemenag selaku manajer haji dengan seenaknya mengajukan usulan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2023 sebesar Rp98,8 juta. Atau naik 70 persen ketimbang 2022. Setelah melalui perdebatan panjang di Panja Haji dan Komisi VIII DPR, BPIH akhirnya putus Rp90.263.104 per calon jemaah.

Dari total BPIH itu, calon jemaah dibebankan Rp49.812.700, atau sekitar 55,3 persen saja. Sedangkan yang 44,7 persen sisanya ditanggung pmerintah alias disubsidi. Angka subsidi Indonesia ternyata lebih rendah dibandingkan Malaysia. Artinya, negeri jiran rela merogoh kocek dalam-dalam demi memudahkan rakyatnya berhaji. Subsidi tak tanggung-tangung, 55 persen hingga 62 persen.

Terkait mahalnya biaya berhaji di Indonesia, Uchok menduga karena dibisniskan. Banyak komponen yang bisa dibisniskan dalam ibadah haji ini. Mulai dari hal-hal kecil hingga besar. Semisal, penyediaan gelang haji, koper serta peralatan lain. Atau harga tiket pesawat, katering hingga penginapan. Semuanya bisa ‘dibisniskan’. Maksud dibisniskan bisa berkonotasi negatif. Bahasa halus dari dugaan mark up.

Ada dua poin yang menjadi catatan Uchok, yakni biaya gelang haji serta harga tiket haji 2023. Untuk gelang haji 2023, merupakan kerajinan tangan dari Jepara. anggarannya mencapai Rp5,5 miliar. Atau Rp30 ribu per unit. Padahal, harga di pasaran tak lebih dari Rp5.000.

Masalah gelang ini, sempat diributin anggota Komisi VIII DPR asal Fraksi Gerindra, Abdul Wachid. Dia mencium indikasi mark up dari besarnya anggaran gelang haji 2023. Setelah gaduh, Kemenag akhirnya mencoret proyek gelang. “Artinya apa, dugaan mark up itu bisa menjadi benar. Ini jelas harus ditelusuri. Meski sudah dicoret bukan berarti masalah selesai. KPK harus masuk ke ranah ini,” tandasnya.

Demikian pula ongkos pesawat sebesar Rp.32.7 juta per orang (pulang-pergi/PP), menggunakan maskapai pnerbangan pelat merah Garuda Indonesia, menurut Uchok terlalu mahal. Meskipun turun dibandingkan biaya pesawat terbang 2022 sebesar Rp33,4 juta. ‘Ada potensi mark-upnya,” kata Uchok.

Ternyata, ongkos pesawat ke Tanah Suci menggunakan Garuda jauh lebih mahal ketimbang menggunakan maskapai lain. Ambil contoh Etihad, ongkosnya cuman Rp18 juta (PP). Garuda lebih mahal 170 persen, atau hampir dua kali lipat. Waduh.

“Untuk itu, kami dari CBA meminta KPK untuk menyelidiki atau membongkar mahal biaya haji pada tahun 2022, seperti ongkos Penerbangan Pesawat jemahan Haji, dan gelang Haji agar menjadi efek jerah bagi aparat negara di kementerian Agama, dan aparat terkait,” tandasnya.

Bisa dibayangkan, berapa keuntungan Garuda dari bisnis haji ini. Apalagi, Garuda punya utang super jumbo. Dan, BUMN ini dekat dengan mark up atau bentuk korupsi lainnya. Uang dari bisnis haji menjadi penopang keuangan perseroan yang dipimpin Irfan Setiaputra.

Kalau dibalik baru top. Tarif pesawat untuk jemaah haji turun hingga Rp18 juta-an, atau di bawahnya. Otomatis, biaya haji tidak perlu naik signifikan. Sehingga semakin banyak Muslim Indonesia yang pergi ke Tanah Suci.

Ongkos Haji Malaysia

Terkait biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2023, Kemenag dan DPR sepakat Rp Rp90.263.104 per calon jemaah. Kalau dibandingkan Malaysia memang lebih mura. Namun beban yang harus dibayar jemaah haji Indonesia lebih mahal. Kok bisa?

Ya bisalah. Karena, pemerintah hanya menggelontorkan subsidi 44,7 persen. Tiap calon jemaah haji harus merogoh kocek Rp49,8 juta.

Sementara di Malaysia, dikutip dari tabunghaji.gov.my, pemerintah Malaysia menetapkan biaya haji sebesar MYR 28.632, atau setara Rp100,64 juta (kurs Rp3.515/MYR). Memang lebih mahal ketimbang biaya haji (BPIH) di Indonesia sebesar Rp90,3 juta.

Namun, pemerintah Malaysia lebih dermawan ketimbang Indonesia. Mereka gelontorkan subsidi gede-gedean untuk warganya yang terbetik niat menjalankan Rukun Islam ke-5. Ada dua kategori untuk subsidi khusus haji di negeri jiran itu.

Yakni, subsidi haji untuk B40 (bottom 40) dan non B40. Kalau B40 adalah subsidi untuk calon jemaah haji yang pendapatannya 40 persen terbawah. Kalau Non B40 artinya jemaah haji yang bukan termasuk B40.

Lalu berapa yang harus dibayar oleh calon jemaah haji Malaysia? Yang jelas, lebih murah ketimbang Indonesia. Untuk B40 biaya hajinya MYR10.980 atau setara Rp38,6 juta per jemaah, Lebih murah karena pemerintah Malaysia berikan subsidi 62 persen untuk warga B40.

Sedangkan non B40, subsidinya lebih rendah yakni 55 persen. Biaya yang harus ditanggung jemaah haji non B40 di Malaysia sebesar MYR12.980, atau setara Rp45,62 juta per jemaah. Masih lebih murah ketimbang Indonesia yang hampir Rp50 juta-an.

Padahal, pendapatan rakyat Malaysia lebih tinggi ketimbang Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari potret Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Malaysia lebih tinggi ketimbang Indonesia.

Pada 2019, misalnya, PDB per kapita Indonesia mencapai US$4.174,9, atau setara Rp62,6 juta per tahun (kurs Rp15.000/US$). Sementara Malaysia hampir 3 kali lipat yakni US$11.414,20 (Rp171,213 juta per tahun).

Pada 2020, sami mawon. PDB per kapita Indonesia sebesar US$3.911,7 setara Rp58,7 juta setahun, sedangkan Malaysia US$10.401 atau sekitar Rp156 juta per tahun. Tahun 2021, PDB per kapita Indonesia sebesar US$4.349 setara Rp62,23 juta, sedangkan Malaysia US$12.500 yang setara Rp187,5 juta. Beruntung betul warga Malaysia, pendapatannya lebih tinggi, subsidi berhaji juga tinggi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button