Kanal

Mampukah AS Pasang Badan Lindungi Korsel dari Nuklir Korut?

Program senjata Korea Utara berkembang pesat termasuk rudal balistiknya. Ini telah menimbulkan pertanyaan apakah AS akan mampu pasang badan mempertahankan Korea Selatan dari serangan nuklir tetangganya?

Pada konferensi pers bersama, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengumumkan bahwa dia dan Presiden AS Joe Biden telah menyetujui langkah-langkah memperkuat pertahanan Korea Selatan sebagai tanggapan atas ancaman yang ditimbulkan Korea Utara. “Kami telah sepakat untuk segera melakukan konsultasi presiden bilateral jika terjadi serangan nuklir Korea Utara dan berjanji menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi, termasuk senjata nuklir Amerika Serikat,” kata Yoon, pekan lalu

AS telah berjanji untuk memberi Korea Selatan lebih banyak wawasan tentang perencanaan nuklirnya terhadap setiap konflik dengan Korea Utara di tengah kecemasan atas persenjataan rudal dan bom Pyongyang yang terus meningkat. Biden juga kembali menegaskan tawaran AS kepada Korea Utara untuk mengadakan negosiasi diplomatik atas program nuklir dan misilnya, tawaran yang telah diabaikan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Program senjata Korea Utara yang berkembang pesat – termasuk rudal balistik yang dapat mencapai kota-kota AS – telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah AS benar-benar akan menggunakan senjata nuklirnya untuk mempertahankan Korea Selatan dengan apa yang disebutnya ‘pencegahan yang diperluas’.

Jajak pendapat di Korea Selatan menunjukkan mayoritas publik ingin Seoul memperoleh bom nuklirnya sendiri, sebuah langkah yang ditentang Washington. Di bawah ‘Deklarasi Washington’ yang baru, AS akan memberikan wawasan rinci kepada Korea Selatan, dan menyuarakan, rencana darurat AS untuk mencegah dan menanggapi setiap insiden nuklir di kawasan itu melalui Kelompok Konsultatif Nuklir AS-ROK, kata para pejabat AS.

Washington juga akan mengerahkan kapal selam rudal balistik ke Korea Selatan untuk unjuk kekuatan, kunjungan kapal selam pertama sejak 1980-an, kata pejabat AS. Tetapi Biden menjelaskan bahwa tidak ada senjata nuklir AS yang akan ditempatkan di wilayah Korea Selatan.

“Saya memiliki otoritas mutlak sebagai panglima tertinggi dan satu-satunya otoritas untuk menggunakan senjata nuklir, tapi… maksud dari deklarasi tersebut adalah bahwa kami akan melakukan segala upaya untuk berkonsultasi dengan sekutu kami pada saat yang tepat, jika ada tindakan yang diperlukan,” kata Biden.

Sebuah kemenangan bagi Korsel?

Langkah-langkah yang disepakati tidak memenuhi harapan warga di Korea Selatan. Sue Mi Terry dari think tank Wilson Center melihat langkah tersebut sebagian besar sebagai retoris untuk mencegah Korea Selatan menggunakan nuklir. “Itulah masalahnya,” katanya, mengutip Reuters. “Tapi masih harus dilihat apakah opini publik Korea akan terpuaskan.”

Apakah janji AS untuk berbagi wawasan perencanaan nuklir dengan Korea Selatan cukup untuk mencegah ancaman Korea Utara? “Biasanya ketika kita berbicara tentang pencegahan yang diperluas, itu adalah satu negara yang mencoba untuk mencegah negara musuh menyerang sekutunya,” kata Dr Justin Hastings, peneliti tamu senior di Pusat Korea National University of Singapore East Asian Institute, mengutip Channel News Asia.

AS mencoba untuk meningkatkan upaya berbagi informasi dan kerja sama senjata nuklir, dan menempatkan aset nuklir di semenanjung Korea sebagai cara untuk meyakinkan Korea Selatan bahwa mereka tidak perlu mengembangkan senjata nuklir karena ada perlindungan yang cukup dari AS. “Selama Korea Selatan merasa bahwa pernyataan dan jaminan yang dibuat AS cukup kredibel, setidaknya Korea Selatan akan menahan diri untuk tidak melakukan itu (membuat nuklir sendiri),” kata Dr Hastings.

“Pada dasarnya kedua belah pihak setuju untuk terlibat dalam diskusi tingkat tinggi untuk membuat Korea Selatan mengetahui bagaimana Amerika Serikat akan membuat keputusan tersebut,” ujar Ms Soo Kim, pemimpin area praktik kebijakan di perusahaan konsultan manajemen LMI.

“Tapi pada akhirnya, keputusan nuklir itu ada di tangan presiden AS. Dari perspektif publik Korea Selatan, ini adalah jaminan verbal. Tapi menurut saya dari perspektif tindakan, mungkin ada celah yang perlu diatasi.”

Kerahkan kapal selam nuklir

Dalam salah satu poin kesepakatan itu, AS akan mengirim kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir ke Korea Selatan. Biden mengatakan kerja sama pertahanan kedua negara ini untuk memperluas pencegahan ancaman nuklir Korut. Langkah itu juga sebagai upaya mengancam negara pimpinan Kim Jong Un.

AS rencananya akan mengerahkan kapal selam berkekuatan nuklir kelas Ohio 14 dari Angkatan Laut. Kapal selam dengan julukan ‘boomers’ itu bisa menyelam selama 77 hari dan berada di permukaan selama 35 hari untuk perawatan.

Senjata yang paling menakutkan dimiliki kapal selam kelas Ohio adalah rudal balistik Trident II sebanyak 20 buah. Daya jangkau rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir itu bisa mencapai 7.400 kilometer.

Peneliti dari Pusat Studi Pertahanan Institut Sejong, Kim Jung Sup, mengatakan kapal selam itu hanya untuk menekankan dan menambah kredibilitas AS. “Itu aset strategis yang secara fundamental mengirim pesan balasan nuklir Korea Utara,” kata dia, mengutip CNN.

Beberapa pengamat lain mengatakan skenario seperti itu akan memicu perang nuklir. Mantan kapten Angkatan Laut AS, Carl Schuster mengatakan pengerahan kapal selam di Korsel akan menguntungkan Korut. Pemerintah Pyongyang disebut akan mengetahui kemampuan kapal selam bertenaga nuklir itu. “Jika Kim Jong Un mempertimbangkan serangan kejutan, kami telah mengirimkan kapal selam dan pada saatnya akan tiba di sana,” kata Schuster.

Kapal selam AS yang berada di bawah permukaan laut dengan kedalaman ribuan kaki dari Korea Utara masih dalam jangkauan Korut. Namun, Komandan Angkatan Laut AS, Daniel Post, menilai lokasi pasti kapal selam itu tak bisa diketahui.

Kesenjangan tetap ada dalam komitmen Amerika Serikat untuk memberi Korea Selatan rasa aman dari ancaman tetangga agresifnya, Korut. Namun apakah Seoul masih akan terus menggantungkan keselamatan negaranya kepada Amerika Serikat entah sampai kapan?

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button