News

Massa Demo Pendukung Israel di AS Diduga Terima Bayaran

Beredar kabar di media sosial bahwa massa demo pro-Israel di Washington DC, AS, pada Selasa (14/11/2023), diduga menerima bayaran.

Sebuah cuplikan gambar unggahan Facebook menyebut Koalisi Kampus Israel (Israel on Campus Coalition/ICC) menawarkan Rp3,8 juta kepada mahasiswa AS jika mau datang berdemo di Washington DC pada 14 November.

Unggahan tersebut mengatakan demonstrasi itu bakal menjadi salah satu demo pro-Israel terbesar dalam sejarah. Demonstrasi juga disebut disponsori oleh Jewish Federation of North America dan Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations.

“Untuk mendapatkan penggantian biaya perjalanan, mahasiswa hanya perlu mengisi formulir singkat di bawah ini. Sekali lagi, ICC menawarkan US$250 (sekitar Rp3,8 juta) per mahasiswa untuk mengikuti demo di Washington DC,” tulis unggahan Facebook yang beredar itu.

Kabar Israel membayar pedemo ini merebak di saat demonstrasi pro-Israel meledak di Washington DC pada Selasa lalu.

Massa berkumpul di National Mall meneriakkan dukungan bagi Negeri Zionis atas agresinya di Palestina. Demonstrasi itu digelar di bawah pengamanan ketat aparat.

Menurut laporan Associated Press, beberapa tokoh terkemuka AS hadir dalam demo, yakni Pemimpin Senat Chuck Schumer, pemimpin Demokrat dari Dewan Perwakilan AS Hakeem Jefferies, ketua DPR AS Mike Johnson, dan Senator Iowa Joni Ernst. Mereka menyerukan, ‘Kami berdiri bersama Israel’.

Banyak demonstran yang mengenakan bendera Israel di bahu mereka maupun memegang bendera kecil Tel Aviv di tangan. Mereka juga menggenggam plakat dengan nama dan foto orang-orang yang disandera di Gaza.

Israel melancarkan agresi di Gaza pada 7 Oktober lalu, merespons serangan mendadak milisi Hamas di sejumlah kota Israel.

Dalam serangan hari pertama itu, ratusan warga Negeri Zionis disebut disandera Hamas. Israel menduga mereka disandera di Gaza, sebagian di bawah Rumah Sakit Al-Shifa.

Dengan dalih tersebut, Israel pun secara brutal membombardir Gaza. Setidaknya 11.300 warga Palestina tewas imbas serangan Tel Aviv. Mayoritas korban ialah anak-anak dan perempuan.

Terlepas dari seruan gencatan senjata dari komunitas internasional, Israel terus bahkan semakin mengintensifkan serangan baik di darat dan udara. Terkini, militer Tel Aviv bahkan menyerang terang-terangan RS Al-Shifa.

Pasukan Negeri Zionis menembaki apa pun dan siapapun yang bergerak di sekitar rumah sakit tersebut, termasuk para pasien yang berusaha menyelamatkan diri.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button