News

Mengapa Raja Malaysia Bisa Tentukan Perdana Menteri?

Kamis, 24 Nov 2022 – 01:52 WIB

Raja Malaysia Perdana Menteri

Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah (dok. Departemen Komunikasi dan Multimedia Malaysia)

Akhir-akhir Malaysia menjadi sorotan dunia selepas pelaksanaan Pilihan Raya Umum (PRU) ke-15 atau pemilu di negara itu. Hasil pemilu tidak dapat menentukan Perdana Menteri (PM) mengingat tidak ada suara mayoritas. Kini keputusan berada di tangan Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. Mengapa Raja bisa memilih PM?

Koalisi Pakatan Harapan (PH) pimpinan Anwar Ibrahim dan koalisi Perikatan Nasional (PN) pimpinan Muhyiddin Yassin gagal mendapatkan dukungan yang cukup untuk mayoritas selama PRU ke-15 Malaysia. Keputusan sekarang berada tangan raja. Ia sudah bertemu dengan Anwar dan Muhyiddin pada hari Selasa (22/11/2022) kemudian bertemu dengan para pemimpin Barisan Nasional (BN) dan Gabungan Parti Sarawak (GPS) pada Rabu (23/11/2022).

Raja negara itu telah menyerukan pertemuan khusus Dewan Penguasa Malaysia yang akan diadakan pada Kamis (24/11/2022). Pertemuan itu untuk mencari pandangan dari penguasa Melayu lainnya tentang pembentukan pemerintah federal berikutnya. Artinya warga Malaysia masih harus menanti perdana menteri berikutnya hingga Kamis (24/11/2022), lima hari setelah pemungutan suara.

Raja Abdullah menjadi sorotan karena harus menentukan pilihannya tentang siapa yang akan menjadi perdana menteri berikutnya, setelah pemilihan tidak menghasilkan partai dengan mayoritas di parlemen dan pembicaraan koalisi gagal.

Sang Raja mengatakan dia akan ‘segera’ memutuskan antara Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin setelah tidak ada politisi yang dapat memperoleh dukungan yang cukup untuk membentuk koalisi setelah pemilu Sabtu (19/11/2022). Ini akan menjadi ketiga kalinya raja memilih perdana menteri hanya dalam waktu dua tahun – meskipun ini pertama kalinya terjadi setelah pemilihan.

Siapa Raja Malaysia?

Mengutip Reuters, Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah naik tahta pada 2019 di usia 59 tahun, menjadi raja Malaysia ke-16 sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1957. Malaysia memiliki monarki konstitusional yang unik di mana raja dipilih secara bergiliran dari keluarga kerajaan sembilan negara bagian, dan masing-masing memerintah selama lima tahun.

Al-Sultan Abdullah yang berambut perak dan berkacamata menjadi raja setelah raja sebelumnya turun tahta secara mengejutkan. Penguasa negara bagian Pahang di pesisir timur Malaysia, Raja Al-Sultan Abdullah meraih popularitas karena citranya yang membumi di awal pemerintahannya setelah terlihat mengantre di sebuah restoran cepat saji dan membantu korban kecelakaan di sebuah jalan raya.

Raja Abdullah adalah olahragawan yang rajin, pernah mewakili negaranya dalam pertandingan sepak bola di masa mudanya. Dia telah menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif FIFA dan sebagai presiden Federasi Hoki Asia.

Pemilu biasanya menentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri di Malaysia di bawah sistem parlementer. Tetapi konstitusi memberinya kekuatan kepada Raja untuk menunjuk seorang perdana menteri yang dia yakini dapat memimpin mayoritas di antara anggota parlemen. Raja Malaysia jarang menggunakan kekuasaan itu, tetapi ketidakstabilan politik dalam dua tahun terakhir telah mendorong raja untuk memilih seorang pemimpin.

Apakah sudah terjadi sebelumnya?

Peristiwa ini sebenarnya telah terjadi sebelumnya. Raja Al-Sultan Abdullah telah menunjuk dua perdana menteri sebelumnya, meski ini pertama kalinya terjadi setelah pemilu gagal menghasilkan pemenang yang jelas. Raja menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri pada Februari 2020 ketika perdana menteri saat itu Mahathir Mohamad mengundurkan diri karena pertikaian koalisi.

Ketika itu, Raja Abdullah mengambil langkah yang tidak biasa dengan bertemu dengan 222 anggota parlemen negara itu setelah pengunduran diri Mahathir untuk menentukan siapa yang memiliki mayoritas untuk membentuk pemerintahan baru, akhirnya memilih mantan sekutu Mahathir, Muhyiddin Yassin.

Kurang dari setahun kemudian, setelah koalisi Muhyiddin sendiri bubar, raja meminta anggota parlemen untuk menyerahkan surat masing-masing tentang siapa yang mereka dukung sebagai PM dan memutuskan untuk menunjuk pemimpin berikutnya – Ismail Sabri Yaakob, yang berkuasa hingga pemilu akhir pekan lalu itu.

Raja sudah bertemu dengan Anwar dan Muhyiddin. Muhyiddin mengatakan Raja telah menyarankan agar dia dan Anwar membentuk ‘pemerintahan persatuan’ bersama, tetapi keduanya tidak setuju.

Raja Abdullah juga telah memanggil 30 anggota parlemen dari aliansi Barisan Nasional (BN) untuk pertemuan menentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri. Namun, hanya tiga pimpinan BN yang terlihat memasuki istana.

BN membukukan kinerja pemilihan terburuk tetapi memainkan peran penting dalam pembentukan pemerintah karena dukungannya diperlukan baik oleh Anwar maupun Muhyiddin untuk meraih mayoritas.

Siapa pun yang pada akhirnya diangkat sebagai PM Malaysia, kemungkinan besar akan menghadapi lebih banyak pergolakan politik seperti yang melanda negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button