News

MER-C: Pembangunan Tahap 3 RS Indonesia di Gaza Tertunda karena Konflik

Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Farid Thalib mengatakan bahwa kondisi Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza Palestina memang sudah melebihi kapasitas, bahkan tanpa adanya konflik.

MER-C, tutur dia, berencana akan memulai pembangunan tahap 3 ketika konflik antara Palestina dan Israel mereda. Pembangunan berbentuk poliklinik tersebut, rencananya akan dibangun di seberang RS.

“Kurang lebih membutuhkan biaya sekitar hampir Rp50 miliar ya dan itu bertahap, sudah kita input, sudah kita kumpulkan, dan saya yakin kita punya pengalaman yang lalu yang ratusan miliar bisa terwujud, dan saya yakin kalau sekedar sampai Rp50 milias insyaAllah tidak terlalu lama,” tutur dia secara virtual dalam acara Komunitas Pejuang Subuh Masjid Raya Pondok Indah bertajuk ‘Silaturahim Online Dunia ke-169: Live Report From Gaza’, Minggu (15/10/2023).

Ia pun turut menceritakan bagaimana pengalaman pembangunan awal RS Indonesia di Gaza. Menurutnya, proyek ini sempat diragukan banyak pihak akan berhasil. Tapi karena ketulusan kejujuran, semangat yang tinggi daripada teman-teman semuanya yang ada di MER-C, juga tentunya bantuan dari seluruh masyarakat Indonesia yang tak terhingga, akhirnya RS ini bisa berdiri.

Farid mengatakan terselip kisah pilu pada proses pembangunan RS. Kala itu, ia sempat mengurangi anggaran, karena impian para desainer yang dianggap dirinya hanya mimpi.

“Ketika kita mendesain perencanaan rumah sakit ini di atas lahan 1,6 hektar dan dengan keadaan yang sangat minim kami harus bermimpi di dalam kertas. Tapi karena mimpi tersebut tidak boleh berhenti akhirnya ada beberapa bagian yang saya kurangi,” ujarnya.

Kala itu, seorang dokter bernama Yose Rizal menginginkan bangunan RS yang bervolume besar hingga 1,2 hektar, belum lagi pihak Palestina yang ada di Gaza menginginkan agar terdapat basement. Namun, dirinya sempat pesimis, karena tentu biayanya akan lebih mahal, ketimbang tidak ada basement.

“Saya tidak setuju. Akhirnya (disebutkan) alasannya kenapa harus ada basement, basement itu untuk menampung supporting RS, contohnya darah, obat-obatan, benang macam-macam sehingga ketika terjadi perang yang berkepanjangan, RS ini tetap hidup,” jelasnya.

Bahkan Yose sempat mengingatkan dirinya untuk yakin saja, meski saat itu ia ragu karena dana yang kurang. Akhirnya sebuah basement pun terbangun di RS ini.

“RS Indonesia yang ada di Gaza ini yang murni sumbangan dari rakyat untuk rakyat, artinya people to people, dari rakyat Indonesia buat rakyat Palestina,” tutur dia.

Farid mengatakan, sejatinya pembangunan tahap 3 ini harusnya sudah berjalan. Tetapi pecahnya perang, mau tidak mau pihaknya menunda dan mengganti rencana untuk fokus membantu warga korban konflik.

“Alhamdulillah kita lagi berkomunikasi seperti itu, tiba-tiba datang perang gitu jadi akhirnya kita fokus sekarang untuk membantu dan kita sudah prepare untuk keberangkatan ke sana membawa tim medis dan juga tentunya apa yang dibutuhkan,” ucap Farid.

Sekadar informasi, erdasarkan informasi yang dihimpun sejak Sabtu (14/10/2023), tercatat  2.215 jiwa wafat syahid, di antaranya 458 perempuan dan 724 anak-anak.

Israel masih membom Gaza, bahkan serangan yang dilancarkan kini dari tiga sisi, baik udara, darat, dan laut. Masyarakat Gaza, juga tengah menghadapi krisis pangan, listrik dan air bersih. Fiqri mengaku sudah dua kali ke mini market sekitar, kondisinya banyak sekali rak makanan yang sudah kosong. Di samping itu, ia juga menyampaikan stok obat mulai menipis.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button