News

Pakar UGM dan IPB Jelaskan Risiko Rendah Teknologi Nyamuk Berwolbachia

Peneliti dari Pusat Kedokteran Tropis UGM, Prof. Adi Utarini, dikenal sebagai Uut, memberikan penjelasan mendalam mengenai analisis risiko terkait dengan teknologi nyamuk berwolbachia. Dalam rapat kerja dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Selasa (28/11/2023), Uut menekankan pentingnya kehati-hatian dalam pengembangan dan komunikasi teknologi ini kepada masyarakat.

“Jadi bagaimana pengaruhnya kalau banyak yang menyebarkan, dampaknya bagaimana. Kami memahami bahwa ini memang sangat perlu berhati-hati dalam teknologinya, maupun komunikasinya ke masyarakat,” ujarnya.

Menurut ilmuwan peraih doktor dari Umea University, Swedia tersebut, analisis risiko mempertimbangkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, manajemen vektor, ekonomi, sosial humaniora, dan lingkungan hidup. 

Tim juga mengevaluasi probabilitas terjadinya risiko dan konsekuensinya. Hasil analisis pada tahun 2015, berdasarkan kepakaran dan literatur terkini, menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, 30 tahun ke depan, risiko dari teknologi ini sangat rendah atau dapat diabaikan.

Di sisi lain, Prof. Damayanti Buchori, entomolog dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengakui bahwa teknologi nyamuk berwolbachia membutuhkan pengembangan informasi yang berkelanjutan. 

Dari pengecekan informasi terbaru, dia menemukan bukti tambahan yang mendukung kepositifan teknologi ini. Damayanti menyatakan keyakinan tim analisis risiko bahwa teknologi ini aman, meskipun menekankan perlunya tinjauan ulang berkelanjutan, terutama karena perubahan iklim dan faktor lainnya.

“Jadi sampai saat ini, kami dari tim analisa risiko masih sangat percaya bahwa ini aman, tapi tentu saja karena perubahan iklim dan sebagainya, ini masih perlu ditinjau kembali,” tandasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button