Kanal

Pemuda, Politik dan Era Akselerasi

Oleh: Dzul Fikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah 2023-2027

Diusungnya Gibran menjadi cawapres oleh Capres Prabowo Subianto telah menyedot perhatian publik. Sejarah demokrasi Indonesia mencatat, tampilnya kaum muda menjadi calon wakil presiden usia dibawah 40 tahun. Kehadiran Gibran sebagai cawapres merubah stigma kalau kaum muda belum layak memimpin, kini publik melihat bahwa kaum muda dan politik menjadi lekat. 

Sejarah Pemuda Indonesia

Dinamika sosial politik Indonesia tidak lepas dari kaum muda. Sejarah mencatat bagaimana peran pemuda selalu tampil dalam sosial politik Indonesia. Sebagaimana menjelang kemerdekaan Indonesia, kaum muda dan kaum muda berselisih pandangan. Kaum muda menghendaki percepatan proklamasi kemerdekaan ditengah kekalahan Jepang atas sekutu. Kaum muda terwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh, sedangkan Soekarno dan Moh. Hatta sebagai representatif kaum tua. Kaum muda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenklok, sebagai bentuk lobi untuk mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa penting ini, satu diantara temuan Ben Anderson dalam bukunya Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Kondisi sosial politik, telah mampu memengaruhi kesadaran politik kaum muda. Pergerakan kaum muda tidak terhindarkan, pemuda selalu menjadi motor penggerak dalam perubahan sosial politik di Indonesia.

Jika ditarik kebelakang, hadirnya sumpah Pemuda diinisiasi dan digerakkan oleh para pemuda terpelajar. Gagasan penyelenggaraan kongres 27-28 Oktober 1928 diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongkres bertujuan menggalang kesatuan dan persatuan kebangsaan, yang diakhiri oleh sumpah pemuda berisikan penegasan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.

Soekarno dan Hatta, sejak muda telah mengobarkan api semangat penentangan terhadap penjajahan. Hal ini dapat kita lihat dari buku karya Soekarno dibawah judul ‘Mencapai Indonesia Merdeka (1933). Begitu juga dengan Hatta saat membawahi Perhimpunan Indonesia, melakukan pergerakan nasional dari negeri Belanda melalui majalah Indonesia Merdeka (1924). 

Dari sekelumit cerita diatas menegaskan bahwa, pertama, pemuda bertalian erat dengan politik. Pemuda senantiasa melakukan pergerakan nasional untuk kebaikan bangsa dan negara. Sepanjang dinamikan politik nasional, tidak lepas dari kehadiran sosok muda. Kedua, pemuda senantiasa turut serta melakukan perubahan-perubahan. Ditangan anak muda, segala bentuk macam gagasan dan ide tersuarakan dengan lantang dan ambisi untuk mewujudkannya. Ketiga, anak muda selalu melihat momentum yang ada untuk masa depan. Anak muda telah mampu melakukan akselerasi pergerakan untuk bangsa dan negara.

Pemuda dan Era Akselerasi

Kini, Indonesia telah merdeka. Tanggungjawab anak-anak bangsa adalah mengisi kemerdekaan untuk masa depan Indonesia. Dunia kini mengalami tantangan baru, mengalami era baru apa yang disebut oleh Thomas L. Friedmen seorang jurnalis New Yory Time sebagai the age of acceleration, era akselerasi. Friedmen menceritakan tiga hal penting yang berada didalam dunia ini mengenai tiga percepatan nonlinear sekaligus, dan menurutnya inilah tiga gaya terbesar di planet ini. 

Masyarakat dunia sedang berada dalam tiga iklim sekaligus yaitu iklim alam, iklim globalisasi dan iklim teknologi. Ketika suatu negara dapat mampu melewati ini, maka akan selamat dari era akselerasi. Menghadapi era ini, Friedmen sadar betul membutuhkan pemikiran dan tenaga generasi Muda. Oleh sebab itu, Friedmen dan British Council memberikan program bagi mereka generasi muda berusia 18-35 tahun untuk terlibat dalam mendiskusikan permasalahan besar untuk masa depan dunia yang lebih baik.

Dalam kasus Indonesia, dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi, permasalahan yang diuraikan Friedman telah teridentifikasi dengan baik. Mungkin itu yang menjadi pertimbangan Presiden Jokowi agar generasi muda Indonesia diberi ruang untuk bergabung didalam kabinet Indonesia Maju. Sebut saja, Nadiem Anwar Makarim, pendiri perusahaan Gojek berbasis teknologi, didapuk menjadi menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi di usia pada saat itu 35 tahun. Nadiem diberi mandat untuk melakukan transformasi teknologi di kemendikbud ristek. Selain itu, Presiden Jokowi juga, memberikan ruang pada anak-anak muda untuk ikut serta dalam membangun negara dengan menghadirkan staf khusus milenial. Begitu juga penunjukan Dito Ariotedjo berusia 33 tahun menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga,.

Melalui era akselerasi Thomas L Friedman, teknologi menjadi tantangan tersendiri. Jika negara hendak bergerak cepat, maka diperlukan generasi muda untuk ikut serta terlibat dalam membangun negara, karena generasi muda adalah generasi kemajuan teknologi. Menghadirkan para kaum muda dalam jajaran pemerintahan, memberi peluang bagi genarasi muda berperan aktif melakukan akselerasi perubahan-perubahan.

Saat ini, Indonesia telah memiliki puluhan kepala daerah dibawah usia 40 tahun. Sebut saja misalnya, Bupati Indragiri Hulu Rezita Meylani Yopi (29 tahun), Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar (31 tahun), Bupati Kendal Dico Mahtado Ganindito (33 tahun), Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky (31 tahun), Bupati Gowa periode pertama Adnan Purichta Ichsan (30 tahun), dan masih banyak yang lainnya.

Pemimpin muda menjadi sebuah kebutuhan, mengingat Indonesia memiliki bonus demografi, dimana usia produktif dominan. Begitu juga pemilih muda dan pemula yang terus mengalami peningkatan. Pada pemilu 2014 pemilih milenial dan gen z sekitar 40 persen, pada tahun 2019 meningkat menjadi 54 persen, dan pada pemilu 2024 mendatang, pemilih meningkat menjadi 56,45 persen dari total DPT. Dominannya generasi muda, membutuhkan representatif kaum muda di pentas nasional.

Kehadiran Gibran dalam bursa cawapres, suatu langkah yang baik bagi demokrasi Indonesia. M. Qodari, pengamat politik Indonesia mengatakan bahwa kehadiran Gibran jangan dilihat dari kaca mata birokrasi yang memang dalam kenaikan pangkat tertinggi harus mengikuti dan melawati anak tangga yang panjang. Sebagaimana karir PNS atau pegawai kementerian, atau anggota militer/polisi harus mengikuti jenjang karir untuk dapat posisi tertinggi.

Inilah era akselerasi, dibutuhkan anak-anak muda hebat. Masyarakat Indonesia, tidak perlu ragu dan khawatir akan tampilnya anak muda di panggung politik yang begitu cepat. Anak-anak muda akan mampu memulihkan politik telah terdistrupsi karena pola lama. Tampilnya anak Muda di panggung politik nasional, sama artinya dengan mempertahankan negara untuk dapat melewati tantangan-tantangan besar sebagaimana yang dikatakan Friedman. Dengan demikian, Indonesia akan tampil dipanggung dunia, dan mampu melewat era akselerasi berkat akselerasi kaum muda di pentas politik nasional.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button