Kanal

Pura-pura Muda demi Dapat Suara

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bakal menjadi pilpresnya anak muda. Suara milenial dan generasi Z, bakal jadi penentu kemenangan di antara tiga pasang capres-cawapres yang bertarung.

Dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), kedua segmen suara ini punya lebih dari 50 persen suara di pemilu 2024.”Sebanyak 66.822.389 atau 33,60% pemilih dari generasi milenial,” kata Komisioner KPU RI Betty Epsilon Idroos dalam Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU, Jakarta, Minggu (2/7/2023).

Generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994.

Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024.

Jika diakumulasikan, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih, atau sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.

Dengan fakta tersebut di atas, jadi beralasan jika di jalan-jalan saat ini, poster-poster serta baliho capres-cawapres bahkan caleg sekalipun, tak banyak bertebaran hingga mengganggu pemandangan. Apalagi, kaos partai bertuliskan nama serta wajah capres-cawapres serta caleg, sudah bukan zamannya.

Para tim pemenangan, harus merubah cara kampanye untuk membuat milenial sampai gen Z, melirik, tertarik, hingga akhirnya mau memilih.

“Milenial dan gen Z lebih senang melihat poster digital yang sederhana plus video-video pendek penuh mana berdurasi 60 detik. Jenis konten tersebut merupakan bentuk kampanye yang paling mudah untuk dilihat, disimpan dan bahkan dibagikan kembali kepada jejaring pertemanannya,” ujar peneliti Trust Indonesia, Ahmad Fadhli kepada Inilah.com.

Fadhli menambahkan, Format kampanye tersebut tentu jauh lebih menarik bagi kalangan pemilih muda atau milenial dan gen Z. Tak ayal, poster dan video digital memang memuat pesan politik yang lebih kreatif dan lebih berwarna ketimbang material kampanye generasi dahulu.

“Bagi milenial dan gen Z, bentuk material kampanye seperti baliho dianggap tidak lagi relevan karena tidak bersifat mobile (dilihat dan dibagikan) dan dibuat dengan model desain terbatas. Karena itulah, baliho dinilai tidak sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan kelompok pemilih muda,” ungkapnya.

Lalu, siapa capres-cawapres yang sudah menjalankan praktik kampanye khusus untuk milenial dan gen Z?

Dedi Kurnia Syah dari Indonesia Political Opinion (IPO), menyebut sejauh ini, Prabowo dengan taktik gemoy-nya, berhasil menarik minat milenial dan gen Z.

“Perolehan elektabilitas 31 persen dari kalangan pemilih muda, mereka lebih senang dengan kampanye ringan, tema Gemoy Prabowo menjadi yang paling efektif saat ini, gagasan dan ide serius justru seringkali membosankan dan diabaikan oleh generasi muda,” terangnya kepada Inilah.com.

Prabowo benar-benar merubah gaya kampanyenya di pilpres kali ini. Tiga kali kalah dalam pertarungan capres-cawapres sebelumnya dengan mengandalkan nasionalisme dan pidato yang berapi-api, mantan Pangkostrad kelahiran 1951 itu lebih menonjolkan aksi joget gemoy-nya untuk melawan Anies dan Ganjar.

Namun Ahmad Fadhli mengingatkan, meski tujuannya untuk menggaet milenial dan gen Z, Prabowo-Gibran harus tetap mempunyai program kerja jelas yang ditawarkan.”Misalnya yang terkait pemberian akses kredit untuk mendorong munculnya kewirausahaan muda atau kebijakan untuk memudahkan kepemilikan rumah bagi generasi milenial dan gen Z,” tandasnya.

Selain itu, Capres Ganjar Pranowo menurut Litbang Kompas awal Oktober 2023, sosok Ganjar Pranowo dianggap mewakili gen Z.  Ganjar juga sangat aktif di media sosial (medsos), ia rutin mengunggah aktivitas sehari-hari yang terkadang tak ada kaitannya dengan politik.

“Semisal lari-lari pagi. Bagi sejumlah orang, itu biasa saja. Tetapi, dilihat oleh generasi milenial, dia bisa berkomunikasi dengan siapa pun dan dijawab secara spontan. Itu juga penting. Membangun kualitas personal dari capres-capres, yang selain dia (Ganjar), terlihat fit, misalnya,” terang Peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad dalam keterangannya di Jakarta, Senin (9/10/2023).

Yang Muda yang “B” Saja

Secara hiburan, kampanye joget ala Prabowo memang masuk, tapi tetap tidak subtantif. Pemilihan Gibran sebagai wakil, terlepas dari bagaimana proses terjadinya, juga harus dibuktikan dengan janji-janji kampanye, khususnya untuk milenial dan gen Z.

Sultan Rivandi, gen Z yang melek politik, mengaku tak terhibur dengan praktik kampanye “kepemudaan” yang ada sekarang.”Bosenin,” katanya kepada Inilah.com.

Memang dalam pemilu pasti semua kandidat itu ada gimmick dan simbol, hingga atribut khas. Tapi dalam konteks demokrasi, ketika kita bicara suplay dan demand demokrasi  itu, tidak bisa terus-terus menggunakan dosis yang cukup tinggi dengan menggunakan gimmick semata.

“Betul kita harus berdasarkan gagasan, tapi nggak cukup karena kan kalau kita lihat sekarang banyak janji-janji kampanyenya itu yang nggak berdasarkan pada gagasannya utuh. Semua belanja masalah, semua obrolan janji, tapi nggak pernah memaparkan operasionalisasi dari gagasan itu seperti apa,” ungkapnya.

Para capres-cawapres, harus juga menjelaskan bagaimana gagasan itu diimplementasikan bagaimana kebijakan itu diformulasikan, bagaimana kebijakan itu nanti diimplementasikan.”Jadi A sampai Z itu proposalnya clear, gitu, ini kan kita belum melihat yang kayak gitu kan,” ujar mantan Presiden BEM UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.

Program “Desak Anies” jadi salah satu andalan agar suara milenial dan gen Z, tak hanya jadi rebutan, tapi benar-benar diperjuangangkan

“Pendekatan kami kepada milenial dan generasi Z dengan cara dialogis,” kata Juru Bicara (Jubir) Timnas AMIN Fatia Nur Masriati di Jakarta, Kamis.

Program Desak Anies yang isinya diskusi dua arah antara Anies Baswedan dan kaum milenial serta gen Z.

Acara tersebut, bertujuan untuk mengetahui permasalahan milenial dan gen Z sehingga pertanyaan kepada Anies bisa beragam, mulai dari sosial, politik, keamanan, pendidikan, hingga hal lain.”Kami tidak ada sensor sama sekali karena memang ingin berdiskusi dua arah dengan kaum milenial dan generasi Z,” tuturnya.

Program ini akan terus dilaksanakan guna gaet ide dan gagasan kaum milenial. Ketika Anies menjadi presiden, kata dia, kritik dari kaum milenial dan gen Z akan ditampung. Dalam hal ini, pihaknya tidak akan menakuti mereka dengan ancaman kurungan penjara.”Tidak ada lagi bahasa negeri konoha, yang ada ketika mau mengkritik menyebutkan secara langsung, Indonesia,” katanya.

Selain gemoy yang jadi identitas politik Prabowo di pilpres kali ini, tim kampanye nasional (TKN) juga menyiapkan tim “Fanta”. Dikomandani Arief Rosyid Hasan, TKN Fanta bakal serius mengurus kepentingan milenial dan gen Z, demi berjalan bersama Prabowo-Gibran ke TPS Februari nanti.

“Prabow tidak ingin generasi muda ini cuma dimanfaatkan, cuman jadi penonton, cuman jadi vote getter ya. Nah karena anak muda ini kan beragam, jadi tentu gak bisa kita buat pendekatannya sama gitu, makanya dari nama-nama yang muncul kan itu lengkap ya,” kata Arief kepada Inilah.com.

Arief melihat anak muda saat ini tak akan mempan dengan jargon “pilih ini ya” layaknya kampanye-kampanye sebelumnya.

“Jadi kita ingen suasana demokratis itu kan kita mendengar aspirasi dari anak-anak muda. Dari aspirasi itu kita turunkan dalam program-program,” tandasnya.[Rizki/Syahidan].

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button