Hangout

Revolusi Vaksin Kanker Makin Mendekati Kenyataan

revolusi-vaksin-kanker-makin-mendekati-kenyataan

Revolusi vaksin kanker yang telah lama ditunggu-tunggu semakin mendekati kenyataan. Sebuah studi kecil menunjukkan harapan menerapkan teknologi mRNA melawan kanker melalui vaksin. Hanya saja melawan kanker jauh lebih kompleks daripada COVID-19.

Data baru dari Moderna dan Merck menunjukkan, setelah beberapa dekade gagal, para peneliti menemukan cara tepat merancang vaksin yang dapat mengajarkan sel kekebalan mengenali dan memerangi tumor.

Pada Desember 2022, perusahaan mengatakan bahwa ketika digunakan bersamaan dengan imunoterapi kanker Keytruda buatan Merck, vaksin kanker mRNA Moderna mengurangi risiko kambuhnya kanker kulit tertentu atau kematian pasien sebesar 44 persen dibandingkan dengan Keytruda saja. Keytruda atau pembrolizumab adalah jenis obat antibodi monoklonal yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker.

Lisa Jarvis dalam Bloomberg Opinion mengungkapkan, angka tersebut menghasilkan banyak harapan. Ini adalah pertama kalinya vaksin kanker berbasis mRNA telah membuktikan dirinya dalam studi acak dengan hasil positif yang jelas. “Jika hasil itu bertahan dalam uji coba yang lebih besar, tentu akan menjadi kemajuan yang besar baik untuk teknologi mRNA di balik vaksin COVID-19 maupun untuk bidang vaksin kanker secara umum,” katanya.

Pencapaian ini hanyalah langkah awal. Akan ada banyak langkah antara mencapai data awal yang positif untuk sekelompok pasien melanoma (jenis kanker kulit) dan mengembangkan pengobatan yang hemat biaya serta dapat diakses secara luas. Di antara tantangan yang lebih berat yakni vaksin perlu disesuaikan dengan susunan genetik tumor masing-masing pasien.

Studi ini kecil, hanya melibatkan 157 orang yang berisiko tinggi terkena kanker kulit stadium akhir. Moderna dan Merck sendiri belum menyediakan kumpulan data lengkap, meskipun mereka berencana untuk melakukannya pada konferensi mendatang. Namun, meskipun hasilnya sedikit kurang dramatis dalam studi yang lebih besar, vaksin ini dapat memunculkan harapan besar bagi pasien.

‘Ini akan menjadi perubahan besar’, diterjemahkan menjadi remisi jangka panjang, kata Julie Bauman, Direktur Pusat Kanker Universitas George Washington. Bauman memimpin studi sebelumnya tentang vaksin kanker Moderna. Studi tersebut meneliti pasien melanoma yang telah menjalani operasi dan menghilangkan tanda-tanda kanker mereka.

Tidak seperti vaksin yang biasa diberikan kepada masyarakat, misalnya produksi massal yang bertujuan mencegah tertular penyakit menular seperti flu atau polio, vaksin kanker Moderna malah dimaksudkan untuk mencegah penyakit itu kembali. Itu dilakukan dengan melatih sel-sel kekebalan mengenali sebagai protein berbahaya yang ditemukan pada sel tumor pasien sendiri.

Harapannya vaksin tersebut akan memperkuat manfaat Keytruda yang sudah besar yakni menggunakan sistem kekebalan pasien untuk melawan kanker. Sistem ini akan memblokir cara yang digunakan sel kanker untuk bersembunyi dari sistem kekebalan.

Mengembangkan vaksin kanker lebih sulit

Moderna telah menunjukkan kemampuannya untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin mRNA. Vaksin mRNA ini telah bekerja pada vaksin untuk penyakit menular termasuk ketika munculnya pandemi virus corona. Perusahaan itu, bersama dengan yang dikembangkan Pfizer-BioNTech, menjadi yang pertama mengaplikasikan secara komersial dan luas teknologi mRNA.

Hanya saja, membangun vaksin kanker akan jauh lebih sulit. Moderna memulai dengan biopsi tumor pasien, yang kemudian diurutkan menggunakan kecerdasan buatan untuk memilih mutasi yang memungkinkan kanker berkembang. Kemudian, mRNA yang dikodekan untuk protein pemicu kanker yang paling relevan dikemas dalam sistem pengiriman yang disebut nanopartikel lipid. Ini merupakan jenis metode pengiriman yang sama yang digunakan dalam vaksin COVID-19.

Dari biopsi tumor hingga dosis vaksin pertama, prosesnya bisa memakan waktu antara delapan hingga 10 minggu, kata kepala medis Moderna Paul Burton. Melakukan proses ini berulang-ulang untuk setiap pasien yang terdaftar dalam uji klinis adalah pekerjaan besar, tambahnya. Bayangkan harus melakukan proses yang sama bagi obat komersial yang ditujukan untuk ribuan orang, bukan untuk beberapa ratus orang dalam studi terkontrol.

Ada hampir 100.000 kasus melanoma setiap tahun di Amerika Serikat, menurut American Cancer Society. Sementara sebagian besar kasus dapat disembuhkan jika terdeteksi dini, lebih dari 7.500 orang meninggal setiap tahun karena penyakit ini.

Tantangan berat

Tantangan untuk menghadirkan vaksin ini adalah memangkas waktu antara proses biopsi dan imunisasi yang sangat penting untuk memastikan pengobatan tidak hanya menjanjikan, tetapi praktis dan dapat diakses oleh siapa saja. Salah satu cara untuk mempercepat waktu adalah dengan membangun hub regional untuk memproses biopsi dengan cepat.

Langkah lain yang pada akhirnya dapat mempercepat pengembangan vaksin melanoma adalah penyederhanaan komponen vaksin. Saat ini, vaksin menggunakan 34 komponen protein bermutasi untuk mendapatkan efek penuh. Kini masih perlu mencari tahu apakah bisa dikurangi menjadi 15 atau 20 protein saja.

Ilmuwan juga masih perlu mempelajari cara terbaik menggunakan vaksin ini untuk menekan kanker dalam jangka panjang, dengan mempertimbangkan, misalnya, apakah orang perlu terus meminumnya setiap tiga minggu seumur hidup, atau apakah mereka dapat bertahan dengan booster berkala. Dan jika penyakit seseorang berkembang, apakah vaksin itu sendiri perlu diperlengkapi kembali agar sesuai dengan mutasi baru yang mungkin muncul.

Pertanyaan besar

Mungkin pertanyaan terbesar saat ini adalah apakah efek positif yang terlihat pada melanoma juga dapat berdampak positif kepada jenis kanker lainnya? CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada CNBC baru-baru ini bahwa perusahaan bergerak secara agresif ke studi Fase 3 dengan keyakinan bahwa ‘di mana pun Keytruda bekerja, ini harus berhasil’.

Keytruda selama ini juga banyak digunakan mengobati banyak jenis kanker lain di luar melanoma. Bancel mengungkapkan vaksin tersebut bahkan mungkin memberikan respons yang memungkingkan terhadap tumor jika Keytruda gagal. “Baik dengan sendirinya atau bertindak secara sinergis dengan obat Merck,” katanya.

Tantangan besar lainnya adalah kemungkinan besar biaya terapi yang dipersonalisasi akan sangat malah. Pengobatan dengan Keytruda saja bisa mencapai sekitar US$185.000 atau sekitar Rp2,8 miliar per tahun. Perusahaan akan termotivasi untuk menjawab pertanyaan ini secepat mungkin. Moderna sendiri berencana untuk berinvestasi secara agresif pada penyakit kanker ini.

Perusahaan itu kini tengah berusaha menjawab tantangan-tangan tersebut. Semua masih harus menunggu hadirnya revolusi vaksin kanker sejati, yang dapat mengubah kanker dari penyakit yang berpotensi mematikan menjadi penyakit kronis yang stabil.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button