Market

Rights Issue BBTN Tinggal Menghitung Hari

Agenda penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD), atau rights issue Bank BTN (BBTN), tinggal menghitung hari. Meski sempat tertunda, kemungkinan sebelum 2022 berakhir.

Analis RHB Sekuritas Indonesia, Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar dari pelaksanaan rights issue, bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19-20 persen, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3 persen.

“Kami memperkirakan masuknya dana segar baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168 ribu,” terang Ryan, Jakarta, dikutip Kamis (8/12/2022).

RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham. Target tersebut juga merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah rights issue tuntas tahun ini.

Saat ini, BBTN masih menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah mengantongi pernyataan efektif, prospektus final akan dirilis dan proses rights issue, mulai dijalankan. Alhasil, tanggal indikatif sebagaimana disampaikan dalam prospektus awal, sedikit bergeser. Seperti tanggal cum date, ex date, periode perdagangan right dan distribusi saham.

Asal tahu saja, cum date merupakan tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD. Sedangkan ex date adalah tanggal perdagangan saham tanpa HMETD. Artinya, masyarakat yang berminat mendapatkan rights, harus memiliki saham BBTN paling lambat di tanggal cum date.

“Publik mesti ingat tanggal ini agar tidak ketinggalan mengikuti rights issue. Ini merupakan kesempatan langka mendapatkan harga saham BBTN di harga diskon. PBV BBTN saat ini 0,76x, dan sangat mungkin harga rights akan di bawah harga saham induk, jadi dua kali diskon,” kata Tirta Gilang Citradi, analis MNC Sekuritas.

Terkait harga pelaksanaan, sejauh ini belum ada informasi. Manajemen akan menyampaikan hal tersebut dalam prospektus final. Harga ini diperoleh dari proses penjaringan minat yang dilakukan manajemen dalam sejumlah roadshow ke investor, terutama institusi asing.

Maka itu, informasi yang menyebutkan harga right Rp500 adalah keliru. Harga ini merupakan nominal saham yang dicantumkan pada prospektus awal. “Nominal saham itu bukan harga saham, bukan pula harga rights. Exercise price baru akan muncul di prospektus final, berikut rasio right,” kata Tirta.

Sebagai informasi, dalam aksi korporasi rights issue, setelah melakukan RUPS emiten biasanya melakukan pengumuman lagi dalam 2 tahap. Pertama adalah keterbukaan informasi terkait rights issue yang masih berisi informasi indikatif. Kedua, pengumuman tambahan informasi dari prospektus yang sifatnya sudah final setelah pernyataan pendaftaran menjadi efektif.

Untuk itu, para investor yang tertarik mengikuti rights issue BBTN diharapkan terus memantau keterbukaan informasi untuk mendapatkan informasi terbaru. Rights issue BBTN tergolong langka sebelumnya terjadi 10 tahun yang lalu atau tepatnya pada 2012. Aksi korporasi ini juga menarik untuk dicermati karena sejumlah analis memberikan pandangan yang positif terhadap kinerja BTN ke depan.

Sebelumnya, BRI Danareksa Sekuritas telah terlebih dahulu memberikan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.500. Target tersebut mereflesikan kuatnya pertumbuhan kinerja keuangan perseroan hingga September 2022.

You may also like

Jor-joran Tambang Nikel di Maluku Utara, Cina Untung Rp50 Triliun Setahun

Tingkatkan Semangat Antikorupsi, Taspen Gandeng KPK

Jadi Pendatang Baru di BEI, Isra Presisi Kempit Dana IPO Rp144 Miliar

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button