Market

Rupiah Keok karena Sentimen Suku Bunga The Fed dan Inflasi

Transaksi nilai tukar (kurs) rupiah antarbank di Jakarta pada Senin (9/5/2022) sore berakhir melemah. Hal ini terjadi lantaran sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) dan inflasi domestik yang tinggi.

Rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,64 persen ke posisi Rp14.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.

“Rupiah lebih cenderung tertekan oleh penguatan dolar AS pasca-FOMC minggu lalu,” kata Analis DCFX Futures Lukman Leong di Jakarta, Senin (9/5/2022).

Indeks dolar AS naik untuk minggu kelima berturut-turut minggu lalu dan menyentuh level tertinggi hampir 20 tahun setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya 50 basis poin pada pekan lalu.

Data pekerjaan Negeri Paman Sam yang solid juga memperkuat spekulasi bank sentral akan melakukan kenaikan besar lebih lanjut.

Sementara itu, lanjut Lukman, kekhawatiran inflasi yang tinggi juga akan membebani ekonomi Indonesia setelah inflasi April mencapai 3,47 persen (yoy).

“Harga ekspor komoditas dan PDB yang masih bertahan di atas 5 persen masih mendukung rupiah, namun penguatan dolar AS oleh ekspektasi suku bunga dan kekhawatiran resesi AS serta pelemahan global menimbulkan sentimen risk off yang sangat besar dan menekan aset atau mata uang beresiko,” ujar Lukman.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.505 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.502 per dolar AS hingga Rp14.595 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.534 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button